Dalam kehidupan sehari-hari, sangat mungkin kita bersinggungan dengan seni. Contohnya adalah seni arsitektur yang terwujud melalui bentuk dan desain bangunan yang unik, seni terapan yang terwujud dalam bentuk perabot berbahan gerabah, atau kegiatan menonton pertunjukan teater yang menggabungkan sastra dengan lagu dan tari. Segala bentuk seni tersebut membawa banyak pengaruh bagi kehidupan manusia, termasuk kepuasan dan perasaan menyenangkan setelah menghayatinya.
Setiap bidang seni memiliki peran tersendiri dan saling mendukung. Contohnya, untuk sebuah pertunjukan, baik pertunjukan tari, musik, maupun teater, dibutuhkan seni lain untuk mendukungnya. Seni pendukung tersebut dapat berupa seni penataan, di antaranya tata rias, tata kostum, tata lampu, tata panggung, serta tata suara dan efek.
Secara umum, seni dapat juga dimaknai sebagai keindahan pengindraan hasil karya manusia, yang tertuang melalui berbagai macam media. Kesenian bisa dipelajari di mana saja, baik di sekolah maupun autodidak. Untuk memudahkan dalam mempelajari bentuk-bentuk seni, umumnya orang menggolongkan seni ke dalam empat jenis, yakni sebagai berikut.
1. Seni Rupa
Seni rupa merupakan hasil karya manusia yang dapat dinikmati pancaindra manusia, khususnya indra penglihatan dan indra perabaan. Seni rupa dapat berbentuk dua dimensi ataupun tiga dimensi. Dalam karya seni rupa, terdapat unsur titik, garis, bidangt ruu-ug. wama, gelap/terang, dan tekstur. Contoh hasil karya seni rup add*1 lukisan/gambar, patung, ukiran, dan pahatan.
Berdasarkan fungsinya, seni rupa dibagi menjadi dua jenis yaitu, seni rupa murni dan seni rupa terapan. Seni rupa murni adalah karya seni yang dibuat dengan mengutamakan sisi keindahan atau sisi estetikanya saja. Sementara itu, seni'_ypa tera n adalah karya seni rupa yang tidak hanya indah, tetapi juga memiliki kegunaan praktis, atau dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh hasil karya seni rupa terapan adalah perabot yang terbuat dari kayu, logam, rotan, bambu, tekstil, keramik.
Di Indonesia, seni rupa berkembang cukup pesat. Dalam bidang seni lukis, terdapat banyak nama pelukis besar dengan karya yang cukup terkenal, seperti lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro karya Raden Saleh atau Potret Diri karya Affandi. Bentuk seni rupa lainnya, seperti patung, instalasi, serta ukiran dan pahatan, juga dapat ditemukan dengan mudah di berbagai sudut kota. Contoh kekayaan seni rupa berbentuk patung dapat ditemukan dalam bentuk tugu di berbagai sudut Jakarta, seperti Patung Selamat Datang, Patung Pembebasan Irian Barat, dan Tugu Tani.
Sumber: www.pixabay.com
Gambar 4.2 Cangkir dan teko keramik merupakan salah satu jenis seni terapan.
2. Seni Musik
Seni musik adalah cabang seni yang menggunakan medium suara atau nada untuk mengungkapkan ekspresi jiwa manusia. Jadi, seni musik merupakan karya seni yang ditangkap Oleh indra pendengaran (telinga). Adapun musik adalah bunyi yang mengandung unsur-unsur tertentu, yang diterima oleh semua orang, baik individu, kelompok, maupun golongan masyarakat yang berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya, dan selera masing-masing.
