Wednesday, May 15, 2019

Kritik Seni

Jenis kritik seni

Menurut Feldman (1967) terdapat 4 jenis kritik seni, setiap tipe mempunyai ciri (kriteria), media (bahasa), cara (metoda),  pola berpikir, sasaran, dan materi yang tidak sama.

1. Kritik Populer, 

Kritik populer merupakan jenis kritik seni yang ditujukan untuk konsumsi umum. Tanggapan yang disampaikan melalui kritik jenis ini biasanya bersifat umum saja, lebih kepada pengenalan atau publikasi sebuah karya. Dalam tulisan kritik populer, umumnya menggunakan gaya bahasa dan istilah-istilah sederhana yang mudah dipahami oleh orang awam. 

2. Kritik Jurnalis, 

adalah jenis kritik seni yang hasil tanggapan atau penilaiannya disampaikan secara terbuka kepada publik melaui media massa khususnya surat kabar. Kritik ini hampir sama dengan kritik populer, tetapi ulasannya lebih dalam dan tajam. Kritik jurnalistik sangat cepat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kualitas dari sebuah karya seni, terutama karena sifat dari media massa dalam mengkomunikasikan hasil tanggapannya . Jika kalian menemukan contoh ulasan tentang sebuah karya seni di majalah atau koran dapat dipastikan itu adalah jenis kritik jurnalis.

3. Kritik Keilmuan,

adalah jenis kritik yang bersifat akademis dengan wawasan pengetahuan, kemampuan dan kepekaan yang tinggi untuk menilai sebuah karya seni. Kritik jenis ini umumnya disampaikan oleh seorang kritikus yang sudah teruji kepakarannya dalam bidang seni, dan disampaikan dengan metodologi kritik secara akademis. Hasil tanggapan melalui kritik keilmuan seringkali dijadikan referansi bagi para kolektor atau kurator institusi seni seperti museum, galeri dan balai lelang. Biasanya yang melakukan kritik ini para maestro atau ahli dalam bidang seni khusus yang sudah terkenal atau telah memiliki pengalaman banyak karya.

4. Kritik Kependidikan, 

adalah kritik yang bertujuan mengangkat atau meningkatkan kepekaan artistik serta estetika subjek belajar seni. Jenis kritik ini umumnya digunakan di lembaga-lembaga pendidikan seni terutama untuk meningkatkan kualitas karya seni yang dihasilkan peserta didiknya. Kritik ini yang digunakan guru di sekolah umum dalam penyelenggaraan mata pelajaran pendidikan seni. Kritik ini cocok sekali untuk siswa dalam dunia kependidikan khususnya seni budaya. Peserta didik akan mendapatkan pengalaman ulasan berbagai teknik, kekurangan serta kelebihan suatu karya, sehingga diharapkan kedepannya dapat berkarya lebih baik lagi.

Bentuk Kritik Seni

Berdasarkan titik tolak atau landasan yang digunakan, dikenal beberapa bentuk kritik sebagai berikut :

1. Kritik Formalistik 

Kajian kritik ditujukan terhadap konfigurasi aspek-aspek formalnya atau berkaitan dengan unsur-unsur pembentukannya. Pada lukisan, maka sasaran kritik lebih tertuju kepada kualitas penyusunan (komposisi) unsur-unsur visual seperti warna, garis, tekstur, dan sebagainya yang terdapat dalam karya tersebut. Kritik formalistik berkaitan juga dengan kualitas teknik dan bahan yang digunakan dalam berkarya seni.

2. Kritik Ekspresivistik

Dalam kritik ini, kritikus cenderung menilai dan menanggapi kualitas gagasan dan perasaan yang ingin dikomunikasikan oleh seniman melalui sebuah karya seni. Kegiatan kritik ini umumnya menanggapi kesesuaian atau keterkaitan antara judul, tema, isi dan visualisasi objek-objek yang ditampilkan dalam sebuah karya.

3. Kritik Instrumentalistik 

Dalam kritik ini, karya seni cenderung dikritisi berdasarkan kemampuananya dalam upaya mencapai tujuan, moral, religius, politik atau psikologi. Pendekatan kritik ini tidak mempersoalkan kualitas formal dari sebuah karya seni  tetapi lebih melihat aspek konteksnya baik saat ini maupun masa lalu.

Lukisan berjudul ”Penangkapan Pangeran Diponegoro” karya Raden Saleh misalnya, dikritisi tidak saja berdasarkan kualitas teknis (formal) nya saja tetapi keterkaitan antara objek, isi, tema dan tujuan serta pesan moral yang ingin disampaikan pelukisnya atau interpretasi pengamatnya terhadap konteks ketika karya tersebut dihadirkan.

 Tahapan dalam Kritik Seni

Berdasarkan beberapa uraian tentang pendekatan dalam kritik seni, dapat dirumuskan tahapan-tahapan kritik secara umum sebagai berikut:

1. Deskripsi, 

adalah tahapan untuk menemukan, mencatat dan mendeskripsikan segala sesuatu yang dilihat apa adanya, dan tidak berusaha melakukan analisis atau mengambil kesimpulan. Agar dapat mendeskripsikan dengan baik, seorang pengkritik harus mengetahui istilah-istilah teknis yang umum digunakan dalam dunia seni rupa. Tanpa pengetahuan tersebut, maka pengkritik akan kesulitan untuk mendeskripsikan fenomena karya yang dilihatnya.

2. Analisis formal, 

adalah tahapan untuk menelusuri sebuah karya seni berdasarkan struktur formal atau unsur-unsur pembentuknya. Pada tahap ini seorang kritikus harus memahami unsur-unsur seni rupa dan prinsip-prinsip penataan atau penempatannya dalam sebuah karya seni. 

