Tuesday, December 29, 2020

Motivasi Berkarya Seni

Di balik berbagai kegiatan yang dilakukan oleh manusia, tersimpan suatu motivasi. Motivasi dapat diartikan sebagai hal yang mendorong manusia untuk melakukan sesuatu. Motivas juga dapat ditemukan pada kegiatan berkarya seni. Motivasi dalam kegiatan berkarya seni sangatlah beragam, yakni sebagai berikut. 

1 . Motivasi komunikasi, yakni dorongan yang muncul dalam diri seniman untuk menyampaikan pesan dan maksud tersirat kepada masyarakat melalui karya seni yang diciptakannyac Seperti yang telah disinggung sebelumnya, suatu karya seni muncul sebagai bentuk perwujudan antara ide yang berasal dari dalam diri seniman dan pengaruh dari luan Bagi seniman yang kesulitan untuk menyampaikan Pemikiran dan gagasannya atas suatu isu, karya seni dapat menjadi media yang tepat untuk menyampaikan pemikiran tersebut. Dengan motivasi komunikasi, seniman akan mencíptakan karya dengan pesan yang akan dipahami oleh masyarakat, baik secara tersurat maupun tersirat. 

2. Motivasi ekspresi, yakni dorongan yang muncul dalam diri Seniman untuk menciptakan karya sebagai wujud ekspresi diri. Apabila seniman berhasil menuangkan ekspresi, ia akan merasakan sensasi katarsis. Katarsis sendiri dapat dimaknai sebagai pelepasan diri seseorang dari segala ketegangan dan beban yang ada di dalam dirinya, atau petampiasan, Motivasi ekspresi akan mendorong seniman dalam menghasilkan karya yang tidak hanya sarat dengan nilai-nilai individual, tetapi juga nilai-nilai universal. 

Gambar 8. 1 1 Motivasi ekspresi yang terwujud melalui instalasi tanah liat berbentuk tas.

3. Motivasi estetis, yakni dorongan dan keinginan untuk menciptakan suatu karya seni yang indah secara otonom atau tidak dikaitkan dengan aspek kehidupan lainnya. Motivasi estetis mendorong seniman untuk menciptakan suatu karya seni murni yang membawa pengalaman keindahan, baik bagi seniman itu sendiri maupun bagi masyarakat yang menikmati karya-karyanya. 

4. Motivasi praktis, yakni dorongan dari dalam diri seniman untuk menciptakan karya seni yang tidak hanya indah, tetapi juga bernilai guna tinggi. Motivasi praktis menjadi landasan terciptanya berbagai bentuk karya seni terapan. Dengan motivasi praktis, seniman akan tertantang untuk menciptakan karya seni yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi tidak meninggalkan sisi estetisnya. 

5. Motivasi spiritual, yakni dorongan dari dalam diri seniman untuk menciptakan karya seni sebagai sarana menuju konsep kebahagiaan hidup sesuai anjuran keagamaan. Motivasi spiritual mendorong munculnya berbagai bentuk karya seni yang bercorak keagamaan, seperti desain bangunan candi dan tulisan kaligrafi.

6. Motivasİ ekonomi, yakni doronqan unluk menciptakan karya seni yang dapat diquınakan unluk Jilemcnuhi kebutuhan hidup. Suatu karya seni yang indah atau bernilai guna tinggi akan nıenggerakkan masyarakat untuk membeli karya seni tersebut. Melalui hasil penjualan karya seni, seniman penciptanya akan memperoleh pendapatan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Gambar 8.12 Motivasi praktis dan ekonomis yang terwujud melalu
i desain bangku dan kursi dari kayu.

7. Motivasi sosial, yakni dorongan untuk menempatkan karya seni sebagai sarana atau alat untuk memperbaiki tatanan atau nilai-nilai yang melenceng dalam kehidupan bermasyarakat. Melalui motivasi ini, suatu karya tidak hanya berfungsi secara estetis ataupun fungsional, tetapi juga sebagai sarana kritik atas suatu isu yang terjadi dalam masyarakat. Suatu karya yang dihadirkan sebagai bentuk kritik sosial akan membawa pengaruh besar, baik bagi seniman penciptanya maupun masyarakat yang menikmati karya tersebut. Contohnya dapat dilihat dalam bentuk syair lagu yang bernada kritik bagi pemerintah ataupun desain grafis pam pakaian yang bernada provokatif.




Sumber : Sugiyanto, dkk. 2017. Seni Budaya untuk SMK/MAK Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Berani Berkreasi dengan Cara Baru

Pengembanqkan karya seni sangat membutuhkan kreativitas dati penciptanya. Kreativitas akan menghasilkan seni memilikı kualitas estetis baik. Kreativitas seniman dalam menciptakan karya seni meliputi kemampuan untuk menciptakan karya seni baru dan belum pernah ada sebelumnya seita kemampuan untuk memvariasikan atau membuat kreasi baru dari karya seni Yang telah ada sebelumnya. Ungkapan kreativitas seniman akan terus bekembang sesuai dengan perkembangan budaya. Seniman yang kreatif akan selalu berusaha melahirkan ide, sikap, konsep, dan pandangan baru, serta tidak pernah puas dengan ide yang telah ada sebelumnya. Proses kreatif dalam melahirkan ide baru dimulai dengan proses berpikir dan berimajinasi. Berpikir dan berimajinasi merupakan dua entitas yang tidak dapat saling dipisahkan. Dengan berpikir, seniman akan menemukan dan memahami suatu ide atau konsep baru. Dengan berimajinasi, ide yang tercipta akan menemukan bentuk yang unik, berciri khas, dan sesuai dengan perasaan seniman. 

Dalam era seni modern, kreativitas dilakukan dengan cara melahirkan bentuk yang benar-benar baru dan belum pernah ada sebelumnya. Contoh kreativitas yang Jahir dalam karya seni modern adalah munculnya berbagai corak seni patung, seni lukis, dan arsitektur yang sangat beragam. Gaya-gaya yang Pernah muncul adalah realisme, impresionisme, ekspresionisme, kubisme, ataupun abstrak.

 

Gambar 8.3 Lukisan karya Wassily Kandinsky yang bergaya abstrak biomorfis.

Kreativitas dalam seni rupa kontemporer terletak pada keberanian dan kemampuan seniman dalam mendaur ulang bentuk-bentuk seni yang telah ada sebelumnya dengan bentuk-bentuk seni barg. Penggabungan kedua bentuk seni tersebut menghasilkan apa yang dikenal sebagai ekletisme.

Penggabungan bentuk bentuk seni tidak hanya dilakukan pada bentuk seni latna dan baru, tetapi juga bentuk-bentuk seni tradisional. Contohnya adalah penggabungan tarian adat dari berbagai daerah di Indonesia yang menghasilkan bentuk karya seni baru, tetapi tidak kehilangan unsur-unsur akarnya. 

Kreativitas seniman dapat diaplikasikan pada bentuk-bentuk seni rupa dan seni terapan. Dalam bentuk seni rupa, kreativitas seniman dapat diwujudkan melalui pemilihan alat dan bahan yang tidak biasa dalam penciptaan karya seni. Pada bahasan sebelumnya, telah disinggung mengenai pembuatan lukisan dengan menggunakan teknik pembakaran obat nyamuk bakar dan rokok. Pembuatan lukisan dengan teknik tersebut merupakan salah satu dari sekian banyak contoh kreativitas seniman saat ini. Contoh lainnya adalah instalasi yang menggabungkan seni patung dan seni suara yang membawa kesan barp bagi para penikmat seni masa kini.

 

Gambar 8.9 Instalasi patung keramik karya Arya Pandjalu yang menggabungkan seni patung dengan seni suara yang tercipta melalui instrumen mekanik yang diletakkan di belakang patung. 

Sementara itu, kreativitas seniman dalam bidang seni terapan dapat diwujudkan dalam bentuk kreasi seni arsitektur hingga seni grafis dan desain. Contohnya dapat ditemukan pada berbagai logo produk atau desain pakaian. Pada desain pakaian, sering kali seniman penciptanya menghasilkan gambar atau tulisan grafis yang dengan mudah menarik mata orang yang melihatnya, baik dari segi pemilihan kata yang menggelitik ataupun warna yang mencolok. Sementara itu, pada bidang arsitektur, seniman dapat menuangkan kreativitasnya dalam bentuk pemilihan material dan bentuk bangunan. Contohnya adalah kafe tematik yang dibangun dalam peti kemas at u bus tua atau kafe yang dibangun dengan banyak memasukkan elemen produk daur ulang pada interiornya. 

Meskipun diaplikasikan dalam bentuk seni yang berbeda, kreativitas seniman akan mengusung orisinalitas yang sulit untuk ditiru. Orisinalitas merupakan hal yang sangat penting karena menyangkut pengalaman seniınan dalam penciptaan suatu karya. Orisinalitas dan keinginan unluk tidak mengikuti arus ketika berkarya akan membawa pengalaman yarıg benar-benar baru dan sulit terlupakan, baik bagi seniman maupun penikmat karya seni yang bersangkutan.

  

8.10 Kreativitas seniman yang terwujud dalam bentuk desain yang disablon pada kaos.




Sumber : Sugiyanto, dkk. 2017. Seni Budaya untuk SMK/MAK Kelas X. Jakarta: Erlangga.


Langkah membuat karya seni menggunakan metode ilmiah

Menurut SP. Gustami, langkah-langkah berkarya seni dengan menggunakan metode ilmiah umumnya terdiri atas tiga langkah, yakni eksplorasi, perancangan, dan perwujudan. 

1 . Tahap eksplorasi adalah tahap penggalian ide melalui pencarian dalam berbagai sumber referensi dan informasi, mulai dari media cetak (seperti buku, koran, dan majalah) hingga media elektronik (seperti televisi dan komputer/ internet). Ide yang diperoleh dari tahap eksplorasi akan diwujudkan dalam bentuk rancangan dan sketsa. 

2. Tahap perancangan adalah tahap pembuatan rancangan sebagai perwujudan visual dari ide yang diperoleh dari tahap eksplorasi. Rancangan dibuat dalam bentuk sketsa dan terdiri atas dua jenis, yaitu sketsa kasar dan sektsa final. Sketsa kasar dibuat dalam berbagai alternatif yang akan dipilih sebagai sketsa final. Sketsa final umumnya berbentuk gambar yang mendetail dan terperinci, misalnya gambar proyeksi ataupun gambar perspektif. 