Bunyi adalah elemen utama musik yang didasarkan atas getaran yang teratur dalam jangka waktu tertentu. Getaran ini juga sering disebut frekuensi yang memiliki satuan hertz (Hz). Selain frekuensi, terdapat pula pulsa/pulse dan irama atau ritme. Pulsa berarti keteraturan ketukan dalam durasi waktu tertentu, sedangkan ritme atau irama dalam musik adalah penanda atau pembentuk keanekaragaman. Untuk menjadi sebuah musik, bunyi membutuhkan beberapa syarat, yaitu sebagai berikut.
a. Nada
Nada adalah elemen musik yang memiliki kadar tinggi rendah tertentu. Nada yang sudah disusun berderet, tetapi belum mengandung arti musikal disebut tangga nada.
b. Melodi
Melodi merupakan hasil interaksi antara nada dan ritme. Tanpa melodi, suatu lagu tidak dapat diidentifikasi karena melodi adalah unsur yang paling menentukan bahwa lagu yang satu berbeda dengan lagu yang lain. Di dalam melodi, terdapat dua bagian, yaitu sebagai berikut.
c. Motif
Motif adalah satuan terkecil pembentuk melodi, biasanya terdiri atas beberapa ketukan saja.
d. Frase
Frase adalah perluasan dari motif. Jika motif terdiri atas beberapa ketukan, frase terdiri atas beberapa birama. Adanya motif dan frase membentuk melodi.
e. Harmoni
Harmoni adalah hubungan nada-nada yang disusun secara vertikal, yakni dari atas ke bawah, sehingga jika dibunyikan bersamaan akan berpadu secara selaras atau harmonis. Harmoni berbeda dengan melodi yang disusun secara horizontal.
f. Notasi musik
Notasi adalah catatan yang dibuat untuk memudahkan pemain musik, komposer, penyanyi, dan profesi yang berhubungan dengan musik lainnya dalam membawakan lagu atau karya musik. Notasi musik juga berfungsi sebagai bentuk dokumentasi atas suatu karya musik. Notasi musik terdiri atas dua macam, yakni notasi angka dan notasi balok.
Keduanya mempunyai ciri dalam penulisannya. Notasi angka berbentuk angka yang menggunakan garis, titik, dan nol sebagai penanda panjang-pendeknya nada dan menjadi tanda istirahat. Sementara itu, notasi balok ditulis di paranada yang terdiri atas lima garis horizontal. Notasi balok berbentuk seperti grafik, yakni semakin tinggi tempatnya, semakin tinggi nadanya. Dalam paranada, terdapat simbol atau lambang untuk menentukan kunci, yaitu kunci G, F, dan C.
Sumber: www.pxhere.com Gambar 4.3 Kunci G dan F merupakan bagian dari notasi musik.
Dalam penyajiannya, tidak selalu semua unsur pembentuk musik muncul. Unsur yang muncul bisa jadi kurang satu atau dua, atau yang ekstrem adalah ketika muncul justru hanya satu atau dua unsur saja. Bunyi yang dihasilkan pun tidak selalu berupa suara manusia ataupun bunyi alat musik, melainkan bunyi benda-benda yang tidak lazim, seperti kaleng atau gelas. Meskipun demikian, bunyi dari benda-benda tersebut tetap dapat menjadi sajian musik yang menarik. Sajian musik seperti demikian sering kali disebut musik kreatif atau musik alternatif. Beberapa daerah justru sering mengadakan festival musik kreatif semacam itu. Dalam festival tersebut, para pemusik dapat membuat alat musik dengan alat-alat yang sudah tidak terpakai. Vokalnya pun tidak selalu berupa untaian kata, tetapi hanya berupa siulan, teriakan, atau permainan vokal tanpa makna.
Di Indonesia, seni musik terwujud dalam bentuk lagu daerah dan alat musik tradisional Indonesia. Pada awalnya, seni musik di Indonesia kental dengan nuansa kedaerahan, misalnya musik karawitan yang identik dengan budaya Jawa. Pada era Penjajahan dan pascakemerdekaan, mulai berkembang jenis musik yang terpengaruh budaya luar, seperti musik gambus Yang terpengaruh budaya Arab dan musik keroncong yang terpengaruh budaya Portugis. Pada masa-masa selanjutnya, berkembang jenis musik lainnya, seperti pop, rock, dan dangdut. Pada masa kini, jenis musik di Indonesia semakin kaya dan terus berkembang.