3. Interpretasi, 

yaitu tahapan penafsiran makna sebuah karya seni meliputi tema yang digarap, simbol yang dihadirkan dan masalah yang dihadirkan. Penafsiran ini sangat terbuka sifatnya, dipengaruhi sudut pandang dan wawasan pekritiknya. Semakin luas wawasan seorang pekritik biasanya semakin banyak pula penafsiran karya yang dikritisinya. 

4. Evaluasi atau penilaian, 

merupakan tahapan yang menjadi ciri dari kritik karya seni. Evaluasi atau penilaian adalah tahapan dalam kritik untuk menentukan kualitas suatu karya seni bila dibandingkan dengan karya lain yang sejenis. Perbandingan dilakukan terhadap berbagai aspek yang terkait dengan karya tersebut baik aspek formal maupun aspek konteks. 



Fungsi Kritik

Fungsi kritik seni yang utama ialah menjembatani persepsi dan apresiasi karya seni rupa, antara seniman, karya, dan penikmat seni. Kritik dengan gaya bahasa lisan maupun tulisan yang berupaya mengupas, menganalisis, diharapkan memudahkan bagi seniman dan penikmat untuk berkomunikasi melalui karya seni.



Kritikus Seni

Kritikus adalah orang  yang melakukan kritik terhadap karya seni dan budaya orang lain atau dirinya sendiri.

Kritik yang disampaikan harus dilandasi dengan : 

1.      Keilmuan dan pengetahuan yang relevan; 

2.      Pengalaman yang memadai dalam materi kritik;

3.      Menguasai media kritik (kebahasaan yang efektif dan komunikatif);

4.      Menguasai penerapan metoda kritik yang tepat.

Pameran Seni


1.Pengertian Pameran
Pameran adalah kegiatan yang harus dilakukan oleh setiap pelaku seni. Kegiatan ini dapat menguji kemampuan seorang seniman. Tujuan dari sebuah pameran sebagai media komunikasi bagi para pelaku seni untuk dapat memerhatikan atau menunjukkan hasil-hasil karya seninya kepada orang banyak sebagai apresiator. 

Secara umum, tujuan pameran adalah untuk keperluan edukatif, komunikatif, kompetitif, dan sosial. Pameran merupakan kegiatan untuk memperkenalkan atau menunjukan hasil karya seni rupa atau hasil produksi kepada masyarakat luas. Pameran adalah cara untuk melakukan komunikasi antara pencipta karya dan penikmat karya seni rupa. Pameran bersifat Statis/diam  :  Pameran lukisan, pameran patung, pameran bunga. 

Kegiatan pameran dan pergelaran memiliki manfaat atau fungsi yang dapat di rasakan langsung maupun tidak langsung. 
a. Sebagai media untuk berekpresi diri, berkomunikasi, pengembangan bakat, dan apresiasi. 
b. Mengembangkan kepekaan terhadap alam sekitar dan menambah kehalusan budi pekerti.
c. Sebagai media ekspresi diri bagi pembuat karya seni.
d. Sebagai media pengembang bakat.Makin banyak kesempatan untuk pameran, makin banyak latihan untuk mengasah bakat seniman dan makin banyak yang dihasilkan.
e. Media komunikasi antara pencipta karya seni dengan penikmatnya. Seniman menyampaikan sesuatu ide dan pesan lewat karyanya dan kemudian di tangkap oleh penikmat seni yang melihat pameran. 
f. Media apresiasi seni. Apresiasi merupakan kegiatan yang meliputi pengamatan, penghayatan, penilaian, dan penghargaan terhadap sesuatu. 

Pameran karya merupakan akhir dari sebuah proses berkarya agar karya – karya yang dibuat dapat di apresiasi oleh orang lain secara lebi luas. Selama beberapa pelajaran yang telah dilaksanakan, tentulah telah cukup karya yang dihasilkan, baik karya – karya seri rupa dua dimensi maupun karya seni rupa tiga dimensi, baik karya seni kriya maupun karya seni murni.

Meskipun bentuk bentuk karya nasih terbatas, mungkin saja ditemukan penumuan – penumuan menarik yang telah dilakukan oleh para siswa lainnya sehingga sepantasnya pameran karya ini dilakukan.

Tujuan manfaat yang dapat dicapai melalui sebuah pameran karya seni rupa di lingkungan pendidikan meliputi hal – hal sebagi berikut : 
a. Menumbuhkan rasa percaya diri untuk menampilkan karyanya di hadapan publik secara luas.
b. Membiasakan diri untuk bersikap sportif, dalam arti dituntut untuk bersikap jujur dan bertanggung jawab atas hasil kerja dan kemampuan kita sendiri. 
c. Mengembangkan sikap apresiasi serta kreasi seni dikalangan para siswa. 
d. Memperluas wawasan dan pengtahuan berorganisasi melalui pameran 
e. Kita memiliki kesempan untuk memperkenalkan diri sebagai perupa atau perkriya ( Pencipta karya seni rupa dan seni kriya ). 

Pameran seni merupakan komunikasi estetis, yaitu wahana komunikasi antara pencipta ( kreator) dan khayalak sebagai apresiator. Pada kesempatan ini kita belajar komunikasi dengan cara khayalak pengunjung pameran melalui media seni rupa. 




2. Jenis Pameran karya seni rupa 
Beberapa jenis Pameran meliputi sebagai berikut : 
a. Pameran tunggal yaitu pameran yang dilakukan oleh perorangan dan biasanya hanya menampilkan satu jenis karya seni. 
b. Pameran kelompok yaitu menyebut pameran yang dilakukan oleh sekelompok seniman.
c. Pameran restospeksi yaitu pameran sejaran perjalanan seorang seniman dalam berkarya dan dilakukan oleh perorangan. Pameran restospeksi dapat berisi karya seni lukis, seni patung, kramik, grafis, atau karya seni lainnya atas nama perorangan.
d. Pameran desain yaitu pameran desain atau pameran produk kerajinan seperti arsitektur, pameran hasil riset produk, pameran kriya, pameran furnitur, pameran produk elektonik, pameran otomotif, pameran perhiasan, pameran produk pelengkap rumah sakit, dan sebagainya. 



