Wednesday, March 25, 2020

Konsep Keindahan Seni Rupa (rangkuman singkat)

Pada umumnya konsep keindahan seni rupa di dunia dibagi  menjadi dua yaitu konsep keindahan seni rupa barat dan konsep keindahan seni rupa timur.
Ciri konsep keindahan seni rupa barat : seni lukis yang memanjakan mata
Ciri konsep keindahan seni rupa timur: 
Seni lukis memanjakan sisi spiritual dan pemikiran
Karya seni mengungkapkan hal esensial/ hal pokok
Lebih mengutamakan nilai spiritual dan religius
Keindahan berusaha diselaraskan denga kehidupan alam semensta
Ekspresi atau emosi lebih teraktualisasi lewat pembentukan
Bentuk seni dekoratif, pewarnaan tanpa pencahayaan, subjek/figure terlihat datar
Seni merupakan produk budaya masyarakat yang bersifat komunal

Keindahan seni rupa timur dibagi lagi menjadi beberapa konsep yaitu sebagai berikut:

KONSEP KEINDAHAN SENI RUPA 
TIONGKOK, memiliki ciri:
Menitik beratkan pada ajaran Tao.
Menciptakan karya seni yang harus mengungkapkan roh, karakter, atau watak.
Karya yang diciptakan mengutamakan sisi dan pengalaman spiritual yang akan diperoleh.
Mengesampingkan bentuk dan warna yang semarak.
Penggunaan warna dalam lukisan tidak bersifat fugsional tetapi bersifat simbolisme.
Karya seni mengutamakan esensi.
Contoh: Lukisan Tiongkok Kuno.

KONSEP KEINDAHAN SENI RUPA 
MESIR DAN MESOPOTAMIA, memiliki ciri:
Dipengaruhi oleh hal-hal bersifat transenden atau di luar kuasa manusia.
Lukisan dibuat  dengan tujuan ritual dan keagamaan.
Lukisan dibuat bukan untuk keindahan semata.
Lukisan lebih banyak bersubjek figur-figur manusia.
Subjek berbentuk dekoratif, warna cerah, tidak menggunakan perspektif, tidak ada gelap terang / bayangan.
Contoh: Piramida Giza, patung Anubis, Zigurat.
Contoh: lukisan dalam kertas papyrus.

KONSEP KEINDAHAN SENI RUPA 
INDIA, memiliki ciri:
Kehidupan manusia harus selaras/ berjalan secara harmoni dengan alam sekitarnya
Jenis karya seni ramah dan tidak merusak alam.
Karya seni banyak mengadaptasi simbol-simbol dari agama Hindu dan Buddha.
Keindahan berkaitan erat dengan konsep ketuhanan dan religi.
Mempercayai segala sesuatu yang ada di dunia adalah fana atau tidak kekal.
Karya seni bersifat sederhana atau tidak terlalu rumit.
Contoh: pahatan patung gajah menunjukkan harmoni antara kehidupan manusia dan alam sekitarnya.

KONSEP KEINDAHAN SENI RUPA 
TIMUR TENGAH, memiliki ciri:
Melarang penggambaran makhluk hidup.
Seni yang baik dan indah adalah yang sejalan dengan ajaran Islam.
Karya seni berupa ornament atau arabseka.
Sesuatu yang bentuk dan sifatnya indah akan dicintai.
Keindahan membawa kesenangan dan kebahagiaan.
Konsep keindahan adalah sesuatu yang menghasilkan kesempurnaan.
Contoh: kaligrafi, ornamen-ornamen geometris, arsitektur masjid, motif stilasi tumbuhan pada permadani.

KONSEP KEINDAHAN SENI RUPA 
INDONESIA, memiliki ciri:
Karya seni di masa lampau sarat dengan nilai spiritual dan religi.
Menitik beratkan pada hubungan antara manusia dan alam sekitarnya.
Banyak memasukkan simbol alam.
Media yang digunakan berasal dari alam seperti kayu atau batu.
Bentuk karya seni rupa bersifat komunal.
Hasil karya banyak yang mencantumkan daerah asal.
Contoh: candi, arca, wayang, dll

Tujuan Penciptaan Seni

Tujuan karya seni dibuat oleh penciptanya amatlah banyak. Ada yang demi kepuasan pribadi, tuntutan keadaan, tujuan praktis untuk mencari uang, ada pula yang demi kepentingan kesejahtraan umat manusia. Meskipun tujuannya amat beragam tetapi hakikat dari proses kreasi tersebut adalah terciptanya nilai-nilai kebaruan. Dikarenakan hasrat untuk menciptakan unsur kebaruan inilah sebuah karya seni memiliki makna untuk kehidupan yang lebih luas. 

Seorang menciptakan karya seni dengan tujuan meningkatkan kualitas kehidupan zamannya sehingga memilki arti penting bagi generasi berikutnya. Di beberapa negara, pencapain tersebut terlihat dari hadirnya karya besar bidang seni rupa dan terciptanya budaya benda yang menjadi symbol kemajuan peradaban umat manusia sekarang.