3. Tahap perwujudan adalah tahap mewujudkan sketsa final menjadi prototipe/model awal yang mewakili semua elemen dalam sketsa final. Prototipe dibuat dalam bentuk miniatur dengan Skala tertentu dan mewakili bentuk dari karya yang hendak dihasilkan.



Ketiga langkah tersebut dapat diuraikan menjadi enam langkah, yaitu sebagai berikut. 

1. Langkah pengembaraan jiwa, yaitu langkah yang dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan serta penggalian berbagai sumber referensi dan informasi. Langkah ini dilakukan untuk menemukan tema atau isu tertentu yang memerlukan solusi pemecahan masalah. 

2. Pemilihan landasan teori, sumber, referensi, dan acuan visual. Langkah ini bertujuan untuk mendapatkan data, alat dan bahan, teknik, bentuk dan unsur estetis, serta unsur ekstrinsik lainnya (misalnya aspek sosio-kultural) yang akan digunakan untuk memecahkan masalah. Tahapan ini juga dapat disebut sebagai tahap analisis. 

3. Perancangan, yaitu langkah penuangan hasil analisis dalam bentuk visual dan dua dimensi (berbentuk gambar). Hal yang dipertimbangkan dalam tahap ini meliputi aspek material, teknik, proses, metode, konstruksi, ergonomi, keamanan, kenyamanan, keselarasan, keseimbangan, bentuk, unsur'estetis, gaya, filosofi, pesan makna, nilai ekonomi, serta peluang pasar ke depan. Rancangan dibuat dalam bentuk rancangan kasar dan rancangan final.

4. Realisasi rancangan, yaitu tahap mewujudkan rancangan dalam bentuk model awal atau prototipe. Prototipe menjadi dasar dari bentuk karya nyata. 

5. Realisasi prototipe, yaitu tahap mewujudkan prototipe ke dalam bentuk karya nyata. Karya yang telah selesai selanjutnya akan memasuki tahap finishing dan pengemasan. 

6. Evaluasi, yaitu tahapan penilaian yang bertujuan mengetahui kualitas karya. Evaluasi dapat dilakukan dalam bentuk pameran yang memicu timbulnya berbagai respons dari masyarakat. Hal-hal yang dinilai dalam tahap evaluasi karya meliputi aspek fisik dan nonfisik. Aspek fisik meliputi bentuk dan fungsi karya (dalam karya seni terapan), sedangkan aspek nonfisik meliputi makna dan pesan yang tersirat dalam karya yang bersangkutan. 




Sumber : Sugiyanto, dkk. 2017. Seni Budaya untuk SMK/MAK Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Metode Pengembangan Karya Seni

Umumnya, metode pengembangan karya seni dapat dilakukan secara intuitif dan ilmiah. Metode intuitif adalah metode pembuatan karya seni tanpa melalui perencanaan yang matang dan terukur. Proses penciptaan sepenuhnya hanya mengutamakan langkah eksperimen dan percobaan demi menghasilkan karya yang artistik dan indah. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa metode ini sangat bergantung pada intuisi penciptanya. Hal ini tentu berbeda dengan metode ilmiah, yaitu penciptaan karya yang dilakukan dengan perencanaan yang saksama, analitis, dan sistematis. 

Metode pengembangan karya seni umumnya dipilih berdasarkan jenis karya seni yang hendak dihasilkan. Dalam pembuatan karya seni murni atau fine art, metode pengembangan yang sering digunakan adalah metode intuitif. Metode intuitif dipilih karena dalam penciptaan karya seni murni, sangat mungkin terjadi banyak eksplorasi, inovasi, dan improvisasi, baik dari segi pemilihan bahan maupun teknik Yang digunakan. Metode ini juga mengakomodasi kreativitas dan imajinasi seniman dalam menciptakan karya. Hasil dari Penciptaan karya menggunakan metode ini juga belum dapat diketahui sebelum mencapai titik akhir.

Metode intuitif juga menjadi jembatan bagi para seniman untuk menciptakan berbagai teknik baru dalam berkarya. Contohnya adalah Willem de Kooning, salah satu pelukis dari Belanda yang menjadi tokoh sentral dalam gaya abstrak ekspresionisme. Aliran ini dipilih de Kooning yang enggan untuk menampilkan sisi estetika realistik dalam karya-karyanya. Dengan mengusung aliran ini, lukisan yang dihasilkan de Kooning kental dengan nuansa nonrealistik, acak dan tidak rapi, tetapi memiliki kesan artistik tersendiri.  

Dalam menciptakan karya, de Kooning juga banyak bereksperimen dan menggunakan teknik yang tidak biasa. Eksperimen dan inovasi teknik yang ia buat bertujuan menghasilkan bentuk-bentuk yang baru dan unik. Contoh inovasi Yang ia lakukan adalah melukis dengan mata tertutup atau melukis dengan tangan kiri, meskipun ia bukan seorang yang kidal. Hal ini ia lakukan untuk menolak kemampuan teknik yang dimilikinya dan menghindari peniruan akan citra sesuatu. Selain itu, de Kooning juga sering menciptakan tanda-tanda huruf yang enigmatik sebagai stimulus untuk direspons ke bentuk-bentuk asosiatif selanjutnya oleh para penikmat karyanya. Contoh karya de Kooning yang tercipta melalui teknik-teknik tersebut adalah lukisan berjudul Two Figures in a Landscape.

Gambar 8.6 Two Figures in a Landscape, salah satu lukisan Willem De Kooning yang tercipta berkat mezode intuitif.

Sementara itu, metode ilmiah umumnya digunakan dalam penciptaan karya seni terapan. Dalam penciptaan karya seni terapan, umurnnya seniman dan pengrajin sudah memiliki bayangan mengenai bentuk dan hasil akhir dari karya yang akan diciptakan. Untuk mencapai hasil akhir yang diinginkan, seniman dan pengrajin akan memilih bahan yang tepat. Teknik dan langkah-langkah yang dipilih sering kali berupa metode yang lebih ilmiah serta tahapan terukur dan sistematis. Menggunaan metode ilmiah dapat ditemukan dalam pembuatan karya desain interior, desain mebel, desain bangunan dan arsitektur, serta beberapa karya desain komunikasi visual. Contohnya, dalam pembuatan keranjang untuk keperluan rumah tangga, umumnya seniman dan pengrajin akan memilih bahan berupa rotan yang lentur, tetapi memiliki daya tahan yang cukup kuat.

Gambar 8.7 Keranjang rotan yang dibuat dengan menggunakan metode ilmiah.

Sementara itu, agar keranjang yang dibuat semakin tahan lama, rotan tersebut akan diolah dengan teknik anyaman. Hasil akhir dari karya seni terapan tersebut adalah keranjang anyaman rotan yang tidak hanya indah, tetapi juga kuat dan tahan lama. 



Sumber : Sugiyanto, dkk. 2017. Seni Budaya untuk SMK/MAK Kelas X. Jakarta: Erlangga.


Eksplorasi Seni Budaya Nusantara (Pengembangan Karya Seni)

Pengembangan karya seni lebih identik dengan istilah berkarya seni. Dalam mengembangkan karya seni, seniman dapat menggali sumber ide atau gagasan dari kehidupan alam, sosial-pribadi, religi, moral, politik, dan budaya. Ide adalah gagasan pokok yang ingin disampaikan kepada masyarakat melalui berbagai bentuk karya seni. Untuk mewujudkan ide yang telah muncul, seniman perlu memilih media yang tepat untuk mengembangkan karya seni yang hendak diciptakan. Media meliputi bahan, peralatan, dan teknik. Media merupakan sarana bagi seniman dalam mengaktualisasikan ide yang masih abstrak agar terwujud dalam bentuk yang konkret melalui karya seni. Karya seni yang terwujud dapat berupa seni patung, seni keramik, seni lukis, seni bangunan, seni kerajinan, seni desain, dan lain sebagainya. Jadi, dapat dikatakan bahwa kegiatan berkarya seni merupakan kegiatan untuk mewujudkan ide dan gagasan dengan bantuan pemilihan media yang tepat dalam bentuk karya seni. 

Sebuah karya seni haruslah indah atau estetis. Keindahan karya seni tersebutlah yang membuat seseorang memperoleh Pengalaman dan kenikmatan estetis sehingga dapat membuatnya lebih bahagia dan senang. Karya seni dapat dikatakan sebagai karya seni yang indah jiksn telah mengandung nilai bentuk dan nilai isi.

Nilai bentuk visual yang indah harus mengandung prinsip proporsi, keselarasam, keharmonisan, keseimbangan, irama, dan prinsip kesatuan sehingga tercipta susunan atau organisasi elemen-elemen seni dan mengandung keunikan yang tidak pernah didapatkan pada benda lainnya. Karya seni yang indah juga harus memiliki nilai isi (content). Nilai isi dapat ditemukan apabila sebuah karya seni mengandung nilai-nilai dan makna yang luhur. Seni murni dan seni terapan memiliki kriteria nilai yang berbeda. Seni murni lebih berfokus pada keindahan semata, sedangkan seni terapan tidak hanya berfokus pada nilai keindahan, tetapi juga nilai kegunaan. 

Selain harus indah, pengembangan sebuah karya seni juga harus memperhatikan unsur tema, bentuk, dan isi atau makna. Tema merupakan pokok permasalahan yang dipakai sebagai dasar penciptaan karya. Tanpa tema, pengembangan karya seni yang dilakukan akan tidak fokus dan karya tidak memiliki orientasi keindahan yang jelas. Bentuk yang merupakan wujud visual pada sebuah karya seni rupa meliputi unsur-unsur rupa yang disusun untuk mengungkapkan makna tertentu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa bentuk merupakan struktur karya seni yang perlu diolah secara matang agar mampu menampilkan kesan, simbol, dan ekspresi yang kuat. Terakhir, pengembangan karya seni juga harus memperhatikan isi atau makna. Tanpa ada muatan makna yang ingin disampaikan, bentuk akan terkesan kosong, hampa, dan menjadi tidak indah.

Gambar 8.1 Proses hubungan antara ide, seniman, dan media dalam berkarya seni.