3. Merencanakan Pameran 
Rencana sebuah pameran perlu dirancang secara sistematis dan logis agar pada waktu pelaksanaannya berjalan lancer. Tanpa perencanaan sistematis sebuah pameran tidak dapat berjalan lancar sesuai dengan yang diharapkan. 

Pelajari tahapan umum dalam perencanaan penyelenggaraan pameranseni rupa berikut : 
1.Menentukan Tujuan 
Langkah awal yang harus di perhatikan dalam menyusun program pameran adalah menetapkan dulu tujuan pameran tersebut. Penyelenggaraan pameran dapat saja bertujuan untuk menggalang dana yang bersifat komersial, social atau kemanusiaan. 
2.Menentukan Tema Pameran 
Tema pameran ditentukan setelah tujuan pameran di rumuskan. Penentuan tema berfungsi untuk memperjelas tujuan yang akan dicapai, dengan adanya tema akan memperjelas misi pameran yang akan dilaksanakan. Setelah rumusan pameran dan tema telah ditetapkan, langkah berikutnya adalah menyusun kepanitian pameran. 
3.Menetapkan Kepanitian 
Susunan panitia dalam suatu pameran selengkapnya sebenarnya dapat bervariasi, tetapi yang penting staf panitia initi biasanya terdiri dari susunan sebagai berikut : 
a. Ketua panitia, merupakan coordinator kegiatan, yang bertanggung jawab atas segala hal yang menyangkut kelancaran pameran. 
b. Sekretaris, bertugas membantu ketua dalam masalah administrasi 
c. Bendahara, mengatur keuangan pameran, mencatat pemasukan dan pengeluaran uang.
d. Seksi – seksi yang terdiri atas: 
1. Seksi publikasi membertahu pada khalayak umum dalam bentuk poster, spanduk atau surat pemberitahuan kepada orang tua siswa. 
2. Seksi pelengkapan mengusahakan peralatan yang diperlukan.
3. Seksi dekorasi mengatur ruangan,tata letak hasil karya yang di pamerkan.
4. Seksi konsumsi mengatur penyedian konsumsi bagi para petugas pameran selama berlangsungnya kegiatan. 
5. Seksi P3K menyiapkan obat – obatan dan sarana kesehatan lainnya selama pameran.
6. Seksi dokumentasi membuat foto – foto ( Mengabdikan ) peristiwa pameran, membuat cacatan penting untuk di simpan sebagai arsip sekolah. 
7. Seksi keamanan menjaga ketertiban waktu pameran,menjaga dan mengamankan hasil karya. 
4.Menetapkan waktu 
Pada lingkungan pendidikan, waktu pelaksanaan pameran karya siswa akan berkaitan langsung dengan rangkaian proses pembelajaran. Oleh karena itu, penetapan pameran karya siswa ini akan di tentukan oleh pihak sekolah melalui guru mata pelajaran. 
5.Menetapkan tempat pameran 
Tempat pameran yang di pilih hendaknya merupakan tempat yang srategis. Tempat tersebut harus mudah dilalui pengunjung, memilikki sirkulasi udara yang cukup baik, seta sedapat mungkin mendapat keprcayaan yang cukup ( sebaiknya cayaha matahari ). Untuk ini kita dapat menggunakan aula sekolah atau ruang kelas yang di tata sedemikian rupa. 
6.Menyusun Agenda Kegiatan 
Penyusunan agenda kegiatan dimaksudkan untuk memberikan kejelasan waktu pelaksanaan kepada semua pihak yang berkaitan dengan proses penyelenggaraan pameran. Agenda kegiatan di susun dalam table dengan mencantukan komponen jenis kegiatan dan waktu ( Biasanya dalam bulan, minggu, dan tanggal ). 



4. Menyusun Proposal Pameran Karya Seni Rupa 
Setelah seluruh kepanitian terbentuk, tugas berikutnya menyusun proposal kegiatan. Komponen – komponen yang harus anda rumuskan dalam proposal adalah sebagai mana terurai dibawah ini. 
Anda dapat menuliskan rumusan yang dimaksud pada lembaran kertas lain secara bersama-sama. 
1. Pendahuluan, yang membuat gambaran umum mengenai rencana kegiatan secara keseluruhan. Pada bagian pendahuluan ini pula di jelaskan latar belakang masalah serta dasar pemikiran secara umum yang merupakan intisari yang akan diselenggarakan.
2. Landasan dan dasar pemikiran yang dikaitkan dengan salah satu peristiwa tertentu dan program induk kegiatan OSIS atau di sekolah. 
3. Tujuan penyelenggaraan perglearan yang meliputi tujuan umum yang dikaitkan dengan kepentingan sekolah, serta tujuan khusus yang dikaitkan dengan kepentingan siswa pada umumnya.
4. Tema yang mendasari kegiatan. 
5. Bentuk – bentuk kegiatan yang akan dilaksanakan. Di sini tercakup rincian seluruh kegiatan yang direcanakan. Misalnya, pameran karya lukisan, karya patung, karya seni kriya, dan sebagainya. 
6. Sasaran kegiatan yakni kepada siapa pameran itu di peruntukan. Misalnya untuk siswa dan warga sekolah lainnya, orang tua dan pihak lainya. 
7. Peserta yang terlibat dalam kegiatan, termasuk penjelasan tentang jumlah panitia, jumlah pendukung, dan perkiraan jumlah pengunjung. 
8. Susunan kepanitian. Susunan kepanitian sebaiknya dipisahkan sebagai lampiran yang memuat sejumlah nama. 
9. Waktu dan tempat pergelaran. Disebutkan dengan jelas hari, tanggal, bulan, tahun, dan waktunya. Misalnya dari puku 09.00 s/d 12.30. Mengenai tempat dijelaskan secara lengkap, termasuk alamatnya.
10. Rencana pembiayaan yang memuat rincian pengeluaran dan perkiraan sumber dana. Rencana anggaran pembiyayaan tersebut sebaiknya disusun sebagai lampiran, yang ditanda tangani oleh bendahara, ketua panitia,dan diketahui oleh Pembina atau kepala sekolah. 
11. Jadwal kegiatan yang ( Terutama ) memuat jadwal kegiatan kepanitian sejak tahap persiapan hingga pelaksaan. Jadwal kegiatan ini di buat dalam bentuk matriks agar mudah dilihat dan diperiksa oleh pihak – pihak terkait. 
12. Proposal ini kemudian diajukan kepada kepala sekolah dan dijadikan pedoman bagi penyelenggaraan kegiatan. Pada proposal ini pula tercantum rencana kerja dan sistematika keja seluruh kegiatan 