Sebagai media ekspresi, tidak tertutup kemungkinan bahwa seni dipakai untuk tujuan-tujuan ‘negatif’, seperti penyebarluasan pornografi, pelecehan, fitnah, ataupun penipuan. Demikian pula pandangan masyarakat yang ‘meminggirkan’ seni dalam proses pendidikan maupun kehidupan sehari-hari seharusnya telah ditinggalkan, karena tujuan manusia menciptakan karya seni adalah untuk meningkatkan kualitas kehidupan zamannya, dan bukan merusaknya.

Aspek Seni

1.Aspek Fisik
Seni sebagai segala bentuk yang memiliki nilai keindahan adalah pengertian yang dipahami oleh masyarakat pada umumnya. Seni jika dipandang dari segi bentuk dan dimensinya terdapat karya seni dengan dua dimensi dan tiga dimensi.
a.Pada karya dua dimensi, suatu yang nampak datar juga mempunyai kesan-kesan volume, kedalaman dan ruang, namun itu hanya tipuan pandang semata. Karya seni dua dimensi disebut semi visual, karena diserap oleh indra penglihatan. Karya Seni Rupa 2 Dimensi hanya memiliki dimensi panjang dan lebar atau karya yang hanya dapat dilihat dari satu arah pandang saja. Contohnya, seni lukis, seni grafis, seni ilustrasi, relief dan sebagainya.
b.Karya seni tiga dimensi disebut juga karya seni spasial , karena terdapat tiga dimensi yang harus benar-benar diperhatikan. Dalam seni tiga dimensi, pelaku seni melibatkan indra gerak dan raba.

2.Aspek isi
Aspek isi atau ideoplastik adalah ide atau gagasan atau tema atau makna (meaning) dari bentuk karya seni. Isi atau makna suatu karya seni rupa sangat bergantung pada persepsi penikmat atau publik seni. 
Pada awalnya, banyak peneliti yang masih membagi persepsi pada tiga fase yaitu, persepsi - kognisi - intrepretasi dan evaluasi. Hal ini berbeda dengan pandangan umum pada saat ini, bahwa pada satu tahapan terdapat aspek aspek yang berbeda, sehingga garis stimuli-respon-tindakan tidak bersifat linier. Outline membantu asosiasi agar terjadi proses persepsi. Konsep outline (Jerman;Gestalt) pertama kali disajikan dalam ilmu psikologi oleh Christian von Ehrenfels pada tahun 1890. Ia mengarahkan perhatiannya pada kenyataan bahwa untuk mengerti sebuah komposisi, keseluruhan outline lebih penting daripada bagian. Jika urutan komposisi diubah menjadi susunan baru, semua komposisi akan menjadi sesuatu yang lain tetapi keseluruhan outline dari komposisi tersebut tetap sama. 
Ketika seniman sedang menarik outline, bagian bawah sadar ternyata mematuhi aturan aturan tertentu, yang dikenal dengan hukum-hukum Gestalt. Sebagai contoh, ketika manusia melihat sebuah figur yang tidak sempurna, akan dilengkapi menjadi figur yang dapat dikenal (asosiasi). Manusia cenderung untuk melengkapi bagian bagian yang tidak lengkap berdasarkan kemiripan gambaran dalam memorinya.Tanda tanda yang dekat satu sama lain cenderung bergabung dalam pikiran untuk membuat kesatuan yang lebih besar. Jika terdapat kemiripan pada beberapa tanda, maka tanda-tanda tersebut akan saling bergabung membentuk satu kesatuan.

3.Aspek estetik
Pada saat ini, mainstream dari penelitian estetika lebih melihat keindahan bukan sebagai sifat dari objek itu sendiri, tetapi sebagai hasil sensasi atau interaksi antara persepsi dan objek. Terdapat beberapa sudut pandang dan sikap manusia terhadap keindahan. Pada masa Yunani, kemudian pada abad pertengahan, keindahan ditetapkan sebagai bagian dari teologi. Pada abad pertengahan di Barat, tekanan diletakan pada subjek, proses yang terjadi ketika seseorang mendapatkan pengalaman keindahan. Pada zaman modern, tekanan justru diletakkan pada objek, sehingga tampak bahwa estetika dipertimbangkan sebagai dari cabang dari sains, khususnya filsafat dan psikologi.
Melihat hal tersebut, khususnya dalam hubungan dengan Konsep seni maka pertimbangan estetika dalam pengolahan rupa setidaknya dapat didekati melalui :
1.Pemahaman karya sebagai objek estetik.
2.Pemahaman terhadap manusia sebagai subjek yang mengamati atau menciptakan karya yang estetik.
Tuntutan teknik tidak satu-satunya pernyataan dalam berkarya seni. Sering dikatakan bahwa penguasaan teknik atau ketrampilan (skill) adalah tuntutan dasar proses penggarapan ide menjadi karya seni. Ini berarti bahwa dalam menggarap unsur-unsur estetis sebagai langkah lanjut dalam mencipta atau dalam menentukan azas-azas estetik, seniman perlu ditunjang dengan kemampuan teknik atau ketrampilan. Bahkan kemampuan teknik itu sendiri saling berpengaruh dengan azas atau prinsip estetis.
Kemampuan estetika adalah kemampuan mencipta nilai-nilai keindahan untuk karya seni sesuai dengan pengalaman artistik seorang seniman. Pada pemanfaatan karya seni, melekat pengertian sikap estetik. 
Berawal dari perbedaan pengertian keindahan, lahirlah teori obyektif dan subyektif.
a.Teori obyektif, estetik adalah kesan yang terdapat pada suatu obyek atau karya seni rupa dengan ciri-ciri, sifat, kualitas keindahan yang dihasilkan dari kesatuan unsur seni yang digunakannya.
b.Teori subyektif, bahwa suatu benda atau karya seni rupa dikatakan indah bila dapat menimbulkan perasaan puas, nikmat, kagum, dan indah menurut perasaan sseorang yang bersifat individual.