Dalam melakukan pengembangan karya seni, khususnya penciptaan karya, seniman akan mengolah bahan dengan menggunakan peralatan yang dimiliki agar bahan dapat berubah menjadi karya seni. Menurut Rondhi (2002), bahan dalam berkarya seni lukis yang umum digunakan, antara lain cat minyak, cat air, kanvas, kertas gambar, tinta, dan lain sebagainya. Selain menyiapkan bahan, seni lukis juga memerlukan peralatan, di antaranya kuas, palet, dan easel. Untuk bentuk seni lainnya, tentunya alat dan bahan yang digunakan menyesuaikan dengan jenis seni yang dibawakan. Untuk seni patung, ukir, dan pahatan, alat serta bahan yang digunakan adalah alat-alat memahat. Untuk seni musik, alat dan bahan yang digunakan adalah alat-alat musik. Sementara itu, untuk jenis seni yang lebih kompleks, seperti seni tari dan pertunjukan, alat dan bahan yang dibutuhkan meliputi tata kostum, tata rias, tata panggung, tata cahaya, hingga tata musik. 

Sementara itu, teknik adalah cara seniman dalam memanipulasi bahan dengan menggunakan alat tertentu. Setiap seniman memiliki teknik masing-masing yang disesuaikan dengan sifat bahan dan peralatan yang digunakan. Dengan demikian, teknik akan menjadi karakteristik atau ciri khas yang membedakan satu seniman dengan seniman yang lain. 

Secara umum, terdapat dua teknik dalam berkarya seni, yaitu teknik umum dan teknik khusus. Teknik umum (konvensional) merujuk pada sebuah cara yang lazim digunakan oleh banyak orang dalam menciptakan suatu karya. Sementara itu, teknik khusus adalah teknik umum yang telah dikembangkan oleh seniman secara personal dalam menciptakan suatu karya dalam menciptakan suatu karya. Teknik umum dan teknik Ahusus diterapkan dalam berbagai bidang seni, mulai dari seni murni hingga seni terapan. 

Dalam bidang seni lukis, terdapat beberapa teknik berkarya yang umum digunakan seniman, di antaranya aquarelleren, gouache dan plakat, oliverfoil colour, tempera schilderen, fresco sgraffıto, frottage, grattage, decalcomania, collage assemblage, teknik batik, dan lain sebagainya. Dalam pembuatan karya seni tiga dimensi, teknik yang sering digunakan adalah teknik anyaman, menyambung atau menempel, cetak. pahat, membentuk (modeling), butsir, dan merakit atau membangun. 

Dalam penciptaan suatu karya seni, tidak jarang seniman melakukan terobosan-terobosan yang dilakukan untuk berbagai tujuan, mulai dari tujuan artistik hingga tujuan fungsional. Untuk mencapai tujuan artistik, seniman sering kali mencampurkan alat dan bahan dengan teknik pembuatan yang tidak biasa. Contohnya pada masa kini, dapat ditemukan berbagai lukisan yang dibuat dengan bahan yang tidak biasa, mulai dari ampas kopil tetesan air tehi kulit telur, hingga hasil pembakaran obat nyamuk bakar dan rokok. Karena menggunakan alat dan bahan yang tidak biasa, tentunya diperlukan teknik yang berbeda dalam proses penciptaan karya seni. Contohnya, lukisan yang dibuat menggunakan hasil pembakaran obat nyamuk bakar dan rokok memerlukan teknik berupa teknik pembakaran demi menghasilkan warna yang diinginkan. Pada akhirnya, hasil karya yang dihasilkan tidak hanya kuat dengan nuansa artistik dan indah, tetapi juga unik dan tidak biasa. 

Gambar 8.2 Dalam pembuatan kerajinan perak, seorang seniman memerlukan (a) alat dan bahan, serta (b) teknik, di antaranya teknik konvensional dengan cara membakar perak agar mudah dibentuk. 

Gambar 8.2 Penggabungan antara alat dan bahan yang tidak biasa, yakni (a) obat nyamuk bakar dan (b) rokok dengan teknik pembakaran (c) dan (d) untuk menciptakan karya lukisan yang unik dan indah.

Sementara itu, untuk tujuan fungsional, umumnya- seniman menggunakan media dan teknik yang lebih praktis. Hal ini dilakukan karena tujuan utama penciptaan adalah untuk menghasilkan benda berciri artistikdan bernilai guna untuk kehidupan manusia. Contohnya dapat ditemukan dalam pembuatan spanduk atau gambar pada pakaian menggunakan teknik şablon. Selain lebih cepat dan mudah, teknik şablon juga memungkinkan proses duplikasi karya seni serupa dalam jumlah lebih banyak. 

Gambar 8.4 Teknik şablon adalah teknik pengembangan karya seni yang efektif dalam rangka untuk menduplikasi karya dalam jumlah banyak.

Dalam proses penciptaan karya seni, seniman harus memiliki inspirasi, rasat dan ide. Seniman juga harus memiliki kemampuan persepsi, komposisi, serta pemahaman unsur rupa dan prinsip komposisi sehingga dapat mengolah material dengan menggunakan alat dan teknik agar dihasilkan sebuah karya seni. Berikut adalah skema dari hubungan tersebut.

Gambar 2. Skema proses dalam penciptaan sebuah karya seni. Seniman harus memiliki ide, imajinasi dan pengetahuan untuk mengolah bahan agar menjadi karya seni murni ataupun terapan.



Sumber : Sugiyanto, dkk. 2017. Seni Budaya untuk SMK/MAK Kelas X. Jakarta: Erlangga.


Monday, December 21, 2020

Konsep Keindahan Seni Rupa Indonesia

  

Indonesia merupakan contoh negara yang menganut seni rupa Timur. Oleh şebab itu, banyak karya seni rupa Indonesia di masa lampau yang sarat dengan nilai spiritual dan religi. Contohnya adalah karya seni arsitektur dan seni rupa berupa aneka candi di Indonesia berikut arca-arca yang melengkapinya. Candi dan arca di Indonesia umumnya digunakan sebagai sarana ibadah dan pemujaan kepada dewa ataupun roh leluhur. Contoh lainnya adalah seni pertunjukan wayang kulit yang berkembang dari masa ke masa dan menjadi sarana penyampai kepercayaan, mulai dari animisme, ajaran Hindu dan Buddha, hingga ajaran Islam. 

Selain kental dengan sisi spiritual, konsep keindahan seni rupa di Indonesia juga menitik beratkan pada hubungan antara manusia dan alam sekitarnya. Harmoni antara alam dan manusia terwujud melalui banyaknya bentuk seni rupa di Indonesia yang memasukkan simbol alam. Contohnya adalah seni ukiran dan pahatan di Jawa dan Bali yang banyak memasukkan unsur flora, seperti bunga dan dedaunan. Media yang digunakan juga berasal dari alam, seperti kayu dari berbagai jenis pohon ataupun batu. 

Selain menonjolkan sisi spiritual dan harmoni dengan alam, bentuk seni rupa di Indonesia juga bersifat komunal. Maksudnya, bentuk dan hasil seni di Indonesia bukan hanya dianggap sebagai hasil kreativitas seniman, tetapi juga produk budaya masyarakat yang melatarbelakanginya. Akibatnya, hasil karya seni rupa di Indonesia banyak yang mencantumțan daerah asal untuk menunjukkan identitas masyarakat penciptanya, misalnya seni ukir Jepara, seni batik Pekalongan, atau seni reog Ponorogo. 

Berdasarkan uraian tersebut, terlihat bahwa di berbagai negara Yang mengikuti arus seni rupa Timur, bentuk seni rupa Yang dihasilkan adalah bentuk-bentuk yang bersifat esensial atau pokok, yaitu menonjolkan sisi spiritual dan religius. Selain itu, terdapat pakem-pakem tertentu di berbagai karya seni rupa Timur. Contoh pakem tersebut adalah seni lukisan Tiongkok yang sangat membatasi penggunaan warna, atau seni wayang di Indonesia yang menonjolkan simbol (misalnya penggunaan warna merah untuk menonjolkan karakter antagonis dalam wayang kulit). 

Jika dicermati secara mendalam, selain menonjolkan sisi esensial, bentuk karya seni rupa Timur juga selalu menampilkan ekspresi dan emosi dari penciptanya. Selain itu, karena kepercayaan banyak mementingkan nilai simbolik banyak karya seni lukis yang visualisasi pembentukannya lebih banyak mengungkapkan nilai-nilai yang selaras dengan bentuk seni dekoratif, yaitu pewarnaan yang tidak mengindahkan. Pencahayaan sehingga subjek atau figur-figur terlihat datar.



Sumber : Sugiyanto, dkk. 2017. Seni Budaya untuk SMK/MAK Kelas X. Jakarta: Erlangga.


Konsep Keindahan Seni Rupa Timur Tengah

Konsep keindahan yang dianut oleh negara-negara di Timur Tengah, seperti Persia, sangat terpengaruh oleh ajaran Islam yang berkembang dan berpengaruh luas di kawasan itu. Pandangan-pandangan tentang keindahan banyak terinspirasi dari sumber agama tersebut. Sebagai contoh, ajaran Islam sangat melarang penggambaran makhluk hidup. Sementara itu, berkembang pula anggapan bahwa seni yang baik dan indah adalah seni yang sejalan dengan ajaran Islam.

 

Gambar 7.4 Pengaruh ajaran Islam yang tecermin dalam bentuk arsitektl bangunan di Timur Tengah.

Oleh karena itu, bentuk seni yang terlahir dan berkembang adalah karya berupa ornamen atau arabeska. Pembatasan diri agar jangan menciptakan gambaran makhluk hidup secara realistis akhirnya menghasilkan kreativitas dimensi estetis. Yang unik, yakni bersifat simbolik dan nonnaturalis. Contoh karya seni yang muncul dari kondisi tersebut adalah kaligrafi, ornament-ornamen geometris, arsitektur masjid, dan motif stilasi berbentuk tumbuh-tumbuhan pada permadani.

Salah satu tokoh Islam terkenalı AI-Ghazali, banyak mengemukakan pendapat terkait masalah keindahan. Menurut Al-Ghazali, segala sesuatu yang bentuk dan sifatnya indah akan dicintai karena keindahan membawa kesenangan dan kebahagiaan. Berdasarkan pendapat tersebut, tampak bahwa konsep keindahan senantiasa seiring dengan kesempurnaan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa konsep keindahan di Timur Tengah adalah sesuatu hal yang menghasilkan kesempurnaan. 