5. Persiapan Pameran 
1. Menyiapkan dan memilih karya 
a. Langkah pengumpulan karya dilakukan dengan cara berikut. 
- Mencatat secara teliti setiap karya yang diserahkan, lalu mencantumkan:
- Judul karya ; 
- Nama pencipta atau pembuat karya ; 
- Jenis karya ; 
- Bentuk karya ;
- Bahan yang digunakan ; 
- Teknik pembuatan ; dan 
- Tanggal penyerahan. 
b. Menandai atau me nomori karya yang diterimanya sesuai nomor urut catatannya.
c. Apabila karya yang diterimanya itu sangat baik, tanyakanlah kedapa pembuatnya apakah   karya itu dijual atau tidak. Kalau dijual, beri tanda khusus pada tanda itu dan pada catatan nya ( Misalnya member tanda berupa kertas hijau ).
d. Sediakan tempat khusus untuk menyimpan seluruh karya. Tempat itu sebaiknya tidak lembab sehingga karya – karya yang disimpan di sana tidak rusak. 
e. Simpanlah semua karya itu dengan hati – hati agar tidak rusak dan tergores. 
f. Apabila seluruh karya telah terkumpul, salinla catatan yang telah dibuat itu ke dalam format lain untuk di perbanyak menjadi bentuk catalog pameran atau booxlate. Catalog atau booklate ini nanti dibagikan kepada pengunjung, sebagai pedoman dalam meningmati pameran karya seni rupa. 
g. Agar pameran dapat berlangsung dengan tepat dan sukses buat lah publikasi yang cukup dengan pembuat poster, plakat, dan sejenisnya. Jika diperlukan, lakukan pendekatan kepada perusahaan – perusahaan tertentu sebagai sponsor kegiatan. Jika ada, jangan lupa untuk menerakan logo perusahaan yang menjadi sponsor pameran pada poster dan catalog pameran. 

2. Menyiapkan Perlengkapan Pameran 
a. Ruang pameran Ruangan yang dapat digunakan dalam kegiatan pameran seni rupa di sekolah bias menggunakan aula atu ruangan kelas. Penataan ruang dapat dilakukan dengan menggunakan meja, panel, kursi. 
b. Meja Meja dapat digunakan untuk meja penerima tamu dan dapat juga pula digunakan sebagai dasar penyimpanan tiga karya domensial seperti patung atau barang kerajinan lainnya.
c. Buku Tamu Bukti tamu ( berisi: no,nama,alamat,/asal kelas/asal sekolah, dan tanda  tangan).dapat digunakan untuk mengetahui berapa orang yang mengunjungi pameran.
d. Buku Kesan dan Pesan Buku kesan dan pesan ( berisi : tanggal, tanggapan pribadi pengunjung, identitas seperlunya ) berguna sebagai masukan terhadap penyelenggaraan pameran.
e. Panel Berfungsi menempelkan karya seni dua dimensi seperti: lukisan, gambar, dan sebaginya. Panel juga dapat digunakan sebagai penyekat ruangan. 
f. Poster atau Brosur Media ini digunakan untuk menginfomasikan kegiatan pameran yang akan dilaksanakan. Dengan demikian sebelum pelaksanaan pameran dilakukan, poster dan brosur sudah digunakan sebagai media informasi. 
g. Katalog Berisi identitas seniman dan karya serta koratorial penyelenggaraan pameran, berfungsi sebagi penjelasan mengenai hal ikhwal seniman dan karya seni yang dipamerkannya.
h. Folder Berisi judul lukisan dan harga lukisan jika dijual membantu guide untuk menjelaskan kepada pengunjung pameran. 
i. Lampu Penerangan Lampu ini digunakan untuk memperjelas karya yang dipamerkan. Lampu ini dipasang di setiap papan pamer ( Panel ) atau plafon. Pemasangan lampu dan pemilihan jenis lampu untuk memperjelas karya sehingga lampu dan penetapannya harus diatur dan dipili sedimikian rupa agar tidak menyilaukan. 
j. Sound System Sound system digunakan dalam acar pembukaan, dan untuk diperdegarkan music insrumentalia berirama lembut selama pameran berlangsung yang berfungsi untuk mendukung suasana pameran sehingga pengunjung merasa lebih nyaman ketika mengapresiasi kaya yang dipamerkan.