4.Aspek  Nilai
Menurut R. S. Stites, karya seni memiliki tiga nilai :
a.Nilai pakai adalah nilai ekonomi; berkaitan dengan mata uang
b.Nilai kisah adalah nilai idiil yang bisa berupa nilai religius, moral, historic
c.Nilai formal adalah nilai khiriah atau design yang merupakan nilai intrinsik pada karya seni itu sebagai nilai seni.

Teori Seni

1. Teori Mimesis
Teori-teori ini berpijak pada pemikiran bahwa seni adalah suatu usaha untuk menciptakan tiruan alam. Kata mimesis berasal dari kata Yunani dimana teori ini pertama kali dicetuskan oleh Plato. Terjemahan yang tepat dari kata mimesis agak sukar dicari, karena bagi Plato mimesis ini tidak saja berlaku untuk senirupa melainkan juga berlaku untuk seni musik, drama dan sebagainya.
Teori mimesis ini amat penting dalam tinjauan seni karena setelah zaman Yunani konsep ini dihidupkan kembali dalam seni Renaissance dan sampai sekarng masih cukup berpengaruh. Inti dari teori mimesis ini adalah perkembangan seni naturalis baik secara formal maupun sebagai pengenalan pengalaman.

2. Teori Instrumental
Teori-teori ini berpijak pada pemikiran bahwa seni mempunyai tujuan tertentu dan bahwa fungsi dan aktivitas seni sangat menentukan dalam suatu karya seni. Misalnya fungsi-fungsi edukatif, fungsi-fungsi propaganda, religius dan sebagainya.
Cabang lain dari teori ini adalah seni sebagai sarana penyampaian perasaan, emosi dan sebagainya. Seni adalah sarana kita untuk mengadakan kontak dengan pribadi si seniman ataupun bagi seniman untuk berkomunikasi dengan kita.

3. Teori Formalistis
Teori ini merupakan reaksi terhadap kedua teori di atas karena menganggap bahwa keduanya tidak memberikan standar penilaian estetis. Mereka berpendapat bahwa elemen-elemen bentuk suatu karya seni juga memancarkan nilai-nilai estetis.

4. Teori-teori abad 20
Teori-teori yang lebih praktis dan menitik beratkan pada kritik dan apresiasi. Seni adalah suatu tindakan kreatif. Pertama ia adalah suatu realita yang diciptakan, kedua ia harus bisa memberikan kesempatan dan kemampuan untuk pnghayatan estetis.

Sifat Dasar Seni

1. Kreatif, seni merupakan suatu rangkaian kegiatan manusia yg selalu mencipta realitas baru, sesuatu yang sebelumnya tidak ada atau belum pernah muncul dalam ide atau gagasan seseorang. Misalnya, campur sari, yang memadukan gamelan dengan musik modern, atau seorang pelukis yang menggunakan kulit telur sebagai medianya.

2. Individualitas, karya seni yang diciptakan seorang seniman merupakan ciri yang bersifat personal, subyektif dan individual. Seniman berperan sebagai konseptor karya dan sekaligus berperan sebagai pembuat karya atau pelaku. Dalam perkembangannya karya seni juga dapat pula merupakan karya bersama atau kolaborasi yang merefleksikan  gagasan bersama. Contoh, lagu-lagu ciptaan Iwan Fals terdengar berbeda dengan lagu-lagu ciptaan Ebiet G Ade.

3. Ekspresif, dalam mengapresiasi  dan menilai suatu karya seni harus memakai kriteria atau ukuran perasaan estetis. Seniman mengekspresikan perasaan estetisnya melalui karyanya, sedangkan penikmat seni menghayati , memahami, dan mengapresiasi karya tersebut dengan perasaannya. Contoh, lagu Indonesia Menangis, lagu yang dinyanyikan Sherina pada saat terjadinya bencana gempa bumi dan tsunami di Aceh beberapa tahun yang lalu, mampu membangkitkan emosi, simpati dan  empati yang sangat mendalam pada diri penikmat seni dan masyarakat Indonesia pada umumnya.

4. Keabadian, karya seni dapat hidup sepanjang masa, melampaui usia seniman itu sendiri. Contoh, lagu-lagu koes plus sampai saat masih di gemari oleh berbagai kalangan dari berbagai tingkatan usia.

5. Universal, seni berkembang di seluruh dunia dan sepanjang waktu, seni tidak terpisah dari kehidupan masyarakat. Sejak jamanpra sejarah sampai saat ini, seniman terus membuat karya seni dengan beragam fungsi sesuai kebutuhan pada jamannya.