Sumber : Sugiyanto, dkk. 2017. Seni Budaya untuk SMK/MAK Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Konsep Keindahan seni Rupa India


Dalam perkembangan selanjutnya, seni rupa Timur yang berkembang di India mengutamakan fllosofi bahwa kehidupan manusia harus selaras atau berjalan secara harmonis dengan alam sekitarnya. Oleh sebab itu, penciptaan segala jenis karya seni harus ramah dan tidak merusak alam. Dari segi estetika, karya seni rupa India banyak mengadaptasi simbol-simbol dari agama Hindu dan Buddha. Hal ini sesuai dengan fenomena masyarakat saat itu yang banyak menganut kedua agama tersebut dengan alarn sekitarnya. Oleh sebab itu, penciptaan segala jenis karya seni harus rannah dan tidak merusak alam. Dari segi estetika, karya seni rupa India banyak mengadaptasi simbol simbol dari agama Hindu dan Buddha. Hal ini sesuai dengan fenomena masyarakat saat itu yang banyak menganut kedua agama tersebut. 

 


Sumber: www.pxhere.com

 Gambar 7.3 Pahatan gajah yang menunjukkan harmoni antara kehidupan manusia dan alam sekitarnya.


Simbol-simbol keagamaan yang tampak pada karya seni rupa di India menunjukkan bahwa estetika atau konsep keindahan berkaitan erat dengan konsep ketuhanan dan religi. Konsep religi agama Hindu dan Buddha memercayai bahwa segala sesuatu yang ada di dunia adalah fana atau tidak kekal. Oleh karena itu, manusia dianjurkan untuk tidåk tertena dengan kehidupan duniawi. Konsep ini tecermin melalui munculnya karya seni yang sifatnya sederhana dan tidak terlalu rumit. 



Sumber : Sugiyanto, dkk. 2017. Seni Budaya untuk SMK/MAK Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Konsep Keindahan Seni Rupa Mesir dan Mesopotamia


Secara utama, keindahan konsep seni rupa Timur sangat dipengaruhi oleh hal yang bersifat transenden atau di luar kuasa manusia. Hal-hal yang bersifat transenden ini berupa kepercayaan yang kuat terhadap dewa-dewa, roh leluhur/nenek moyang, dan mitos kebudayaan. Dalam sejarah peradaban Mesir dan Mesopotamia, banyak karya seni yang terlahir sebagai bentuk pemujaan dan penghormatan kepada para dewa ataupun roh leluhur. Contohnya adalah Piramida Giza di Mesir yang dibangun sebagai makam dan bangunan untuk menghormati raja-raja Mesir Kuno. Banyak pula kuil dan patung-patung berukuran besar yang dibangun untuk menghormati dewa-dewa Mesir Kuno, seperti patung Anubis (dewa kematian masyarakat Mesir Kuno). Sementara itu, di Mesopotamia terdapat kuil yang dikenal dengan istilah Zigurat. Kuil yang terbuat dari batu bata tersebut dibangun untuk memberikan penghormatan kepada dewa-dewa masyarakat Mesopotamia.

 

Sumber: www.pixabay.com

Gambar 7.2 Piramid merupakan salah satu peninggalan seni rupa Mesir.

Selain dalam bentuk seni arsitektur dan seni patung, hal yang bersifat transenden dalam peradaban masyarakat Mesir Kuno turut terlihat dalam karya seni lukis. Bagi masyarakat Mesir Kuno, lukisan dibuat dengan tujuan ritual dan keagamaan, bukan keindahan semata. Contohnya adalah lukisan yang dibuat untuk melindungi roh orang yang telah meninggal dan memuluskan jalannya menuju nirwana. Lukisan tersebut dapat ditemukan dalam lembaran kertas papirus atau tergambar di dinding gua. Lukisan tersebut lebih banyak bersubjek figur-figur manusia, berbentuk dekoratif menggunakan warna yang lebih cerah dibandingkan media gambarnya, tidak memiliki perspektif, dan belum ada nuansa gelap-terang atau bayangan.




Sumber : Sugiyanto, dkk. 2017. Seni Budaya untuk SMK/MAK Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Konsep Keindahan Seni Rupa Tiongkok

Konsep keindahan seni rupa Timur, khususnya di wilayah Tiongkok, sangat menitik beratkan pada ajaran Tao atau Taoisme. Taosime dapat dimaknai sebagai aliran yang memercayai bahwa nilai-nilai kehidupan bersumber dari segala sesuatu yang ada di alam semesta. Pada masa Taoisme banyak berkembang dan diyakini masyarakat Tiongkok. Oleh sebab itu, perkembangan seni di Tiongkok juga banyak berlandaskan pada Taoisme. 

Penerapan Taoisme dalam bidang seni rupa Tiongkok tampak melalui sikap seniman dalam menciptakan karyanya. Berdasarkan aliran ini, seniman perlu menciptakan karya seni yang harus mengungkapkan roh, karakter, atau watak. Oleh karena itu, seniman harus banyak melakukan kontemplasi dan menyucikan diri sehingga mampu melihat, menyentuh, serta menangkap roh tersembunyi di dalam benda-benda di sekitarnya. Upaya ini dikenal sebagai upaya untuk mencapai kesadaran Tao. Jika seniman telah mencapai kesadaran Tao, ia akan mampu menghasilkan karya seni yang indah dan sarat makna. 

Panjangnya perjalanan yang harus dilalui seniman Tiongkok untuk menghasilkan karya seni yang indah dan sarat makna tentu membuat orang-orang berpikir bahwa karya seni yang dihasilkan akan mendekati kata sempurna. Namun, yang terjadi tidaklah demikian. Karya seni yang tercipta masih tidak lepas dari potensi buruk. Selain itu, keindahan merupakan hal yang sifatnya relatif dan tidak mutlak. Oleh sebab itu, banyak seniman yang menciptakan karya yang lebih mengutamakan sisi dan pengalaman spiritual yang akan diperoleh serta mengesampingkan bentuk dan warna yang semarak. Sisi spiritual yang ditonjolkan dalam karya dipercaya akan membangkitkan keindahan tersendiri bagi siapa pun yang menghayatinya. Penerapan prinsip tersebut banyak ditemukan dalam karya lukisan pada masa Tiongkok Kuno. Ciri khas lukisan tersebut adalah banyaknya ruang kosong dan kesan sunyi dari lukisan, serta berfokus pada satu objek. Tak heran jika berkembang pepatah yang menyebutkan bahwa perkembangan seni lukis di Barat adalah seni lukis mata (memanjakan mata), sedangkan seni lukis di Timur, tepatnya di Tiongkok, adalah seni lukis ide/ gagasan (memanjakan Sisi spiritual dan pemikiran). Pepatah ini jelas menunjukkan bahwa seni lukis Tiongkok Kuno mementingkan esensinya, bukan eksistensinya. Penggunaan warna dalam karya lukisan Tiongkok Kuno tidak bersifat fungsional, tetapi lebih bersifat simbolisme. Seni rupa Tiongkok menganjurkan adanya tahap perencanaan yang matang sebelum berkarya. Selain itu, karena mengutamakan esensi, karya seni Tiongkok sebaiknya direproduksi agar dapat diteruskan dan disebarluaskan. 

Gambar 7.1 Contoh lukisan Tiongkok yang mencerminkan ajaran Tao



Sumber : Sugiyanto, dkk. 2017. Seni Budaya untuk SMK/MAK Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Konsep Keindahan Seni Rupa Tiongkok


Konsep keindahan seni rupa Timur, khususnya di wilayah Tiongkok, sangat menitik beratkan pada ajaran Tao atau Taoisme. Taosime dapat dimaknai sebagai aliran yang memercayai bahwa nilai-nilai kehidupan bersumber dari segala sesuatu yang ada di alam semesta. Pada masa Taoisme banyak berkembang dan diyakini masyarakat Tiongkok. Oleh sebab itu, perkembangan seni di Tiongkok juga banyak berlandaskan pada Taoisme. 

Penerapan Taoisme dalam bidang seni rupa Tiongkok tampak melalui sikap seniman dalam menciptakan karyanya. Berdasarkan aliran ini, seniman perlu menciptakan karya seni yang harus mengungkapkan roh, karakter, atau watak. Oleh karena itu, seniman harus banyak melakukan kontemplasi dan menyucikan diri sehingga mampu melihat, menyentuh, serta menangkap roh tersembunyi di dalam benda-benda di sekitarnya. Upaya ini dikenal sebagai upaya untuk mencapai kesadaran Tao. Jika seniman telah mencapai kesadaran Tao, ia akan mampu menghasilkan karya seni yang indah dan sarat makna. 

Panjangnya perjalanan yang harus dilalui seniman Tiongkok untuk menghasilkan karya seni yang indah dan sarat makna tentu membuat orang-orang berpikir bahwa karya seni yang dihasilkan akan mendekati kata sempurna. Namun, yang terjadi tidaklah demikian. Karya seni yang tercipta masih tidak lepas dari potensi buruk. Selain itu, keindahan merupakan hal yang sifatnya relatif dan tidak mutlak. Oleh sebab itu, banyak seniman yang menciptakan karya yang lebih mengutamakan sisi dan pengalaman spiritual yang akan diperoleh serta mengesampingkan bentuk dan warna yang semarak. Sisi spiritual yang ditonjolkan dalam karya dipercaya akan membangkitkan keindahan tersendiri bagi siapa pun yang menghayatinya. Penerapan prinsip tersebut banyak ditemukan datam karya lukisan pada masa Tiongkok Kuno. Ciri khas lukisan tersebut adalah banyaknya ruang kosong dan kesan sunyi dari lukisan, serta berfokus pada satu objek. Tak heran jika berkembang pepatah yang menyebutkan bahwa perkembangan seni lukis di Barat adalah seni lukis mata (memanjakan mata), sedangkan seni lukis di Timur, tepatnya di Tiongkok, adalah seni lukis ide/ gagasan (memanjakan Sisi spiritual dan pemikiran). Pepatah ini jelas menunjukkan bahwa seni lukis Tiongkok Kuno mementingkan esensinya, bukan eksistensinya. Penggunaan warna dalam karya lukisan Tiongkok Kuno tidak bersifat fungsional, tetapi lebih bersifat simbolisme. Seni rupa Tiongkok menganjurkan adanya tahap perencanaan yang matang sebelurr berkarya. Selain itu, karena mengutamakan esensi, karya seni Tiongkok sebaiknya direproduksi agar dapat diteruskan dan disebarluaskan.