3. Seni Tari
Seni tari adalah salah satu cabang seni yang menjadikan tubuh manusia sebagai medianya. Unsur utamanya adalah gerak, sedangkan unsur pendukungnya adalah ritme/irama. Selain mengolah gerakan tubuh, seni tari juga mengolah irama dan rasa. Tarian merupakan bentuk penghormatan terhadap seni gerak. Gerak sendiri adalah bahasa tertua yang telah ada jauh sebelum manusia mengenal bahasa lisan dan aksara. Dengan adanya gerak, manusia dapat mengenali kehidupan, mengungkapkan keinginan, dan lain sebagainya. Setelah manusia mengenal peradaban, unsur-unsur pendukung tari lainnya muncul, seperti tata rias, tata busana, dan tata iringan.
Gambar 4.4 Seni tari terlihat indah karena didukung oleh beberapa unsur, salah satunya tata rias.
Terdapat beberapa definisi tentang tari, baik dari seniman tari dalam negeri maupun dari mancanegara. Semua definisi tvi tersebut tidak ada yang meninggalkan kata gerak karena gerak mernang merupakan unsur utama tari. Melalui hal tersebut, dapt disimpuikan bahwa tari merupakan susunan gerak anggota martusia yang ekspresif, indah, berirama, selaras dengan iringan rnusik. prta dilengkapi dengan tata rias dan busana yang harmonis.
Gerak dalam tari adalah gerakan yang indah. Keindahan dalam tari tidak selalu dimaknai gerak iemah gemulai, melainkan dapat pula berupa gerak yang kuat sepenuh tenaga, lemah tanpa tenaga, kaku, lentur, dan lain sebagainya. Semua variasi gerakan tari menuruti tuntutan penata tarinya.
Secara garis besar, gerakan dalam tari dibagi menjadi dua, yakni sebagai berikut.
a. Gerak murni, yakni gerak yang tidak mempunyai arti tertentu dan hanya mementingkan segi keindahan atau segi artistik.
b. Gerak maknawi, yakni adalah gerak yang mempunyai arti atau makna, tetapi sudah mengalami distorsi (perubahan atau perombakan) dan stilisasi (penghalusan). Gerak maknawi juga dikenal dengan istilah gestur.
Dałam sebuah tarian, kedua gerak tersebut sudah seharusnya ada karena tanpa salah satu dari keduanya, nilai tari akan terasa kurang maknanya. Tari yang beriSț gerak maknawi saja hampir sama dengan pantomim. Sementara iłu, tari yang berisi gerak murni saja membuat pesan yang hendak disampaikan penata tari sulit terungkap.
Selain gerak murni dan gerak maknawi, ada pula terdapat pula gerak representasional (representatif) dan gerak nonrepresentasional (abstrak). Gerak representasional adalah gerak yang mudah dimengerti oleh penonton karena menggambarkan sesuatu dengan jelas. Sementara itu, gerak nonrepresentasional adalah gerak yang tidak jelas menggambarkan sesuatu (abstrak). Kalau dicermati, gerak representatif dan nonrepresentatif adalah cara penyampaian 'pesan' tarian.
Kalau pesannya mudah dimengerti oleh penikmatnya disebut representasional, biasanya banyak menggunakan gerak murni, dan simbol- simbol yang hanya dimengerti oleh pembuatnya/ koreografernya.
Sebuah gerakan tari tercipta karena didukung oleh tenaga, ruang, dan waktu. Gerak membutuhkan tenaga. Penari yang baik dapat mengatur tenaganya sehingga tidak akan kehabisan tenaga usai menari. Tenaga penari digunakan mulai dari saat memulai sampai mengakhiri sebuah tarian. Penari juga harus dapat mengendalikan tenaganya. Saat bergerak cepat, lalu tiba-tiba berhenti, penari harus menyiasati agar jangan sampai terhuyung atau terjatuh. Penari yang baik adalah penari yang mampu melakukan gerakan sesuai keinginan penata tarinya, didukung dengan ekspresi dan mimik muka yang sesuai.