Cabang Seni

Berdasarkan jenis dan perwujudannya, seni sebagai bagian kebudayaan memiliki jenis beragam. Secara umum, seni dibagi menjadi tiga yaitu seni rupa, seni pertunjukan dan seni media rekam. Menurut penampilannya seni dapat dibedakan menjadi dua, yaitu seni rupa dan seni pertunjukan. Menurut medianya, seni dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu seni audio, seni visual dan seni audiovisual. Menurut cabangnya, seni dibagi menjadi empat, yaitu seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni teater.
1. Seni rupa adalah gagasan manusia yang diekspresikan melalui pola kelakuan tertentu dengan media titik, garis, bidang, bentuk, warna, tekstur, dan gelap terang yang ditata dengan prinsip tertentu sehingga menghasilkan karya yang indah dan bermakna.

2. Seni musik adalah gagasan manusia yang diekspresikan melalui pola kelakuan tertentu dengan media suara atau bunyi yang ditata dengan prinsip tertentu, sehingga menghasilkan karya yang indah dan bermakna.

3. Seni tari adalah gagasan manusia yang diekspresikan melalui pola kelakuan tertentu dengan media gerak yang ditata dengan prinsip tertentu, sehingga menghasilkan karya yang indah dan bermakna.

4. Seni teater adalah gagasan manusia yang diekspresikan melalui pola kelakuan tertentu dengan media suara, gerak, dan mimik rupa yang ditata dengan prinsip tertentu, sehingga menghasilkan karya yang indah dan bermakna.

Konsep Seni: Pengertian seni

1. Menurut Ensiklopedia Indonesia, seni meliputi penciptaan dari segala hal atau benda yang karena keindahan bentuknya, orang senang melihatnya atau mendengarnya.

2. Menurut Akhdiat Karta Mihardja, seni adalah kegiatan rohani manusia yang merefleksikan realitas dalam suatu karya yang, berkat bentuk dan isinya, mempuyai daya untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam rohani penerimanya.

3. Menurut Plato, seni ialah peniruan terhadap alam, sehingga karya seni merupakan tiruan bentuk alam seperti manusia, binatang, dan tumbuhan. Aristoteles menambahkan bahwa peniruan terhadap alam itu harus ideal, dan serba baik, misalnya menggambar bentuk harus gagah dan cantik.

4. Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa seni merupakan perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah, sehingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia.

Dari beberapa definisi seni tersebut, bias disimpulkan bahwa seni atau kesenian merupakan bagian dari kebudayaan, yaitu gagasan manusia yang diekspresikan melalui pola kelakuan tertentu sehingga menghasilkan karya yang indah dan bermakna. Dengan demikian, wujud kesenian ada tiga, yaitu : 

a. Pengetahuan, gagasan, nilai – nilai yang ada pada pikiran manusia;

b. Pola kelakuan tertentu untuk mewujudkan gagasan;

c. Hasil kelakuan yang berupa karya seni.

Kebudayaan: Substansi Kebudayaan

Substansi Kebudayaan merupakan bentuk abstrak dari berbagai macam ide serta gagasan yang lahir dari pikiran manusia, bermunculan dalam kehidupan masyarakat yang kemudian memberi jiwa pada masyarakat tersebut.

Secara umum setiap sistem budaya memiliki substansi yang di antaranya berupa pengetahuan, nilai, pandangan hidup, kepercayaan, persepsi, dan etos bekerja. 

1. Macam-Macam Substansi Kebudayaan

a. Pengetahuan
Pengetahuan dapat dikatakan sebagai dugaan-dugaan (hipotesa) yang telah teruji kebenarannya, baik melalui teori-teori tertentu maupun melalui pengalaman langsung dalam kehidupan nyata. Misalnya: air akan mendidih pada suhu 100 derajat Celsius, angin bertiup dari tekanan udara yang tinggi menuju tekanan udara yang rendah, pada musim penghujan berbagai macam tanaman akan tumbuh dengan subur, rajin pangkal pandai hemat pangkal kaya, dan lain sebagainya. Manusia sangat memerlukan pengetahuan dalam melangsungkan kehidupannya.

b. Nilai
Nilai merupakan segala sesuatu yang dianggap berharga, dianggap baik, dan dianggap benar yang telah diterima dan disepakati bersama dalam kehidupan masyarakat. Selanjutnya, nilai tersebut dijadikan pedoman oleh setiap warga masyarakat dalam melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari. Prof. Notonegoro mengklasifikasikan nilai menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Nilai Material
Nilai material merupakan nilai yang terkandung dalam suatu benda karena memiliki kegunaan sebagai bahan pembuatan barang tertentu, seperti pasir, batu, tembaga, emas, batu bara, dan sebagainya.
2. Nilai Vital
Nilai vital adalah nilai yang terkandung di dalam suatu benda sebagai akibat dari kegunaan atau fungsi yang ditimbulkan dari benda yang bersangkutan. Misalnya: gergaji memiliki nilai untuk memotong kayu, kapak memiliki nilai untuk membelah kayu, kendaraan memiliki nilai sebagai alat transportasi, kalkulator memiliki nilai sebagai mesin hitung, dan sebagainya.
3. Nilai Spiritual
Nilai spiritual adalah nilai yang terkandung di dalam jiwa manusia. Nilai spiritual ini bersifat abstrak yang meliputi nilai religius, nilaiestetika, dan nilai moral. Nilai religius merupakan nilai-nilai kebenaran yang terkandung di dalam suatu ajaran agama atau kepercayaan tertentu. Nilai estetika merupakan nilai keindahan yang terdapat dalam suatu benda. Sedangkan nilai moral merupakan nilai mengenai baik buruknya perilaku manusia.