Gambar 7.1 Contoh lukisan Tiongkok yang mencerminkan ajaran Tao



Sumber : Sugiyanto, dkk. 2017. Seni Budaya untuk SMK/MAK Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Konsep Umum Seni Rupa Timur

Dalam sejarah peradaban kebudayaan manusia, bentuk atau wujud seni rupa awal yang paling sering muncul adalah seni bangunan, seni patung, dan seni lukis. Dekade baru perkembangan seni dimulai pada abad ke-17, ditandai dengan kemunculan seni desain. 

Berdasarkan pusat kelahiran dan kebudayaan, seni rupa dapat dikelompokkan menjadi dua arus, yaitu seni rupa Barat dan seni rupa Timur. Seni rupa Barat pertama kali berkembang di wilayah Yunani, baru kemudian menyebar ke seluruh wilayah Eropa dan Amerika. Sementara itu, seni rupa Timur di wilayah Asia Timur, seperti menyebar ke wilayah Asia lainnya dan wilayah perbatasan Asia, seperti Mesir dan Timur Tengah. 

Pengelompokan seni rupa menjadi seni rupa Barat dan Timur awalnya dilakukan oleh para sejarawan yang mempelajari tentang sejarah kesenian. Kedua jenis arus seni rupa tersebut memiliki ciri khas, keunikan, dan karakteristik yang berbeda-beda. Bahkan, dapat dikatakan bahwa filosofi dan kedua bangsa yang saling belakang yang kontras antara kedua arus seni rupa tersebut. Meskipun demikian, hasil karya seni yang dimiliki kedua arus seni tersebut memiliki keindahan di bidangnya masing-masing. 

Seni rupa Timur sendiri lahir dan tumbuh sejak masa purbakala. Seni rupa Timur dipercaya telah ada jauh sebelum seni rupa Barat berkembang. Seni rupa ini terlahir di lembah-lembah Sungai Nil, Sungai Eufrat, dan Supgai Tigris dan Mesir, Sungai Kuning di Tiongkok, dan Sungai Indus di India. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, seni rupa Timur berkembang pesat di Tiongkok. Hasil seni rupa yang berakar dari kebudayaan Tiongkok tercermin melalui berbagai karya, seperti kerajinan gerabah dan porselen ataupun lukisan. Pesatnya kemajuan seni rupa dan peradaban di Tiongkok turut memengaruhi wilayah- wilayah di sekitarnya, seperti India, Indo-Tiongkok, dan Jepang.



Sumber : Sugiyanto, dkk. 2017. Seni Budaya untuk SMK/MAK Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Thursday, December 17, 2020

Apresiasi Seni Budaya Nusantara

Dalam bidang dan budaya, hal yanq sangat vital. Keberadaan apresiasi tidak hanya bermanfaat bagi seniman, tetapi juga para penikmat seni.  Apresiasi menjadi semacam reaksi yang dengan mudah ditemukan. Oleh sebab heran apresiasi dan keberadaan bentuk-bentuk seni budaya sebagai dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Apresiasi berperan sebagai jembatan pihak seniman dan penikmat seni. Tanpa apresiasi sebuah karya seni sulit untuk ditentukan.

Kegiatan apresiasi dapat dimaknai sebagai kegiatan mengamatij menanggapi, dan menghayati untuk menemukan kualitas dan nilai dari suatu bentuk.  Apresiasi seni dan budaya dapat dimaknai sebagai upaya untuk memahami bentuk-bentuk dan hasil seni budaya secara menyeluruh, termasuk memahami nilai-nilai yang ada di dalamnya, seperti nilai estetika.  Penyebab perbedaan apresiasi dalam diri setiap orang bermacam-macam, mulai dari perbedaan tingkat ilmu pengetahuanı pemahamanı pengalamanı status sosial, hingga kondisi internal dalam diri seseorang, seperti kondisi fisik, psikis, dan mental. 

Berdasarkan pendekatannya, apresiasi terbagi menjadi dua, yakni apresiasi pasif dan apresiasi aktif. Apresiasi aktif melahirkan dua hal, yakni pendekatan aplikatif dan pendekatan kesejarahan. Menurut tingkatannyaı apresiasi terbagi menjadi tigaı yakni apresiasi empatik, apresiasi estetik, dan apresiasi kritik. 

Menurut Brent G. Wilson, apresiasi mengandung tiga konteks utama, yakni feeljng (perasaan, berkaitan dengan apresiasi empatik dan estetis), va/uing (penilaian, berkaitan dengan apresiasi kritik), dan emphatizing (empati, berkaitan dengan apresiasi empatik). Tujuan apresiasi seni budaya meliputi memahami alasan penciptaan karya seni, mengembangkan kreativitas, menumbuhkan kepekaan estetisı dan menyempurnakan karya seni. Fungsi apresiasi seni budaya meliputi memahami seni secara mendalam, mengetahui kualitas suatu karya seni, mengembangkan kemampuan seniman dan penikmat seni, menambah pengalaman berkesenian, serta meningkatkan kecintaan terhadap karya seni. Menurut Edmund Feldman, kegiatan apresiasi seni rupa dapat dilaksanakan melalui empat tahapan, yakni deskripsi, analisis, interpretasiı dan penilaian. 

Menerapkan apresiasi seni budaya Nusantara dapat diterapkan dengan banyak cara, seperti mengenali bentuk-bentuk seni budaya Nusantara, mempelajari bentuk-bentuk seni budaya Nusantara, dan menampilkan bentuk-bentuk seni budaya Nusantara.




Sumber : Sugiyanto, dkk. 2017. Seni Budaya untuk SMK/MAK Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Menerapkan Seni Budaya

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, Indonesia memiliki kekayaan seni dan budaya yang sangat beragam. Semua bentuk seni, seperti seni rupa, seni musik, seni tari, hingga seni pertunjukan, dimiliki oleh Indonesia. Kekayaan seni dan budaya Indonesia merupakan hal yang harus selalu dijaga dan dilestarikan. 

Untuk dapat menjaga dan melestarikan seni budaya Indonesia, Seseorang harus terlebih dahulu mengenal dan mengapresiasi seni budaya tersebut. Tanpa apresiasi, upaya pelestarian seni budaya Indonesia hanya akan menjadi wacana semata. 

Apresiasi seni budaya Indonesia atau seni budaya Nüsantara dapat dilakukan dengan banyak cara. Cara-cara tersebut juga dapat dengan mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, yakni sebagai berikut.

1. Mengenali Bentuk-bentuk Seni Budaya Nusantara 

Mengenali bentuk-bentuk seni budaya Nusantara dapat dilakukan dengan banyak cara, seperti mencari informasi melalui sumber-sumber tertulis (buku, jurnal, artikel, dan media massa), media elektronik (televisi dan radio), ataupun internet; mengunjungi museum, sanggar, galeri, dan studio seni; menonton pertunjukan seni; serta mengikuti kelas seni. Untuk mengenali bentuk-bentuk kekayaan seni budaya tradisional Nusantara, seseorang dapat mengunjungi Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang menyimpan koleksi kekayaan seni budaya dari setiap provinsi di Indonesia, ataupun mengunjungi langsung setiap provinsi di Indonesia untuk melihat seni budaya yang berkembang di sana. Seseorang juga dapat mengikuti upacara adat Nusantara, seperti upacara seren taun di Jawa Barat ataupun upacara tabuik di Sumatra Barat, untuk melihat secara langsung bagaimana budaya masyarakat yang berkembang di masyarakat. Mengenali bentuk-bentuk seni budaya merupakan langkah awal untuk mengapresiasi dan menjaga kekayaan seni dan budaya Nusantara. 

2. Mempelajari Bentuk-bentuk Seni Budaya Nusantara 

Kegiatan mengenali bentuk-bentuk seni budaya Nusantara tidak akan lengkap jika tidak diikuti dengan kegiatan mempelajari bentuk-bentuk seni budaya tersebut. Mempelajari bentuk-bentuk seni budaya dilakukan dengan mengamati langsung, mencoba, dan menciptakan bentuk-bentuk seni budaya. Mempelajari seni budaya Nusantara dapat dilakukan dengan kursus dan mengenyam pendidikan di sekolah seni, atau tergabung dengan sanggar dan kelompok teater. Selain itu, seseorang juga dapat mempelajari seni budaya Nusantara secara otodidak atau terjun langsung ke dalam masyarakat yang masih melestarikan seni budaya tersebut. Mempelajari seni budaya Nusantara juga dapat dilakukan di sekolah melalui kurikulum pendidikan seni budaya dan kegiatan ekstrakurikuler.

Contoh kegiatan mempelajari seni budaya Nusantara adalah seseorang yang menyukai seni tari dapat mempelajari beragam tari daerah Nusantara, mulai dari tari saman, tari jaipong, hingga tari pakarena, dengan bergabung pada sanggar tari. Bagi seseorang yang menyukai seni peran, bergabung dengan kelas akting atau kelompok teater dapat menambah wawasannya terkait seni peran. Sementara itu, bagi seseorang yang menyukai seni batik, ia dapat mempelajari cara membatik dengan mengikuti kelas membatik di museum, sanggar, ataupun di studio membatik. 

3. Menampilkan Bentuk-bentuk Seni Budaya Nusantara 

Setelah memahami dan mempelajari bentuk-bentuk seni budaya Nusantara, tahap selanjutnya adalah menampilkan bentuk-bentuk seni budaya Nusantara kepada masyarakat luas. Contohnya, seseorang yang telah mempelajari seni lukis dapat membuat pameran lukisan. Seseorang yang mempelajari seni musik Nusantara, misalnya seni gamelan, dapat terlibat dalam pagelaran gamelan. Seseorang yang telah mempelajari seni peran dapat terlibat dan menjadi pemain dalam suatu pertunjukan teater. Sementara itu, bagi seseorang yang mempelajari seni ukir dan pahat, ia dapat menampilkan karya-karyanya dalam pameran ataupun menjual karya-karyanya kepada masyarakat luas. 

Selain menampilkan bentuk-bentuk seni budaya Nusantara sesuai pakem aslinya, seseorang juga dapat berkreasi dan menampilkan modifikasi seni budaya Nusantara. Modifikasi ini merupakan bentuk kreativitas seseorang dengan cara menggabungkan elemen-elemen seni budaya tradisional dengan elemen-elemen seni budaya modern. Contohnya adalah anak-anak yang menampilkan kreasi tari jaipong, yakni tari jaipong yang telah dimodifikasi dengan iringan musik aransemen baru, dalam sebuah karnaval seni.