Merancang Karya Seni Budaya Nusantara (teknik membentuk)

MERANCANG KARYA SENI BUDAYA NUSANTARA

Berkarya seni yang baik dapat menciptakan bentuk bentuk baru yang artistic dan estetik. Keberhasilan berkarya tiga dimensi ditentukan oleh pencipta dan media yang digunakan. Menyipkan karya dengan berkreasi sendiri atau mengembangkan ide atau gagasan dari berbagai sumber dari lingkungan sekitar. Karya tersebut bias berupa karya yang dimanfaatkan dalam kehidupan sehari hari maupun benda seni murni atau hanya untuk dinikmati dari segi estetisnya saja. Sebelum menciptakan karya seni ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:

1. Membentuk
Pengertian membentuk yaitu ide atau gagasan yang diekspresikan berwujud tiga dimensi yaitu memiliki nilai indah dan nilai seni dengan menggunakan media atau alat tertentu. Terdapat beberapa cara membentuk karya seni rupa, yaitu konstruksi, analitik, dan memutar. Membentuk karya seni rupa dengan cara menggunakan keterampilan tangan disebut konstruksi.

2. Media atau bahan pembentuk 
Media atau bahan yang digunakan untuk membentuk umumnya elastis atau lunak. Contoh media pembentuk karya seni rupa adalah gips, tanah liat, malam, bubur kertas, plastisin, dan lain-lain. Alat yang digunakan sebagai media pembentuk adalah alas papan, tangan, alat putar, atau kayu pipih. Bahan untuk membuat karya seni rupa yang sering digunakan dalam usaha gerabah. Kaolin disebut juga tanah liat China karena berwarna putih dan warnanya tidak berubah walau telah melalui proses pembakaran. 

3. Wujud karya seni membentuk
Beberapa hasil karya seni dibentuk dengan cara tertentu dapat berupa kerajinan atau kriya. Contoh kerajinan kramik untuk peralatan rumah tangga  atau gerabah. Benda karya seni rupa lainnya adalah patung, guci, perkakas batu, gerabah, batu bata dan lain-lain.

4. Teknik membentuk
Teknik atau cara yang digunakan dalam membuat karya seni antara lain dengan cara membentuk. Untuk mendapatkan sebuah hasil karya yang baik dan indah diperlukan keterampilan seniman, bahan, dan alat pembantuk. Untuk membuat karya cetak, cor, bahan dituangkan pada alat cetakan. Selain itu terdapat alat yang digunakan untuk membentuk karya seni rupa antara lain sudip, pisau, penggores, dan lain lain.

 Adapun hasil dari karya seni tersebut pasti memiliki berbagai nilai yang terkandung didalamnya. Adapun wadah yang digunakan sebagai apresiasi dari hasil karya seni yaitu pameran atau pagelaran. 

EVALUASI KARYA SENI BUDAYA NUSANTARA



Evaluasi merupakan proses atau bentuk penghargaan dan penilaian terhadap suau hal yang berhubungan dengan karya seni dan karya sastra. Dalam proses evaluasi terdapat apresiasi didalamnya. Kegiatan Apresiasi seni meliputi dua hal yaitu bersifat pengenalan terhadap Karya Seni dan menuntut adanya pengamatan Seni secara mendalam yang berisi proses pengamatan, penalaran, penafsiran dan mengevaluasi atau mengkritik suatu karya seni.

Pengertian Kritik Seni
Istilah “kritik seni”, dalam bahasa Indonesia, sering disebut dengan istilah “ulas seni”, “kupas seni”, “bahas seni” atau “bincang seni”. Pada umumnya istilah “kritik seni” terkait dengan masalah seni, dan bertujuan mendeskripsikan, menganalisis, menginterpretasi, dan menilai karya seni (Nooryan Bahari, 2014: 2-3).

Kritik seni adalah kegiatan menanggapi karya seni untuk menunjukkan kelebihan dan kekurangan suatu karya seni. Keterangan mengenai kelebihan dan kekurangan ini dipergunakan dalam berbagai aspek, terutama untuk menunjukkan kualitas dari sebuah karya. Kritik karya seni tidak hanya meningkatkan kualitas pemahaman dan apresiasi terhadap sebuah karya seni, tetapi juga dipergunakan sebagai standar untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil berkarya seni. Tanggapan dan penilaian yang disampaikan oleh seorang kritikus ternama sangat mempengaruhi persepsi penikmat terhadap kualitas sebuah karya seni bahkan dapat mempengaruhi penilaian ekonomis (harga jual).

Dalam kritik karya seni rupa kritikus dapat memberikan tanggapan dan evaluasi berdasarkan aspek-aspek simbol, jenis, fungsi, dan nilai estetis yang terdapat dalam karya tersebut. Mengeritik sebuah karya seni rupa tidak bertujuan untuk mencari-cari kesalahan, kekurangan atau kelemahan sebuah karya seni rupa. Pada dasarnya melalui kegiatan kritik karya seni rupa dapat belajar memberikan penilaian secara objektif terhadap kualitas karya seni, untuk meningkatkan kualitas wawasan, tanggapan dan kepekaan kamu terhadap karya seni. Hasil tanggapan dan evaluasi terhadap karya diharapkan mendorong perupa untuk meningkatkan kualitas karyanya. Untuk dapat memberikan apresiasi dapat dilakukan dengan mengamati unsur-unsur dalam sebuah karya. Beberapa unsur yang dapat diamati antara lain sebagai berikut.

1. Simbol
Dalam senirupa kata simbol dapat diartikan sebagai makna yang dikandung dalam karya seni rupa baik pada wujud objeknya maupun pada unsur-unsur seni rupanya.  Misalnya unsur warna hijau yang dominan adalah simbol kesuburan.  Patung dengan objek kuda sebagai simbol kegagahan.  Secara konseptual kata simbol memiliki pengertian:
a. Sesuatu yang biasanya adalah tanda yang mengantikan gagasan atau objek tertentu
b. Kata, tanda, atau isyarat yang digunakan untuk mewakili sesuatu yang lain
c. Mewakili kesepakatan,  persetujuan atau kebiasaan.
d. Suatu tanda konvensional yaitu sesuatu yang dibangun oleh masyarakat atau induvidu-induvidu tertentu yang kurang lebih standar yang disepakati atau dipakai anggota masyarakat itu.