c. Pandangan Hidup
Pandangan hidup merupakan suatu prinsip yang dianut oleh seseorang atau sekelompok orang. Pandangan hidup seseorang sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman hidup yang dimiliki. Sifat dari suatu pandangan hidup sangat abstrak karena hanya terdapat di dalam jiwa manusia.  Namun demikian, pandangan hidup tersebut sangat berpengaruh terhadap persepsi, sikap, dan perilaku seseorang. Pada masyarakat Indonesia, Pancasila dianggap sebagai pandangan hidup bangsa, artinya Pancasila telah tumbuh dan berkembang pada masyarakat Indonesia sehingga menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari.

d. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan pandangan hidup yang telah menyatu dan mendarah daging pada diri manusia, baik secara individual maupun secara kolektif, sehingga menjadi dasar dalam berpikir, bersikap, dan berperilaku. Dikaitkan dengan kehidupan keagamaan, kepercayaan diimplementasikan dalam bentuk iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam konteks seperti ini, kepercayaan akan berkembang secara sistematis dengan para pengikut yang fanatis.

e. Persepsi
Persepsi merupakan pandangan seseorang terhadap sesuatu hal. Antara orang yang satu dengan orang yang lain tidak selalu memiliki persepsi yang sama terhadap suatu hal. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan sudut pandang yang dimiliki oleh masing-masing orang. Biasanya persepsi akan tampak dalam bentuk perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang.

f. Etos Kerja
Etos kerja merupakan prinsip-prinsip yang dimiliki oleh seseorang dalam hubungannya dengan semangat kerja. Etos kerja seseorang dipengaruhi dua faktor, yaitu: (a) faktor lingkungan budaya, dan (b) faktor potensi individual.

Kebudayaan: Unsur-unsur kebudayaan

Mempelajari unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah kebudayaan sangat penting untuk memahami beberapa unsur kebudayaan manusia. Kluckhon dalam bukunya yang berjudul Universal Categories of Culture membagi kebudayaan yang ditemukan pada semua bangsa di dunia dari sistem kebudayaan yang sederhana seperti masyarakat pedesaan hingga sistem kebudayaan yang kompleks seperti masyarakat perkotaan. Kluckhon membagi sistem kebudayaan menjadi tujuh unsur kebudayaan universal atau disebut dengan kultural universal.

Menurut Koentjaraningrat, istilah universal menunjukkan bahwa unsur-unsur kebudayaan bersifat universal dan dapat ditemukan di dalam kebudayaan semua bangsa yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Ketujuh unsur kebudayaan tersebut adalah bahasa, sistem pengetahuan, sistem organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem ekonomi dan mata pencaharian hidup, sistem religi, serta kesenian.

Berikut ini akan diuraikan setiap unsur kultural universal.
1. Sistem Bahasa
Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi mengenai bahasa disebut dengan istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing, kemampuan manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang fenomena sosial yang diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat bergantung pada bahasa. Dengan demikian, bahasa menduduki porsi yang penting dalam analisa kebudayaan manusia.

2. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan hidup dan teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide manusia. Sistem pengetahuan sangat luas batasannya karena mencakup pengetahuan manusia tentang berbagai unsur yang digunakan dalam kehidupannya. Namun, yang menjadi kajian dalam antropologi adalah bagaimana pengetahuan manusia digunakan untuk mempertahankan hidupnya. Misalnya, masyarakat biasanya memiliki pengetahuan akan astronomi tradisional, yakni perhitungan hari berdasarkan atas bulan atau benda-benda langit yang dianggap memberikan tandatanda bagi kehidupan manusia.
Masyarakat pedesaan yang hidup dari bertani akan memiliki sistem kalender pertanian tradisional yang disebut sistem pranatamangsa yang sejak dahulu telah digunakan oleh nenek moyang untuk menjalankan aktivitas pertaniannya. Menurut Marsono pranatamangsa dalam masyarakat Jawa sudah digunakan sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu. Sistem pranatamangsa digunakan untuk menentukan kaitan antara tingkat curah hujan dengan kemarau. Melalui sistem ini para petani akan mengetahui kapan saat mulai mengolah tanah, saat menanam, dan saat memanen  hasil pertaniannya karena semua aktivitas pertaniannya didasarkan pada siklus peristiwa alam.

3. Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial
Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi sosial merupakan usaha antropologi untuk memahami bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui berbagai kelompok sosial. Menurut Koentjaraningrat tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan di mana dia hidup dan bergaul dari hari ke hari. Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah kerabatnya, yaitu keluarga inti yang dekat dan kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia akan digolongkan ke dalam tingkatan-tingkatan lokalitas geografis untuk membentuk organisasi sosial dalam kehidupannya.
Kekerabatan berkaitan dengan pengertian tentang perkawinan dalam suatu masyarakat karena perkawinan merupakan inti atau dasar pembentukan suatu komunitas atau organisasi sosial. Perkawinan diartikan sebagai penyatuan dua orang yang berbeda jenis kelamin untuk membagi sebagian besar hidup mereka bersamasama. Namun, definisi perkawinan tersebut bisa diperluas karena aktivitas tersebut mengandung berbagai unsur yang melibatkan kerabat luasnya.

4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan selalu membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para antropolog dalam memahami kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu masyarakat berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi yang masih sederhana. Dengan demikian, bahasan tentang unsur kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup dan teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik.
Menurut Koentjaraningrat, pada masyarakat tradisional terdapat delapan macam sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik yang digunakan oleh kelompok manusia yang hidup berpindah-pindah atau masyarakat pertanian, antara lain sebagai berikut. Alat-Alat Produktif,  Senjata Wadah, Alat-Alat Menyalakan Api Makanan, Minuman, Bahan Pembangkit Gairah, dan Jamu-jamuan, Pakaian dan Tempat Perhiasan, Tempat Berlindung dan Perumahan, Alat-Alat Transportasi.

5. Sistem Ekonomi/Mata Pencaharian Hidup
Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian penting etnografi. Penelitian etnografi mengenai sistem mata pencaharian mengkaji bagaimana cara mata pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem perekonomian mereka untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Sistem ekonomi pada masyarakat tradisional, antara lain
a. berburu dan meramu;
b. beternak;
c. bercocok tanam di ladang;
d. menangkap ikan;
e. bercocok tanam menetap dengan sistem irigasi.
Lima sistem mata pencaharian tersebut merupakan jenis mata pencaharian manusia yang paling tua dan dilakukan oleh sebagian besar masyarakat pada masa lampau dan pada saat ini banyakmasyarakat yang beralih ke mata pencaharian lain. Mata pencaharian meramu pada saat ini sudah lama ditinggalkan karena terbatasnyasumber daya alam karena semakin banyaknya jumlah penduduk.

6. Sistem Religi
Koentjaraningrat menyatakan bahwa asal mula permasalahan fungsi religi dalam masyarakat adalah adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib atau supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan mengapa manusia itu melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan supranatural tersebut. Dalam usaha untuk memecahkan pertanyaan mendasar yang menjadi penyebab lahirnya asal mula religi tersebut, para ilmuwan sosial berasumsi bahwa religi suku-suku bangsa di luar Eropa adalah sisa dari bentuk-bentuk religi kuno yang dianut oleh seluruh umat manusia pada zaman dahulu ketika kebudayaan mereka masih primitif. 
Kajian antropologi dalam memahami unsur religi sebagai kebudayaan manusia tidak dapat dipisahkan dari religious emotion atau emosi keagamaan. Emosi keagamaan adalah perasaan dalam diri manusia yang mendorongnya melakukan tindakan-tindakan yang bersifat religius. Emosi keagamaan ini pula yang memunculkan konsepsi benda-benda yang dianggap sakral dan profan dalam kehidupan manusia.
Salah satu unsur religi adalah aktivitas keagamaan di mana terdapat beberapa aspek yang penting untuk dilakukan dalam aktivitas tersebut. Unsur tersebut, antara lain sebagai berikut.
a. Tempat dilakukannya upacara keagamaan, seperti candi, pura, kuil, surau, masjid, gereja, wihara atau tempat-tempat lain yang dianggap suci oleh umat beragama.
b. Waktu dilakukannya upacara keagamaan, yaitu hari-hari yang dianggap keramat atau suci atau melaksanakan hari yang memang telah ditentukan untuk melaksanakan acara religi tersebut.
c. Benda-benda dan alat-alat yang digunakan dalam upacara keagamaan, yaitu patung-patung, alat bunyi-bunyian, kalung sesaji, tasbih, dan rosario.
d. Orang yang memimpin suatu upacara keagamaan, yaitu orang yang dianggap memiliki kekuatan religi yang lebih tinggi dibandingkan anggota kelompok keagamaan lainnya.   Misalnya, ustad, pastor, dan biksu. Dalam masyarakat yang tingkatreliginya masih relatif sederhana pemimpin keagamaan adalah dukun, saman atau tetua adat.

7. Kesenian
Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari penelitian etnografi mengenai aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan dalam penelitian tersebut berisi mengenai benda-benda atau artefak yang memuat unsur seni, seperti patung, ukiran, dan hiasan. Penulisan etnografi awal tentang unsur seni pada kebudayaan manusia lebih mengarah pada teknikteknik dan proses pembuatan benda seni tersebut. Selain itu, deskripsi etnografi awal tersebut juga meneliti perkembangan seni musik, seni tari, dan seni drama dalam suatu masyarakat.
Berdasarkan jenisnya, seni rupa terdiri atas seni patung, seni relief, seni ukir, seni lukis, dan seni rias. Seni musik terdiri atas seni vokal dan instrumental, sedangkan seni sastra terdiri atas prosa dan puisi. Selain itu, terdapat seni gerak dan seni tari, yakni seni yang dapat ditangkap melalui indera pendengaran maupun penglihatan. Jenis seni tradisional adalah wayang, ketoprak, tari, ludruk, dan lenong. Sedangkan seni modern adalah film, lagu, dan koreografi.