Dalam penyajian seni tari, bukan hanya unsur utama gerak dan ritme yang muncul, melainkan juga unsur pendukung tari Iainnya, yaitu sebagai berikut.
a. Tata rias dan busana
Tata rias di dalam seni tari adalah upaya untuk mengubah hal natural menjadi estetis atau untuk menyamarkan kekurangan. Contohnya, tata rias digunakan untuk menyamarkan bentuk hidung, bentuk bibir, dagu, pipi, dan lain sebagainya, sesuai tuntutan tarian yang dibawakan. Selain itu, tata rías juga digunakan untuk memperkuat karakter yang dibawakan, seperti tata rias yang membentuk penokohan antagonis atau membawakan karakter fiktif, seperti raksasa dan nenek sihir. Selain tata rias, tata rambut juga memegang peranan penting. Selain meningkatkan segi estetis, tata rambut juga dapat menunjukkan suatu periode 1 sejarah, misalnya tata rambut zaman Majapahit berbeda dengan tata rambut zaman Mataram kuno.
b. Tata busana
Selain tata rias dan tata rambut, hal lain yang mendukung pementasan tari adalah tata busana atau tata kostum. Untuk tari modern, umumnya kostum yang digunakan adalah kostum yang terbuat dari bahan yang ringan dan tidak mengganggu gerak para penari. Untuk tari tradisional, tata rias ataupun tata busananya sudah memiliki ketentuan tersendiri secara turun-temurun, harus diikuti, dan tidak dapat diubah secara sembarangan. Jika ada elemen yang diubah, esensi tari tradisional tersebut akan terganggu atau bahkan hilang.
c. Tata lampu
Tari tradisional kebanyakan menggunakan lampu general yang berfungsi untuk menerangi tempat pentas dengan sinar merata. Permainan lampu yang berlebihan, seperti penggunaan lampu kedip, justru mengganggu, baik bagi penonton maupun penari.
Indonesia menyimpan banyak sekali kekayaan seni tari. Tari tradisional yang terwujud dalam bentuk tarian adat tersebar di berbagai provinsi di Indonesia. Contoh tarian adat di Indonesia yang cukup terkenal adalah tari pendet dari Bali, tari jaipong dari Jawa Barat, dan tari gambyong dari Jawa Tengah. Seiring perkembangan waktu, tarian adat di Indonesia terus bertahan dan berevolusi. Bahkan, kini tak jarang tarian adat Indonesia dikreasikan dalam bentuk baru agar generasi muda tertarik untuk terus melestarikannya.
4. Seni Teater
Seni teater adalah cabang seni yang di dalamnya terdapat cabang-cabang seni Iainnya, seperti seni peran, seni gerak, seni rupa, dan seni suara/bunyi yang saling berkolaborasi. Awalnya, kata teater berasal dari bahasa Yunani, yakni theatron, yang memiliki makna gedung pertunjukan. Namun, pada perkembangannya, kata teater bermakna Iebih luas, yakni segala sesuatu yang dipertunjukkan di depan banyak orang. Jadi, teater secara sederhana dapat dimaknai sebagai pertunjukan. Contohcontoh teater tradisional dari berbagai daerah adalah ketoprak, wayang orang, ludruk, mamanda, cak, dagelan, dan dulmuluk.
Teater juga dapat dimaknai sebagai realitas fiktif di atas Panggung yang dibawakan oleh aktor (baik aktor riil maupun boneka) dan dihadiri penonton secara langsung.
Selain digunakan untuk menyebut bentuk pertunjukan, istilah teater juga digunakan untuk menyebut tempat pemutaran fil m ataupun kelompok yang berkegiatan atau berolah seni peran. Beberapa kelompok yang mengusung nama teater di Indonesia, di antaranya Teater Koma, Teater Populer, Teater Alam, Teater Gandrik, Teater Garasi, dan Teater Mandiri. Teater juga dipakai untuk menyebut kegiatan yang mendalami olah vokal' Olah tubuh, dan olah peran. Hal ini semakin menunjukkan luasnya makna teater saat ini.