2. Jenis
Jenis karya seni rupa sangat beragam.  Pengelompokkan jenis karya seni rupa dapat dilakukan berdasarkan teknik pembuaan, bahan dan medium objek, tema, isi pesan dan gaya pengungkapannya
Beberapa teknik dalam karya seni rupa dua dimensi yaitu 
a. Linier yaitu cara menggambar dengan teknik menutup objek dengan garis
b. Blok yaitu menutup obyek lukis dengan satu warna
c. Arsir menutup objek lukis dengan pulasan garis sejajar atau menyilang
d. Dusel yaitu membuat elap atau terang objek lukis dengan goresan miring menggunakan pensil
e. Pointilis menghitamkan obyek lukis dengan titik-titik
f. Aquarel menggunakan sapuan tipis cat air
g. Plakat yaitu menggunakan sapuan tebal dengan cat minyak
Adapun teknik dalam karya seni rupa tiga dimensi yaitu teknik pahat, teknik butsir, teknik cor, teknik las, dan teknik cetak.

3. Fungsi
Jenis karya senirupa dapat dikategorikan berdasarkan fungsinya.  Berdasarkan fungsinya karya seni rupa dikelompokkan menjadi karya senirupa murni dan senirupa terapan.

4. Nilai estetis
Nilai estetis secara umum dimaknai sebagai nilai keindahan dari sebuah karya seni rupa.  Nilai estetis pada karya seni rupa dapat dilihat dari unsur-unsur senirupa yang terdapat pada sebuah karya seni rupa, dan juga prinsip-prinsip seni rupa.  Unsur-unsur karya seni rupa misalnya warna, bangun, bidang, tekstur, garis dan sebagainya.

Secara umum untuk mengevaluasi/mengkritisi karya seni harus memahami dahulu seluk belu karya seni serta peka terhadap unsur estetiknya.
Berikut ini contoh karya seni rupa mengevaluasi karya seni rupa:
Gambar
Aspek yang Diamati
Uraian Hasil Pengamatan

Simbol
Manusia sebagai mahluk sosial senantiasa berhubungan dengan sesamanya.
Jenis
Karya seni rupa patung teknik cetak (casting)
Fungsi
Seni rupa tiga dimensi murni
Nilai Estetis
Bentuk fisik baik proporsi maupun gerak

Simbol
Mengungkapkan sebuah proses pencarian eksitensi jati diri manusia serbagaimana layaknya sang Brahmana pengembara.
Jenis
Seni rupa dua dimensi teknik pakat (cat minyak)
Fungsi
Seni rupa dua dimensi murni
Nilai Estetis
Kisah perjalanan spiritual dalam gaya Surrrealisme dekoratif yang sarat dengan imaji. 

Simbol
Simbol dari bentuk dasar lingkaran besi yang mempunyai esensi sebuah proses pencarian jati diri yang kuat tiada henti.
Jenis
Seni tiga dimensi teknik cor
Fungsi
Seni rupa tiga dimensi murni
Nilai Estetis
Warna yang berupa pamor gurat-gurat pijar api merujuk motif alam dengan sifat yang keras dan dramatis.

Simbol
Melambangkan keagungan anugerah Yang Maha Esa
Jenis
Seni rupa dua dimensi teknik plakat
Fungsi
Seni rupa dua dimensi murni
Nilai Estetis
Perpaduan warna dan bentuk yang sangat menarik 

Simbol
Keragaman mewujudkan keatuan yang utuh
Jenis
Seni rupa dua dimensi grafis teknik cetak digital
Fungsi
Seni rupa dua dimensi murni
Nilai Estetis
Perpaduan warna dan bentuk yang sangat menarik

Simbol
Dalam karya ini seorang wanita yang memakai rok dan bersepatu, serta anak-anak yang juga memakai rok menjadi kontras sekaligus sebagai simbol perubahan zaman.
Jenis
Seni rupa dua dimensi teknik cukil kayu
Fungsi
Seni rupa dua dimensi murni
Nilai Estetis
Pencahayaan, dan detail bentuk-bentuknya telah mencapai keunggulan, sehingga karya seni grafis yang realistik ini terasa hidup.



MENGANALISIS DAN MENGEKSPLORASI KARYA SENI BUDAYA NUSANTARA



1. Pengertian seni rupa Nusantara
Seni rupa Nusantara adalah seni rupa yang tumbuh dan berkembang di Indonesia. Ini bukan berarti seni rupa tersebut hanya ada satu jenis di Indonesia, seni tersebut sangat beragam di setiap daerah yang ada di wilayah Indonesia. Hal tersebut terjadi karena Indonesia memiliki keragaman budaya yang sangat kaya. Keragaman yang ada dapat berupa keragaman teknik, gagasan, corak, maupun keahlian masyarakat di daerah tersebut. Karya seni rupa Nusantara merupakan perwujudan dari pola hidup, kepercayaan, dan nilai-nilai yang ada di masing-masing daerah.
Perkembangan seni rupa Nusantara tidak lepas dari perkembangan peradaban bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia telah mengenal seni rupa sejak jaman prasejarah. Kemudian semakin berkembang dengan adanya pengaruh agama Hindu dan Buddha di Indonesia. 
Dan selanjutnya semakin bervariasi sejak masuknya agama Islam, agama Kristen, dan kolonialisme.