Kebudayaan: Wujud Budaya

Koentjaraningrat membagi kebudayaan dalam tiga wujud, yakni ideas (sistem ide), activities (sistem aktivitas), dan artifacts (sistem artefak).

1. Wujud Kebudayaan sebagai Sistem Ide
Wujud kebudayaan sebagai sistem ide bersifat sangat abstrak, tidak bisa diraba atau difoto dan terdapat dalam alam pikiran individu penganut kebudayaan tersebut. Wujud kebudayaan sebagai sistem ide hanya bisa dirasakan dalam kehidupan sehari-hari yang mewujud dalam bentuk norma, adat istiadat, agama, dan hukum atau undang-undang. Contoh wujud kebudayaan sebagai sistem ide yang berfungsi untuk mengatur dan menjadi acuan perilaku kehidupan manusia adalah norma sosial. Norma sosial dibakukan secara tidak tertulis dan diakui bersama oleh anggota kelompok masyarakat tersebut. Misalnya, aturan atau norma sopan santun dalam berbicara kepada orang yang lebih tua dan aturan bertamu di rumah orang lain. Bentuk kebudayaan sebagai sistem ide secara konkret terdapat dalam undang-undang atau suatu peraturan tertulis.

2. Wujud Kebudayaan sebagai Sistem Aktivitas
Wujud kebudayaan sebagai sistem aktivitas merupakan sebuah aktivitas atau kegiatan sosial yang berpola dari individu dalam suatu masyarakat. Sistem ini terdiri atas aktivitas manusia yang saling berinteraksi dan berhubungan secara kontinu dengan sesamanya.
Wujud kebudayaan ini bersifat konkret, bisa difoto, dan bisa dilihat. Misalnya, upacara perkawinan masyarakat Flores, atau proses pemilihan umum di Indonesia. Kampanye partai adalah salah satu contoh bentuk atau wujud kebudayaan yang berupa aktivitas individu. Dalam kegiatan tersebut terkandung perilaku berpola dari individu, yang dibentuk atau dipengaruhi kebudayaannya. Selain itu, upacara perkawinan atau upacara lainnya yang melibatkan suatu aktivitas kontinu dari individu anggota masyarakat yang berpola dan bisa diamati secara langsung juga merupakan salah satu contoh wujud kebudayaan yang berbentuk aktivitas.

3. Wujud Kebudayaan sebagai Sistem Artefak
Wujud kebudayaan sebagai sistem artefak adalah wujud kebudayaan yang paling konkret, bisa dilihat, dan diraba secara langsung oleh pancaindra. Wujud kebudayaan ini adalah berupa kebudayaan fisik yang merupakan hasil-hasil kebudayaan manusia berupa tataran sistem ide atau pemikiran ataupun aktivitas manusia yang berpola Misalnya, kain ulos  dari Batak atau wayang golek dari Jawa. Di dalam upacara adat perkawinan Jawa, berbagai mahar berupa barang yang harus diberikan oleh pihak mempelai laki-laki kepada pihak mempelai perempuan. Benda-benda itu merupakan perwujudan dari ide dan aktivitas individu sebagai hasil dari kebudayaan masyarakat. Dalam upacara selamatan, terdapat berbagai sesaji atau peralatan yang dibutuhkan atau digunakan dalam aktivitas tersebut. Di dalam suatu kampanye partai politik dibuat berbagai macam lambang partai berupa bendera yang menyimbolkan keberadaan atau kebesaran partai tersebut.

Kebudayaan: Fungsi, Hakekat dan Sifat Kebudayaan

Fungsi kebudayaan adalah untuk mengatur manusia agar dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak dan berbuat untuk menentukan sikap kalau akan berhubungan dengan orang lain didalam menjalankan hidupnya.
kebudayaan berfungsi sebagai:
1. Suatu pedoman bagaimana berhubungan/bersosialisasi antar manusia atau kelompok

2. Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kehidupan lainnya

3. Pembimbing kehidupan manusia

4. Pembeda antar manusia dan binatang


Hakekat Kebudayaan
1. Kebudayaan terwujud dan tersalurkan dari perilaku manusia

2. Kebudayaan itu ada sebelum generasi lahir dan kebudayaan itu tidak dapat hilang setelah generasi tidak ada

3. Kebudayan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya

4. Kebudayaan mencakup aturan-aturan yang memberikan kewajiban kewajiban


Sifat Kebudayaan
•Tidak diwariskan secara genetika tetapi melalui proses belajar

•Diperoleh melalui pendidikan, baik secara formal maupun tidak formal

•Milik masyarakat, bukan milik individu

•Bersifat tradisional

Kebudayaan: Konsep Kebudayaan

Pengertian kebudayaan secara etimologis adalah pengertian kebudayaan didasarkan atas asal kata kebudayaan, yakni dengan cara menjabarkan makna kebudayaan dan asal katanya dalam sejarah penggunaannya.