Seperti halnya seni tari, keberadaan seni teater juga ditentukan oleh keberadaan unsur-unsur pembentuknya, yakni sebagai berikut.:
a. Naskah/lakon
Naskah adalah karangan yang berisi cerita atau lakon. Di dalam naskah, termuat nama-nama tokoh, dialog, serta keterangan terkait keadaan panggung yang diperlukan (setting). Tidak jarang di dalamnya terdapat keterangan yang lebih lengkap, seperti keterangan terkait blocking, tata busana, tata lampu, tata panggung, dan tata suara (musik pengiring/ilustrasi).
b. Sutradara
Sutradara adalah pemimpin dalam pementasan. Sutradara bertugas memilih naskah, membuat tafsir naskah, memilih dan melatih, serta mengoordinasikan setiap bagian.
c. Pemain/pemeran
Pemain adalah orang yang memperagakan cerita dan menghidupkan naskah di atas panggung. Pemain dalam pementasan teater juga dikenal dengan istilah aktor atau aktris.
d. Penonton
Dalam pertunjukan teater, penonton adalah unsur yang paling penting. Sebagus apa pun persiapan pementasan, apabila tidak ada penonton, pementasan tersebut tidak dapat dilaksanakan. Alasannya adalah unsur teater sejatinya akan ditunjukkan kepada penonton.
Selain beberapa unsur utama di atas, seni teater pun memiliki beberapa unsur pendukung yang dapat lebih mem ercantik pertunjukan, yaitu sebagai berikut:
a. Tata panggung/scenery
Tata panggung adalah wujud dari gambaran kejadian saat lakon dipentaskan. Tata panggung bukan hanya dekorasi, tetapi juga tata letak perabot yang akan digunakan pemeran saat pementasan berlangsung. Penataan disesuaikan dengan tuntutan cerita dan tuntutan artistik sutradara. Oleh sebab itu, sebelum merancang tata letak, penata panggung akan mempelajari tempat pementasan dan lakon yang dipentaskan, serta melakukan diskusi dengan sutradara.
Panggung di Indonesia secara umum ada dua jenis, yakni panggung arena dan panggung proscenium. Panggung arena membuat penonton dapat melihat setidaknya dari tiga arah. Sementara itu, panggung proscenium, yang dalam dunia teater juga dikenal dengan nama panggung bingkai, adalah panggung yang hanya dapat dilihat dari satu arah, yakni arah depan. Tata panggung harus mampu memberikan gambaran perbedaan ruang dan waktu, misalnya zaman penjajahan Belanda yang berbeda dengan zaman penjajahan Jepang. Suasana alam terbuka berbeda dengan suasana di dalam rumah.
b. Tata rias dan busana
Tata rias dalam seni teater hampir sama fungsinya dengan tata rias dalam seni tari. Tata rias dalam seni teater berfungsi mempertegas karakter dan menambah aspek dramatik. Tata busana di dalam seni teater dan seni tari, khususnya drama tari, sama-sama bertujuan memperjelas karakter, memudahkan penonton dalam membedakan tokoh, serta menampilkan simbol-simbol watak, misalnya warna merah yang digunakan untuk menandai tokoh antagonis. Tata busana juga menjadi penanda periode sejarah. Contohnya, pakaian pada masa penjajahan berbeda dengan Pakaian pascakemerdekaan. Bahkan, busana tahun 80-an berbeda dengan tahun 90-an, 2000-an, ataupun masa kini. Busana juga menunjukkan identitas bangsa, terlebih jika busana tersebut adalah busana tradisional.
Sumber : Sugiyanto, dkk. 2017. Seni Budaya untuk SMK/MAK Kelas X. Jakarta: Erlangga.
No comments:
Post a Comment