2. Fungsi Seni Rupa Nusantara.
Secara umum, fungsi utama seni rupa nusantara yaitu:
a. Fungsi praktis (kegunaan), adalah fungsi yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan benda pakai atau yang biasa disebut seni rupa terapan. Contoh: peralatan makan, meja, kursi, tempat tidur, pakaian, dan sarana persembahyangan.
b. Fungsi estetis (keindahan), adalah fungsi yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan akan benda hias atau yang biasa disebut seni rupa murni. Contoh: patung, arca, lukisan, dan ukiran.
c. Contoh Seni Rupa Nusantara.
Berikut adalah beberapa contoh seni rupa Nusantara:
1. Rumah adat adalah bangunan tradisional yang berfungsi sebagai tempat tinggal. Setiap daerah di Indonesia memiliki corak rumah adatnya masing-masing.
2. Patung adalah seni pahat dan ukiran berbentuk tiga dimensi yang biasanya menggunakan media batu atau kayu. Patung kebanyakan mendapat pengaruh dari kebudayaan Hindu.
3. Anyaman adalah kerajinan yang dibuat dengan cara susup menyusup atau silang menyilang antara pakan dan lungsi. Anyaman dapat dijadikan keranjang atau mebel.

3. Teknik Pembuatan Karya Seni Rupa Nusantara.
Karya seni rupa Nusantara dibuat dengan berbagai ragam teknik sesuai dengan keterampilan masyarakat di masing-masing daerah. Berikut adalah beberapa tekniknya:
a. Teknik menggambar yang meliputi linier, blok, dusel, pointilis, aquarel, dan plakat.
b. Teknik membuat patung yang meliputi membutsir, cetak, cor, pahat, dan konstruksi.
c. Teknik membatik.
d. Teknik grafis yakni dengan mencetak.
e. Makna dalam Karya Seni Rupa Nusantara.
Karya-karya seni rupa Nusantara sarat akan makna. Makna tersebut dapat dilihat dari bentuk, ukuran, motif, pemilihan warna, simbol, dan corak. Setiap daerah memiliki cara yang berbeda-beda dalam mengekspresikan makna ke dalam karya seni rupa.

MENGEKSPLORASI KARYA SENI BUDAYA NUSANTARA
Contoh karya seni rupa Nusantara : 
1. Rumah adat

Rumah joglo merupakan rumah adat Jawa Tengah yang dibangun berlandaskan keyakinan atau filosofi jawa. Penyebutan rumah joglo terjadi akibat bentuk atap rumah joglo yang menyerupai dua gunung atau taJUG LOro (JUGLO) dan berkembang penyebutannya menjadi Joglo. Penggunaan gunung diyakini oleh masyarakat Jawa saat itu sebagai tempat suci atau rumah para dewa. 
Tidak hanya di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta pun memiliki rumah joglo dengan cirri khas daerahnya masing-masing. Ciri khas rumah joglo secara umum yaitu memiliki pekarangan yang luas dan lapang tanpa dibatasi oleh sekat, bangunannya berbentuk persegi panjang, memiliki tiga pintu depan dan terdapat tiang yang disebut Soko Guru atau Saka Guru. Denah utama rumah Joglo terdiri dari tiga bagian utama yaitu, Pendhapa atau Pendopo, Pringgitan dan Omah Dalem atau Omah Njero dan bagian tambahan lainnya. Berikut ini skema sederhana rumah Joglo.
Umumnya rumah Joglo dibangun menggunakan kayu jati berkualitas tinggi sehingga awet tetapi juga mahal. Oleh karena itu dahulu rumah Joglo hanya mampu dibangun untuk masyarakat kalangan atas. 
Rumah Joglo lebih dikenal dengan tiang soko guru dan tumpang sarinya. Tiang Soko Guru atau Sakaning Guru merupakan empat buah tiang penopang atap yang berada dibagian tengah pendhapa dan lebih tinggi dari tiang-tiang lainnya. Selain fungsinya sebagai penopang atap dan penyangga tegaknya rumah, masing-masing tiang ini juga menjadi simbol empat arah mata angin yang mewakili empat esensi kesempurnaan hidup dan esensi dari sifat manusia. Tiang soko guru ini terletak dibagian pendopo terdiri bersama dengan tiang pangarak atau tiang samping yang menopang bagian lain pendopo.
Walaupun berfungsi sebagai penopang atap, tiang-tiang soko guru ini tidak langsung bersentuhan dengan atap, akan tetapi menempel pada suatu undakan - undakan atau balok-balok yang bersusun dan memiliki pola piramida terbalik atau brunjung, yaitu semakin ke bawah semakin mengecil atau yang biasa dikenal dengan tumpang sari. Selain bentuk brunjung atau piramida terbalik, sekarang ini banyak juga tumpang sari yang berbentuk menyerupai piramida dimana susunan balok semakin ke atas semakin mengerucut. Tumpang sari ini berfungsi untuk menopang bagian langit-langit Joglo (pamindhangan).
Selain tiang soko guru dan tumpang sari, tentu saja atap rumah joglo menjadi cirri khas utama rumah joglo. Penyebutan Joglo berdasarkan bentuk atapnya yang berbentuk gunung dan dinamakan Tajug, namun kemudian berkembang menjadi atap Joglo/Juglo yaitu singkatan dari Tajug Loro atau dua tajug yang digabungkan menjadi satu.
Atap rumah Joglo terdiri atas dua bagian, yaitu rangka atap dan penutup atap. Bahan yang umumnya digunakan untuk rangka atap Joglo yaitu kayu, baik kayu polos maupun yang dipenuhi ukiran, yang disesuaikan dengan kemampuan ekonomi masing-masing penghuni. Sedangkan bahan penutup atap biasanya menggunakan genteng tanah liat dan atap sirap. 
Genteng tanah liat dihasilkan dari tanah liat yang ditekan kemudian dibakar. Kekurangan dari genteng ini adalah terjadinya perubahan warna dan munculnya jamur bila semakin lama digunakan. Sedangkan atap sirap terbuat dari kepingan tipis kayu ulin. Kelebihan penutup atap ini yaitu ringan, kuat, memantulkan panas sehingga membuat ruangan dibawah lebih sejuk dan membuat tampilan atap lebih cantik. Selain itu atap sirai mampu bertahan sampai 25 tahun bahkan bisa selamanya bergantung dari lingkungan, kualitas kayu yang digunakan, dan besarnya sudut atap.