1. Koentjaraningrat (dalam Pengantar Antropologi)
Kebudayaan berasal dari kata “budhayah” (bahasa Sansekerta) yang merupakan bentuk jamak dari “budhi” yang berarti budi atau akal. Berdasarkan asal kata ini kebudayaan dimengerti sebagai hal yang bersangkutan dengan akal. Koentjaraningrat, seorang tokoh antropologi di Indonesia mendefinisikan kebudayaan sebagai ”keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil manusia dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.”

2. Haji Agus Salim (dalam Endang Saefuddin Ansari, Agama dan Kebudayaan),
Kebudayaan di dalam bahasa Jawa diucapkan “kabudayan”, dan merupakan persatuan antara budi dan daya. Kebudayaan merupakan kata yang sejiwa, tidak dipisah-pisah. Budi sendiri mengandung makna akal, pikiran, pengertian, paham, pendapat, ikhtiar, serta perasaan. Daya berarti tenaga, kekuatan dan kesanggupan. Kebudayaan oleh karenanya berarti himpunan segala usaha dan daya upaya yang dikerjakan dengan menggunakan hasil pendapat budi untuk memperbaiki sesuatu dengan tujuan mencari kesempurnaan.

3. M.M. Djojodiguno (dalam Asas-asas Sosiologi)
Kebudayaan merupakan bentuk rimbang dan kata budaya. Budaya merupakan mufrad dan budi yang berarti kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam jiwa manusia, yang membedakan manusia dengan hewan.

4. C. Kluckhohn (1952) mengatakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan pola-pola tingkah laku, baik eksplisit maupun implisit yang diperoleh dan diturunkan melalui simbol yang akhirnya mampu membentuk sesuatu yang khas dari kelompok-kelompok manusia, termasuk perwujudannya dalam benda-benda materi.

5. Selo soemardjan dan Soelaiman Soemardi merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.

Karya menciptkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah yang diperlukan masyarakat.  Rasa meliputi jiwa manusia.  Sedangkan cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan berpikir dari orang-orang yang hidup dalam masyarakat yang kemudian menghasilkan ilmu pengetahuan

Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kebudayaan mengandung arti:
-Hal-hal yang bersangkutan dengan akal
-Segala usaha yang dikerjakan berdasarkan budi, untuk memperbaiki sesuatu dan untuk mencapai kesempurnaan
-Kemungkinan hal yang ada pada manusia yang membedakannya dengan hewan
-Hasil cipta, rasa dan karsa

Istilah atau kata kebudayaan juga sering dipakai bersama dengan kata kultur (culture) dan peradaban (civilization). Meskipun demikian meskipun secara umum ketiga kata tersebut sering dimengerti sama, ada juga yang menganggap adanya nuansa perbedaan tipis antara kebudayaan, kultur, dan peradaban.


Making Dolls from Straw

The straw dolls we have seen in the rice fields are creepy straw dolls because they were deliberately made to frighten rice fields, but the dolls we will make this time are cute straw dolls and smaller in size so that they are not scary. Making dolls from natural materials such as straw is not difficult, before making straw dolls there needs to be a design first. Following is the design of making human figure dolls with straw material:

1. Doll body, doll body that we will make as high as bolfoin. Used drink bottles are very suitable to be used as a twisted human doll body.


2. Neck, neck is part of the boundary between the body of the doll and the head.


3. Head, the shape of the doll's head is usually round or ball shaped. The doll's head that fits the size of the doll this time is a head the size of a ping pong ball.


4. Hands, to make a hand that has a complex structure over the fingers, so it is not too difficult to use a modified straw.


5. Legs, there are several types of dolls that do not include a complete body part in order to function. For example, to make a doll stand up and move the doll there is no need for legs because it can stand alone. In making dolls this time, body parts don't need to be included.


6. Accessories, Accessories referred to in this doll are parts of the doll outside the head, body, hands or feet. Accessories can be exemplified as hats, crowns, hair ornaments, or objects / items relating to the appearance of straw dolls to be made.



7. Construction of a complete doll, all that remains is to stick with natural straw.




Material for making straw dolls:
1. Used bottles


2. Close the used bottle


3. Ping-Pong balls


4. Toy eyes


5. Gravel


6. Dry Straw


7. Coarse choking










Tool for making straw dolls:
1. Scissors


2. Styrofoam Glue


3. Sticks

How to make a straw doll:
1. Prepare the tools and materials to be used.


2. Choose attractive used bottles as the basic framework of the doll's body.
 


3. Fill the used bottle with gravel as a ballast so the doll can stand.



4. Glue the ping-pong ball to the neck of the bottle using glue.
 
Unscrew glue

 
Take glue using a stick

 
Glued

5. Cut the straw according to creativity using scissors.




6. Stick the ready-made skeleton using straw slices.


7. Don't forget that straw dolls are given hands that are made from stems / panicles.
 

8. Create a straw doll with a variety of accessories that can be made from used objects that are stuck with straw as well. For example in the form of headdresses, hair bows, crowns, and so on.







The work of Straw Dolls









The making of this straw doll is quoted from the book: MEMBUAT BONEKA JERAMI