 

Sumber: commons.wikimedia.org 

Gambar 6.5 Menampilkan tarian tradisional yang telah dipelajari merupakan )entuk apresiasi terhadap seni budaya Nusantara.





Sumber : Sugiyanto, dkk. 2017. Seni Budaya untuk SMK/MAK Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Tahapan Apresiasi Seni Budaya

Menurut Edmund Feldman, kegiatan apresiasi seni rupa dapat dilaksanakan melalui empat tahapanı yakni deskripsil analisis, interpretasi, dan penilaian. 

1. Deskripsi 

Tahap pertama dalam mengapresiasi seni budaya adalah tahap deskripsi. Tahap deskripsi dilakukan dengan mengidentifikasi suatu bentuk karya seni atau budaya melalui hasil cerapan atau tangkapan pancaindra. Identifikasi suatu karya meliputi identifikasi jenis karya (apakah termasuk jenis seni rupa, seni musik, seni tari, atau seni pertunjukan), bentuk fisik dari karya, judul karya, nama senimanı waktu penciptaan serta keterangan tentang alat, bahan, ataupun teknik penciptaan yang digunakan. Tahapan deskripsi bersifat objektif dalam artian hanya melaporkan hal-hal yang ditangkap panca indra tanpa dianalisis dan ditafsirkan secara lebih jauh. Informasi yang diperoleh dalam tahapan deskripsi akan digunakan sebagai petunjuk awal dalam melakukan penilaian.

Contoh dari tahapan deskripsi adalah deskripsi yang dilakukan pada pagelaran sendratari Ramayana yang dilangsungkan di pelataran Candi Prambanan. Ketika menonton pagelaran tersebut seseorang dapat membuat deskripsi pagelaran, seperti lokasi dan waktu berlangsungnya pagelaran, jumlah penari yang terlibat dalam pagelaran tersebut, bentuk kostum dan tata rias yang digunakan para penari, alur cerita dan dialog yang dibawakan, hingga tata panggung, tata cahaya, dan tata musik pengiring Yang digunakan dalam pertunjukan tersebut.

2. Analisis 

Tahapan analisis dilakukan dengan mengaitkan unsurunsur pembentuk yang terlihat dalam suatu karya. Unsur-unsur tersebut dapat berupa bentuk objek, ukuran objek, warna objek, hingga tekstur objek. Dapat dikatakan bahwa tahapan ini berfokus pada hubungan antar unsur. 

Pada tahap analisis, seseorang akan melihat lebih jauh mengenai bentuk fisik suatu karya, seperti komposisi dan keseimbangan dari unsur-unsur yang ada di dalamnya.

Contohnya dalam lukisan potret Ratu Sirikit karya Basoeki Abdullah, objek lukisan, yakni potret Ratu Sirikit, diletakkan tepat di tengah kanvas. Objek dilukis dengan komposisi yang pas, dalam artian tidak terlalu beşar dan tidak terlalu kecil. Pada lukisan tersebutı nüansa warna biru dan putih sangat dominan, dengan tambahan warna hitam, merah, krem, dan cokelat muda untuk memperjelas detail warna rambut, bibirı kulit wajah, leherı dan telinga, serta warna dalam topi. Peletakan objek tepat di tengah kanvas umumnya digunakan untuk menarik perhatian orang yang melihatnya agar langsung fokus pada objek tersebut. Sementara itu, penggunaan warna-warna yang dominan berpadu dengan warna-warna pendukungnya dalam menciptakan bentuk Visual yang indah.

 

Sumber: dokumentasi penulis Gambar 6.4 Lukisan potret Ratu Sirikit karya Basoeki Abdullah.

3. Interpretasi 

Tahap interpretasi atau tahap penafsiran merupakan tahap penangkapan makna yang terkandung dalam suatu karya seni. Tahap interpretasi merupakan tahap lanjutan yang menggabungkan semua informasi yang diperoleh melalui tahap deskripsi dan analisis untuk menghasilkan suatu simpulan makna. Menurut Feldman, tahapan ini merupakan tahapan Paling sulit, sekaligus paling kreatif dan bermanfaat dalam tahapan apresiasi. Melalui tahapan ini, seorang penikmat seni dapat menebak makna berupa pesan yang hendak disampaikan Oleh seniman dalam karyanya. Apabila penikmat seni tersebut berhasil memahami makna yang terkandung dalam suatu karya, tanpa disadari terjalin komunikasi antara seniman dan penikmat seni tersebut.

Tahap interpretasi tidak hanya berdasarkan unsur instrinsik (seperti bentuk fisik karya), tetapi juga unsur ekstrinsik, seperti latar belakang yang memengaruhi seniman untuk menciptakan karya tersebut. Pengetahuan terhadap unsur intrinsik dan ekstrinsik suatu karya akan turut membentuk interpretasi atas karya tersebut. 

Contoh dari tahapan interpretasi dapat kembali dilihat mclalui lukisan potret Ratu Sirikit karya Basoeki Abdullah. Berdasarkan unsur intrinsiknya, penggunaan warna putih dan biru sebagai warna dominan dapat diinterpretasikan sebagai bentuk penggambaran keanggunan sosok ratu dalam diri Ratu Strikit. Keanggunaan tersebut tidak hanya tampak melalui penggunaan warna, tetapi juga penggambaran busana dan aksesori yang digunakan oleh sang ratu. Kecantikan Ratu Sirikit ditonjolkan dengan penggunaan warna hitam pada rambut, bibir berwarna merah, dan pipi yang bersemu kemerahan. Sementara Itu, ekspresi senyum yang tersungging di wajah menunjukkan bahwa Ratu Sirikit memiliki kepribadian yang hangat. 

Berdasarkan unsur ekstrinsiknya, diketahui bahwa tukisan tersebut dibuat oleh Basoeki Abdullah untuk menyambut kedatangan keluarga kerajaan Thailand, yakni Ratu Sirikit dan suaminya, Raja Bhumibol Adulyadej ke Indonesia. Pada masa itu, Basoeki Abdullah merupakan pelukis yang sering ditunjuk oleh Presiden Soekarno untuk membuat lukisan potret tokoh-tokoh penting, termasuk tokoh-tokoh mancanegara, yang berkunjung ke Indonesia. Pada kunjungan tersebut, Basoeki Abdullah tidak hanya membuat lukisan potret Ratu Sirikit, tetapi juga suaminya. Lukisan tersebut digunakan sebagai bentuk penghargaan dan wujud persahabatan antara Indonesia dan keluarga kerajaan Thailand.

Dengan demikian, lukisan potret Ratu Sirikit tersebut dapat diintepretasikan ke dalam dua makna. Makna pertama adalah bentuk penghormatan seniman (Basoeki Abdullah) keenggunan, kecantikan, dan kepribadian yang dimiliki sosok Ratu Sirikit. Sementara itu, makna kedua adalah bentuk penghargaan Indonesia terhadap keluarga Kerajaan Thailand.

4. Penilaian

Tahap penilaian merupakan tahap akhir dalam tahapan apresiasi. Tahap ini terdiri atas dua hal, yakni evaluasi dan kesimpulan. Melalui tahap ini, seseorang akan memberikan penilaian terhadap suatu karya seni setelah memahami aspek-aspek pembangun karya seni tersebut. Namun, hasil penilaian sering kali terpengaruh oleh hal-hal subjektif, misalnya harga untuk menikmati karya seni tersebut ataupun pendapat pribadi. 

Contohnya, meskipun suatu karya seni memiliki nilai yang bagus bentuk dan makna, penilaian tersebut dapat berkurang karya seni tersebut memiliki harga yang teramat mahal orang yang menilainya memiliki masalah pribadi dengan seniman pembuatnya. Akibatnya, tingkat apresiasi pun  berkurang. Untuk itu, sangat penting untuk mengingat bahwa dalam memberikan penilaian atas suatu karya, sebaiknya diutamakan sisi objektif.


Sumber : Sugiyanto, dkk. 2017. Seni Budaya untuk SMK/MAK Kelas X. Jakarta: Erlangga.


Tujuan dan Fungsi Apresiasi Seni Budaya

 Layaknya kegiatan lainnya, apresiasi seni budaya juga memiliki tujuan dan fungsi. Berikut adalah tujuan dari kegiatan apresiasi seni budaya. 

1. Memahami Atasan Penciptaan Karya Seni 

Tujuan pertama dari kegiatan apresiasi seni budaya adalah memahami alasan penciptaan dari suatu karya seni. Dengan adanya apresiasi, seseorang tidak hanya menilai karya seni dari wujud fisiknya saja, tetapi juga menilai dari segi aspekaspek pembangunnya, seperti teknik yang digunakan senimanı alasan seniman menciptakan karya, hingga pesan yang hendak disampaikan seniman dalam karya-karyanya. 

2. Mengembangkan Kreativitas 

Kegiatan apresiasi seni budaya akan mendorong seseorang untuk lebih kreatif dalam mendalami suatu bentuk karya seni. Kreativitas ini tidak hanya dialami oleh seniman, tetapi juga penikmat seni. Bagi seniman, apresiasi seni akan membuat daya kreasinya terpacu untuk menciptakan karya-karya yang lebih baik dan variatif dari waktu ke waktu. Sementara ituj bagi penikmat seni, apresiasi seni akan mendorong mereka untuk kreatif dalanı menganalisis dan mempelajari suatu bentuk karya seni. Bahkanı tidak jarang penikmat seni terjun langsung mendalami seni untuk memahami nilai-nilai dan pengalaman yang diperoleh seniman dalam menciptakan karya.

3. Menumbuhkan Kepekaan Estetis 

Kepekaan estetis atau kepekaan seseorang terhadap nilainilai keindahan akan tumbuh dengan seringnya ia melakukan apresiasi seni. Semakin sering seseorang bersinggungan dengan bentuk karya seni, semakin tinggi pula sensitivitasnya terhadap nilai-nilai keindahan yang terwujud dalam bentuk karya seni. Kepekaan estetis yang diperoleh melalui apresiasi seni tidak hanya berlaku bagi seniman, tetapi juga penikmat karya seni. Dengan adanya kepekaan estetis, pengalaman keindahan yang dirasakan ketika mengamati dan menghayati suatu bentuk karya seni akan semakin tinggi. 

4. Menyempurnakan Karya Seni 

Apresiasi seni yang ditunjukkan penikmat seni terhadap suatu karya akan mendorong seniman untuk menyempurnakan karya seni. Dengan kualitas karya yang semakin meningkat dari waktu ke waktu, seniman tidak hanya memperoleh kepuasan pribadi, tetapi juga memberikan kebahagiaan bagi masyarakat yang menikmati karya-karya berkualitas tersebut.