2. Patung

Patung Selamat Datang adalah sebuah Patung yang terletak di tengah Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Indonesia. Patung ini berupa patung sepasang manusia yang sedang menggenggam bunga dan melambaikan tangan. Patung tersebut menghadap ke utara yang berarti mereka menyambut orang-orang yang datang dari arah Monumen Nasional. 
Sejarah Patung ini diperuntukan ketika tahun 1962, Jakarta menyambut tamu kenegaraan di Bundaran Hotel Indonesia. Ketika itu, Presiden Sukarno membangun Monumen Selamat Datang dalam rangka Asian Games IV yang diadakan di Jakarta. Para atlet dan official menginap di Hotel Indonesia dan bertanding di komplek olahraga Ikada, sekarang komplek Gelora Bung Karno, Senayan. 
Ide pembuatan patung ini berasal dari Presiden Sukarno dan rancangan awalnya dikerjakan oleh Henk Ngantung yang pada saat itu merupakan Wakil Gubernur DKI Jakarta. Tinggi patung perunggu ini dari kepala sampai kaki 5 m, sedangkan tinggi seluruhnya dari kaki hingga tangan yang melambai adalah +-7 m, dan tinggi kaki patung adalah 10 m, dengan total keseluruhan +- 17 m. Pelaksana pembuatan patung ini adalah tim pematung Keluarga Arca pimpinan Edhi Sunarso di Karangwuni. Pada saat pembuatannya, Presiden Sukarno didampingi Duta Besar Amerika Serikat, Howard P. Jones beserta para menteri sempat berkunjung ke sanggar Edhi Sunarso. Pembuatan Patung ini memakan waktu sekitar satu tahun. Patung Selamat Datang kemudian diresmikan oleh Sukarno pada tahun 1962.
Patung Selamat Datang terletak di pusat Bundaran Hotel Indonesia atau Bundaran HI. Dinamakan demikian karena letaknya yang dekat dengan Hotel Indonesia. Ejaan lain yang diterima adalah Bunderan HI, yaitu bahasa yang lebih dekat dengan Bahasa Jawa-Betawi, dialek yang lebih dekat dengan identitas Jakarta. Bundaran ini terletak di tengah persimpangan jalan M.H. Thamrin dengan Jalan Imam Bonjol, Jalan Sutan Syahrir, dan Jalan Kebon Kacang. Pada tahun 2002, Bundaran Hotel Indonesia direstorasi oleh PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama dengan penambahan air mancur baru, desain kolam baru, dan pencahayaan. Setelah Era Reformasi, Patung Selamat Datang yang terletak di Bundaran HI menjadi tempat populer untuk melakukan aksi orasi. Setiap hari minggu pagi, saat dilaksanakan Jakarta Car Free Day, bundaran ini dipenuhi oleh orang yang berolahraga, bersepeda, maupun pedagang kaki lima.

3. Anyaman
a) Sepatu 
  
Untuk permukaan kulit sepatu, berbagai jenis kain biasanya menjadi material utama. Jika ingin mencari sepatu etnik, batik hingga tenun menjadi primadona karena seakan menampilkan budaya lokal khas Indonesia. Hal inilah yang tidak sepenuhnya diterima oleh Dyah Chandra yang berasal dari Kalimantan Tengah. Menurutnya, batik maupun tenun bukanlah kearifan lokal yang dimiliki Kalimantan, walaupun ditampilkan dengan motif ala suku Dayak. 
Ia pun memilih rotan, yang dianggap sumber daya yang melimpah di Kalimantan, untuk dijadikan material utama berbagai produk handmade yang dibuatnya. Namun yang unik, Dyah Chandra tidak hanya mengaplikasikan anyaman rotan dalam bentuk tas rotan yang sudah umum, melainkan juga sepatu! Ya, sepatu-sepatu dari anyaman rotan dari pengrajin asal Palangkaraya ini bisa digolongkan sebagai sepatu etnik karena menampilkan motif-motif Dayak yang begitu kental. Mitos bahwa permukaan sepatu haruslah berasal dari kain luntur sudah. Buktinya, fungsi kain tersebut bahkan bisa dengan mudah digantikan oleh anyaman rotan.
b) Kap lampu

Selain kayu maupun bambu, anyaman rotan menjadi pilihan lain untuk dijadikan kap lampu cantik yang siap menghiasi berbagai ruangan di rumahmu. Menampilkan kesan alami yang begitu kuat, jenis kerajinan dari rotan yang satu ini bahkan pamornya sudah melebihi kap lampu dari kayu.
Besarnya minat orang terhadap kap lampu dari anyaman rotan bukan sekadar dari bentuknya yang cantik dan terkesan alami. Nyatanya, kap lampu dari sumber daya yang satu ini menjadi pilihan karena mampu memancarkan cahaya maksimal dari sumber cahaya. Ini karena anyaman rotan cenderung memiliki celah yang lebih lebar antar lembarnya dibandingkan anyaman bambu ataupun kayu. Jadi, kap lampu dari rotan sangat tepat buat kamu yang membutuhkan cahaya terang, namun ruangannya ingin tetap terlihat sejuk dan alami.