Sementara itu, fungsi dari kegiatan apresiasi seni budaya adalah sebagai berikut.

1. Memahami Seni Secara Mendalam 

Melalui kegiatan apresiasi seni, seseorang akan terpacu untuk memahami suatu bentuk seni secara mendalam. Hal ini dilakukan sebagai bentuk penghargaan terhadap suatu karya. Dengan memahami seni secara mendalam, pengetahuan dan wawasan seseorang atas bentuk seni tersebut akan semakin maksimal. Pada akhirnyaı hal tersebut akan semakin meningkatkan apresiasi. 

2. Mengetahui Kua!itas Suatu Karya Seni 

Kualitas karya seni akan sulit untuk diketahui tanpa adanya apresiasi. Melalui apresiasi, seseorang akan merasakan pengalaman keindahan yang ditangkap oleh pancaindra. Pengalaman tersebut akan mendorongnya untuk memahami aspek lain yang membangun karya seni tersebutı termasuk makna yang terkandung di dalamnya. Dengan pengalaman keindahan dan pengetahuan yang diperoleh, orang tersebut dapat menilai seberapa baik kualitas dari karya seni yang ia amati dan hayati tersebut. 

3. Mengembangkan Kemampuan Seniman dan Penikmat Seni 

Apresiasi seni membawa banyak manfaat bagi seniman dan Penikmat şenil termasuk mengembangkan kemampuan kedua belah pihak tersebut. Dengan kegiatan apresiasiı seniman akan terus mencari cara dan belajar untuk meningkatkan kualitas karya-karyanya. Peningkatan kualitas berkarya dapat dilakukan dengan banyak cara, seperti menggunakan teknik dan media berkarya yang belum pernah ia gunakan sebelumnya. Dengan demikianı kemampuannya akan turut meningkat.

Sementara itu, bagi penikmat seni, kegiatan apresiasi akan meningkatkan kemampuan mereka dalam memahami dan menilai suatu bentuk karya seni. Apresiasi seni juga akan semakin membuka pemikiran mereka terkait ekspresi berkesenian. Selain itu, apresiasi seni juga akan mendorong penikmat seni untuk mulai mempelajari cara membuat atau melakukan bentuk seni yang ia sukai. 

4. Menambah Pengalaman Berkesenian 

Bagi seniman dan penikmat seni, apresiasi seni akan menambah pengalaman dalam berkesenian. Bagi seniman, apresiasi seni akan mendorong mereka untuk melakukan eksptorasi dalam penciptaan karya. Sementara itu, bagi penikmat seni, apresiasi seni akan mendorong mereka untuk lebih banyak Iagi mengenal dan mengeksplorasi bentuk-bentuk seni. 

5. Meningkatkan Kecintaan terhadap Karya Seni 

Apresiasi seni memiliki manfaat besar dalam menciptakan kecintaan terhadap karya seni. Apresiasi seni membawa banyak pengalaman, seperti pengalaman keindahan, hiburanı hingga edukasi bagi seniman dan penikmat seni. Pengalaman_ pengalaman yang diperoleh melalui apresiasi seni akan mendorong seseorang untuk terjun lebih dalam demi memaharni bentuk-bentuk seni, Semakin banyak pengalaman dan Wawasan yang diperoleh, senıakin meningkat pula kecintaan seseorang teıhadap bentuk dan karya seni yang ia dalami.


Sumber : Sugiyanto, dkk. 2017. Seni Budaya untuk SMK/MAK Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Jenis-jenis Apresiasi Seni Budaya

 Pada dasarnya, apresiasi seni budaya dibagi berdasarkan dua kategori, yaitu berdasarkan pendekatannya dan berdasarkan tingkatannya. Berdasarkan pendekatannya, apresiasi terbagi menjadi dua, yaitu apresiasi pasif dan apresiasi aktif. Sementara iłu, menurut tingkatannya, apresiasi terbagi menjadi tiga, yaitu apresiasi empatik, apresiasi estetik, dan apresiasi kritik. 

1. Jenis Apresiasi Menurut Pendekatannya 

Apresiasi menurut pendekatannya bermakna kegiatan apresiasi yang dilakukan dengan beberapa metode. Metode atau pendekatan yang diterapkan oleh setiap orang ketika melakukan apresiasi seni budaya berbeda satu sama lain. Ada Yang melakukan apresiasi secara pasif, ada juga yang melakukan apresiasi secara aktif.

a. Apresiasi pasif, yaitu kegiatan apresiasi yang bersifat sertamerta dan tidak melakukan pendalaman lebih lanjut terhadap bentuk karya seni yang diamati.-Kegiatan apresiasi pasif umumnya dilakukan oleh masyarakat awam yang tidak terlalu "melek" seni, atau tidak memahami seni secara mendalam. Apresiasi pasif ditunjukkan melalui penilaian bagus tidaknya suatu karya seni setelah mencerap suatu karya seni menggunakan pancaindra. Contohnya, seseorang yang menonton pertunjukan Reog Ponorogo menganggap bahwa pertunjukan tersebut sangat menarik dan indah, mulai dari tarian, kostum, hingga musik pengiringnya. Namun, seusai menonton, ia tidak mencari informasi lebih lanjut mengenai pertunjukan tersebut, misalnya informasi mengenai sejarah ataupun seluk-beluk penyusun pertunjukan tersebut. Sikap yang demikian menunjukkan adanya apresiasi pasif. 

b. Apresiasi aktif, yaitu kegiatan apresiasi yang ditunjukkan secara mendalam, termasuk setelah menilai suatu bentuk dan hasil karya seni secara pasif/apresiasi pasif. Berbeda dengan apresiasi pasif, seseorang yang melakukan apresiasi aktif akan mencari informasi lebih lanjut mengenai bentuk karya seni yang baru saja ia nikmati. Apresiasi aktif juga menunjukkan tingginya minat seseorang terhadap suatu bentuk karya seni yang dihasilkan seniman.

Apresiasi aktif kemudian melahirkan dua hal, yakni pendekatan aplikatif dan pendekatan kesejarahan.

1) Pendekatan aplikatif

Apresiasi aktif dengan pendekatan aplikatif dapat dimaknai sebagai upaya yang dilakukan seseorang untuk menunjukkan apresiasi dengan cara terjun langsung bentuk seni yang ia sukai.s Contohnya, seseorang yang menyukai seni lukis akan mempelajari cara melukis, seseorang yang menyukai seni tari akan bergabung dengan sanggar seni tari, dan seseorang yang menyukai seni peran akan bergabung dengan kelas akting atau grup teater untuk mengasah kemampuan beraktingnya. 

Pendekatan aplikatif juga dapat dilakukan seseorang dengan mencari tahu tentang cara mempelajari suatu bentuk seni budaya melalui berbagai media, seperti buku atau internet, atau dengan mendatangi studio, sanggar, dan galeri seni. Contohnya, seseorang yang terpesona dan tertarik untuk mempelajari tari gambyong secara otodidak dapat mempelajari tentang cara menari gambyong dengan mengakses situs penyedia video di internet. Begitu pula dengan mendatangi studio, sanggar, dan galeri seni. Dengan mendatangi tempat-tempat tersebut, seseorang berkesempatan untuk melihat lebih dekat mengenai teknik, bahan, dan unsur-unsur penciptaan suatu bentuk karya seni. Contohnya, dengan mengunjungi studio lukis, seseorang dapat melihat alat, bahan, dan teknik yang digunakan untuk melukis serta melihat bagaimana hasil akhir lukisan. 

 

Sumber: flickr.com Gambar 6.2 Mengikuti kelas membatik merupakan contoh apresiasi dengan pendekatan aplikatif.

Pendekatan aplikatif juga dapat disebut sebagai praktik berkarya. Melalui praktik berkarya, seseorang akan merasakan langsung pengalaman yang dirasakan oleh seniman yang karyanya ia nikmati sebelumnya. la dapat mempelajari teknik pembuatan, mempelajari alat dan bahan yang menjadi media pembuatan, mencari berbagai alternatif untuk menciptakan, serta mengalami suka-duka dalam menciptakan suatu karya. Pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh melalui pendekatan aplikatif akan mendorong seseorang untuk memberikan apresiasi tinggi terhadap suatu bentuk seni budaya.

 2) Pendekatan Kesejarahan

Apresiasi dengan pendekatan kesejarahan dapat dimaknai sebagai upaya apresiasi yang dilakukan seseorang dengan cara menelusuri asal-usul dan sisi sejarah dari suatu bentuk karya seni. Pendekatan kesejqrahan juga dikenal sebagai penelusuran riwayat. Pendekatan kesejarahan dapat dilakukan dengan banyak cara, di antaranya dengan mencari informasi pada sumber tertulis dan internet serta bertanya langsung kepada pihak-pihak yang dirasa cukup kompeten dan memiliki pengetahuan terkait karya seni yang bersangkutan. Pihak-pihak tersebut dapat berupa seniman, para tetua, hingga keluarga. Contohnya, seseorang yang tertarik dengan asal-usul sejarah pertunjukan lenong dapat mencari informasi dengan membaca buku, mencari informasi di internet, bertanya kepada keluarga yang memiliki pengetahuan tentang lenong, atau bertanya langsung kepada seniman lenong.

Penelusuran kesejarahan semacam ini tidak cukup dilakukan hanya dengan mendatangi studio, sanggar, galeri seni, ataupun museum. Diperlukan dedikasi, kesabaran, dan kemauan tinggi untuk melakukan pendekatan kesejarahan agar mendapatkan informasi tentang suatu bentuk seni secara komprehensif. Tanpa adanya dedikasi, kesabaran, dan kemauan, informasi yang diperoleh akan tidak lengkap sehingga pemahaman dan apresiasi terhadap bentuk seni yang bersangkutan tidak maksimal.


2. Jenis Apresiasi Menurut Tingkatannya 

Menurut tingkatannya, apresiasi seni terbagi menjadi tiga,s Yakni apresiasi empatik, apresiasi estetis, dan apresiasi kritik. Pembagian apresiasi berdasarkan tingkatannya ini sesuai dengan Pendapat Brent G. Wilson yang menyebutkan bahwa apresiasi mengandung tiga konteks utama, yakni feeling (perasaan, berkaitan dengan apresiasi empatik dan estetis), valuing (Penilaian, berkaitan dengan apresiasi kritik), dan emphatizing (empati, berkaitan dengan apresiasi empatik).

a. Apresiasi empatik 

Apresiasi empatik dapat dimaknai sebagai upaya penilaian berdasarkan unsur-unsur cerapan/tangkapan pancaindra. Selain melibatkan pancaindra, apresiasi empatik juga berkaitan dengan pemikiran dan perasaan seseorang. Hasil dari tangkapan pancaindra akan memengaruhi pikiran dan perasaan seseorang sehingga orang tersebut dapat memberikan penilaian baik tidaknya suatu bentuk seni yang sedang ia nikmati. Contoh dari apresiasi empatik adalah seseorang yang terkagum-kagum saat melihat pertunjukan wayang orang yang diiringi dengan alunan musik gamelan. Perasaan kagum tersebut muncul akibat keindahan yang ia tangkap melalui mata (pertunjukan wayang orang) dan telinga (alunan suara gamelan). Rasa kagum dan senang saat menonton pertunjukan tersebut akan membuat dirinya menilai bahwa pertunjukan wayang orang adalah pertunjukan yang bagus dan menarik. 

b. Apresiasi estetis 

Apresiasi estetis dapat dimaknai sebagai upaya penilaian terhadap suatu bentuk karya seni melalui pengamatan dan penghayatan. Berbeda dengan apresiasi empatik yang terbatas pada tangkapan pancaindra, apresiasi estetis mengeksplorasi unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik dari suatu karya seni. Contoh unsur intrinsik dan ekstrinsik tersebut meliputi bentuk, tampilan, isi, hingga hal-hal yang melatarbelakangi seniman dalam menciptakan karya tersebut. Melalui apresiasi estetis, seseorang akan merasakalj pengalaman keindahan yang tidak hanya berupa wujud (form), tetapi juga isi (substance).

 

6.3 Lukisan potret Bung Karno dan Bung Hatta karya Basoeki Abdullah.

Contoh dari apresiasi estetis adalah seseorang yang melakukan pengamatan dan penghayatan terhadap lukisan-lukisan potret realis karya Basoeki Abdullah. Ketika mengamati salah satu lukisan potret realis karya Basoeki Abdullah, misalnya potret Bung Hatta, ia akan mengamati bagaimana kemiripan antara lukisan tersebut dengan wajah asli Bung Hatta, media apa yang digunakan untuk membuat lukisan tersebut, warna yang digunakan, teknik pembuatan, hingga tujuan yang melatarbelakangi Basoeki Abdullah dalam menciptakan lukisan potret tersebut. Melalui pengamatan dan penghayatan, orang yang melakukan pendekatan tersebut akan memberikan apresiasi yang lebih tinggi dibandingkan apresiasi yang hanya berdasarkan tangkapan mata.

c. Apresiasi kritik 

Apresiasi kritik dapat dimaknai sebagai upaya penilaian yang lebih kompleks dengan melibatkan beberapa kegiatan, seperti klasifikasi, deskripsi, tafsiran, analisis, evaluasi, dan kesimpulan.' Apresiasi kritik umumnya diberikan oleh orang-orang yang telah lama mendalami dan memiliki pengetahuan yang luas terkait suatu bidang seni, seperti kritikus seni. Apresiasi kritik tidak hanya terbatas pada penilaian bagus tidaknya suatu karya seni, tetapi juga pemberian masukan, saran, deskripsi, dan evaluasi terhadap karya seni tersebut. Artinya, apresiasi kritik lebih menekankan Sisi objektif dibandingkan Sisi subjektif saat melakukan penilaian. Dengan demikian, apresiasi kritik tidak hanya membawa pemahaman dan pengetahuan baru bagi diri sang kritikus ataupun penikmat seni, tetapi juga motivasi bagi seniman untuk menciptakan karya yang lebih baik lagi di masa mendatang.

Contoh dari apresiasi kritik adalah seorang kritikus seni yang memberikan penilaian terhadap suatu pertunjukan teater. Saat menonton, kritikus akan melihat bagaimana mekanisme pertunjukan tersebut, mulai dari cara dan teknik berakting para pemain, dialog yang dibawakan, tata kostum dan tata rias para pemain, tata panggung dan tata cahaya, hingga musik yang mengiringi pertunjukan tersebut. Dengan memberi perhatian pada detail, kritikus seni dapat memberikan penilaian terhadap pertunjukan tersebut. Jika ia menemukan kekurangan, misalnya dialog yang terlalu panjang dan membosankan penonton atau banyaknya blocking yang dilakukan para pemain, ia akan memberikan kritik dan masukan kepada para pelaku pertunjukan tersebut agar kesalahan yang sama tidak terulang di kemudian hari.



Sumber : Sugiyanto, dkk. 2017. Seni Budaya untuk SMK/MAK Kelas X. Jakarta: Erlangga.


Konsep Apresiasi Seni Budaya

 Indonesia menyimpan kekayaan seni dan budaya yang tidak terhitung jumlahnya. Pada pembahasan-pembahasan sebelumnya, telah dijelaskan mengenai bentuk-bentuk seni yang ada di Indonesia, beserta tahapan perkembangannya dari masa ke masa. Banyaknya kekayaan seni dan budaya yang dimiliki Indonesia tersebut mendorong munculnya reaksi, salah satunya apresiasi. 

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), apresiasi memiliki dua pengertian, yaitu -kesadaran terhadap nilai seni dan budaya- serta -penilaian (penghargaan) terhadap sesuatut Dalam bahasa Inggris, apresiasi dikenal dengan istilah appreciate, yang bermakna "penilaian atau penghargaan untuk mengukur kualitas sesuatut-Jika diartikan secara luas, kegiatan apresiasi dapat dimaknai sebagai kegiatan mengamati, menanggapi, dan menghayati untuk menemukan kualitas dan nilai dari suatu bentuk. 

Apresiasi dapat ditunjukkan dalam berbagai bidang, termasuk dalam bidang seni dan budaya. Kegiatan apresiasi dalam bidang seni dan budaya dapat terwujud dalam tindakantindakan sederhana. Contohnya, seseorang yang terkagumkagum atau merasa bahagia ketika melihat suatu karya seni. Tanpa disadari, ia telah melakukan apresiasi terhadap karya seni tersebut. Apresiasi juga terlihat ketika seseorang mengamati suatu karya seni dan memutuskan bahwa karya seni tersebut memiliki beberapa kelemahan, misalnya bentuknya yang tidak menarik atau tidak merepresentasikan maksud dan pesan seniman yang ada di dalamnya.

Jika dimaknai lebih lanjut, apresiasi seni dan budaya dapat dimaknai sebagai upaya untuk memahami bentuk-bentuk dan hasil seni budaya secara menyeluruh, termasuk memahami nilainilai yang ada di dalamnya, seperti nilai estetika. Nilai estetika menjadi nilai yang paling sering muncul dalam apresiasi seni budaya. Penyebabnya adalah sifat seseorang yang cenderung peka terhadap sesuatu yang berkaitan dengan nilai-nilai estetika. Terlebih bentuk-bentuk dan hasil seni budaya banyak mengandung unsur-unsur estetis yang dapat membawa pengalaman keindahan bagi orang-orang yang memandangnya. 

Apabila seseorang mampu menangkap nilai estetis dari suatu karya sgni dan budaya, sangat mungkin ia dapat menangkap nilai Iain yang terkandung di dalam karya tersebut. Beberapa ahli, seperti Soedarso dan Rollo May, juga mencoba memberikan pandangan mereka mengenai pengertian apresiasi seni budaya. Menurut Soedarso (1990), apresiasi seni buda a bermakna mengerti dan menyadari sepenuhnya seluk-beluk suatu hasil seni, serta menjadi sensitif terhadap segi-segi estetisnya sehingga mampu menikmati dan menilai karya tersebut dengan semestinya. Sementara itu, menurut Rollo May, melakukan apresiast terhadap suatu bentuk kreasi seni merupakan suatu undakan kreatif. 

Dalam bidang seni budayat kegiatan apresiasi tidak hanya dilakukan oleh para penikmat seni, tetapi juga seniman yang menciptakan karya seni. Dengan kata Iain, apresiasi menjadi semacam jembatan penghubung antara penikmat seni dan seniman. Melalui apresiasi, penikmat seni dapat memperoleh pengalaman keindahan dan menilai suatu karya seni. Penilaian dari penikmat seni akan menjadi masukan bagi seniman untuk mengevaluasi dan mengembangkan karya-karyanya. Karya-karya seniman yang semakin berkembang dan mengalami kemajuan dari masa ke masa juga akan kembali membawa dampak positif bagi penikmat senil yaitu penikmat seni dapat menikmati lebih banyak karya seni yang berkualitas. 

Apresiasi yang ditunjukkan oleh setiap orang berbeda satu sama Iainnya. Penyebabnya bermacam-macam, mulai dari perbedaan tingkat ilmu pengetahuan; pemahaman; pengalaman; status sosial; hingga kondisi internal dalam diri seseorang, seperti kondisi fisik, psikis, dan mental. Contohnya, ketika menonton pertunjukan teater, seseorang yang terbiasa menonton pertunjukan teater akan memberikan apresiasi yang berbeda dibandingkan orang yang pertama kali menonton pertunjukan teater tersebut. Orang yang terbiasa tersebut dapat memberikan apresiasi yang tinggi karena telah memahami seluk-beluk teater. Sementara itu, orang yang baru pertama kali menonton pertunjukan teater dapat menunjukkan dua kemungkinan reaksi: merasa kagum atau merasa bosan dan tidak tertarik untuk menonton teater lagi di kemudian hari. Kondisi tersebut menunjukkan perbedaan apresiasi yang disebabkan oleh perbedaan pengalaman yang dimiliki setiap orang.

 

Sumber: dokumentasi penulis Gambar 6.1 Apresiasi yang diberikan seseorang terhadap suatu karya dapat berbeda antara satu sama lain.

Kegiatan apresiasi seni juga mendorong munculnya kegiatan lain, yaitu kegiatan meresensi dan kritik seni. Tanpa keberadaan apresiasi, seseorang akan sulit memberikan penilaian yang objektif dan akurat atas suatu karya seni. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kegiatan apresiasi memberikan dampak Yang cukup vital dalam kegiatan resensi dan kritik seni.



Sumber : Sugiyanto, dkk. 2017. Seni Budaya untuk SMK/MAK Kelas X. Jakarta: Erlangga.