Wednesday, May 15, 2019

KONSEP SENI



A. Pengertian seni

1. Menurut Ensiklopedia Indonesia, seni meliputi penciptaan dari segala hal atau benda yang karena keindahan bentuknya, orang senang melihatnya atau mendengarnya.
2. Menurut Akhdiat Karta Mihardja, seni adalah kegiatan rohani manusia yang merefleksikan realitas dalam suatu karya yang, berkat bentuk dan isinya, mempuyai daya untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam rohani penerimanya.
3. Menurut Plato, seni ialah peniruan terhadap alam, sehingga karya seni merupakan tiruan bentuk alam seperti manusia, binatang, dan tumbuhan. Aristoteles menambahkan bahwa peniruan terhadap alam itu harus ideal, dan serba baik, misalnya menggambar bentuk harus gagah dan cantik.
4. Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa seni merupakan perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah, sehingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia.

Dari beberapa definisi seni tersebut, bias disimpulkan bahwa seni atau kesenian merupakan bagian dari kebudayaan, yaitu gagasan manusia yang disekspresikan melalui pola kelakuan tertentu sehingga menghasilkan karya yang indah dan bermakna. Dengan demikian, wujud kesenian ada tiga, yaitu : 
a. Pengetahuan, gagasan, nilai – nilai yang ada pada pikiran manusia;
b. Pola kelakuan tertentu untuk mewujudkan gagasan;
c. Hasil kelakuan yang berupa karya seni.




B. Cabang seni

Berdasarkan jenis dan perwujudannya, seni sebagai bagian kebudayaan memiliki jenis beragam. Secara umum, seni dibagi menjadi tiga yaitu seni rupa, seni pertunjukan dan seni media rekam. Menurut penampilannya seni dapat dibedakan menjadi dua, yaitu seni rupa dan seni pertunjukan. Menurut medianya, seni dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu seni audio, seni visual dan seni audiovisual. Menurut cabangnya, seni dibagi menjadi empat, yaitu seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni teater.
1. Seni rupa adalah gagasan manusia yang diekspresikan melalui pola kelakuan tertentu dengan media titik, garis, bidang, bentuk, warna, tekstur, dan gelap terang yang ditata dengan prinsip tertentu sehingga menghasilkan karya yang indah dan bermakna.
2. Seni musik adalah gagasan manusia yang diekspresikan melalui pola kelakuan tertentu dengan media suara atau bunyi yang ditata dengan prinsip tertentu, sehingga menghasilkan karya yang indah dan bermakna.
3. Seni tari adalah gagasan manusia yang diekspresikan melalui pola kelakuan tertentu dengan media gerak yang ditata dengan prinsip tertentu, sehingga menghasilkan karya yang indah dan bermakna.
4. Seni teater adalah gagasan manusia yang diekspresikan melalui pola kelakuan tertentu dengan media suara, gerak, dan mimik rupa yang ditata dengan prinsip tertentu, sehingga menghasilkan karya yang indah dan bermakna.




C. Sifat dasar seni

1. Kreatif, seni merupakan suatu rangkaian kegiatan manusia yg selalu mencipta realitas baru, sesuatu yang sebelumnya tidak ada atau belum pernah muncul dalam ide atau gagasan seseorang. Misalnya, campur sari, yang memadukan gamelan dengan musik modern, atau seorang pelukis yang menggunakan kulit telur sebagai medianya.
2. Individualitas, karya seni yang diciptakan seorang seniman merupakan ciri yang bersifat personal, subyektif dan individual. Seniman berperan sebagai konseptor karya dan sekaligus berperan sebagai pembuat karya atau pelaku. Dalam perkembangannya karya seni juga dapat pula merupakan karya bersama atau kolaborasi yang merefleksikan  gagasan bersama. Contoh, lagu-lagu ciptaan Iwan Fals terdengar berbeda dengan lagu-lagu ciptaan Ebiet . Ade.
3. Ekspresif, dalam mengapresiasi  dan menilai suatu karya seni harus memakai kriteria atau ukuran perasaan estetis. Seniman mengekspresikan perasaan estetisnya melalui karyanya, sedangkan penikmat seni menghayati , memahami, dan mengapresiasi karya tersebut dengan perasaannya. Contoh, lagu Indonesia Menangis, lagu yang dinyanyikan Sherina pada saat terjadinya bencana gempa bumi dan tsunami di Aceh beberapa tahun yang lalu, mampu membangkitkan emosi, simpati dan  empati yang sangat mendalam pada diri penikmat seni dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
4. Keabadian, karya seni dapat hidup sepanjang masa, melampaui usia seniman itu sendiri. Contoh, lagu-lagu koes plus sampai saat masih di gemari oleh berbagai kalangan dari berbagai tingkatan usia.
5. Universal, seni berkembang di seluruh dunia dan sepanjang waktu, seni tidak terpisah dari kehidupan masyarakat. Sejak jamanpra sejarah sampai saat ini, seniman terus membuat karya seni dengan beragam fungsi sesuai kebutuhan pada jamannya.

D. Teori seni

1. Teori Mimesis
Teori-teori ini berpijak pada pemikiran bahwa seni adalah suatu usaha untuk menciptakan tiruan alam. Kata mimesis berasal dari kata Yunani dimana teori ini pertama kali dicetuskan oleh Plato. Terjemahan yang tepat dari kata mimesis agak sukar dicari, karena bagi Plato mimesis ini tidak saja berlaku untuk senirupa melainkan juga berlaku untuk seni musik, drama dan sebagainya.
Teori mimesis ini amat penting dalam tinjauan seni karena setelah zaman Yunani konsep ini dihidupkan kembali dalam seni Renaissance dan sampai sekarang masih cukup berpengaruh. Inti dari teori mimesis ini adalah perkembangan seni naturalis baik secara formal maupun sebagai pengenalan pengalaman.
2. Teori Instrumental
Teori-teori ini berpijak pada pemikiran bahwa seni mempunyai tujuan tertentu dan bahwa fungsi dan aktivitas seni sangat menentukan dalam suatu karya seni. Misalnya fungsi-fungsi edukatif, fungsi-fungsi propaganda, religius dan sebagainya.
Cabang lain dari teori ini adalah seni sebagai sarana penyampaian perasaan, emosi dan sebagainya. Seni adalah sarana kita untuk mengadakan kontak dengan pribadi si seniman ataupun bagi seniman untuk berkomunikasi dengan kita.
3. Teori Formalistis
Teori ini merupakan reaksi terhadap kedua teori di atas karena menganggap bahwa keduanya tidak memberikan standar penilaian estetis. Mereka berpendapat bahwa elemen-elemen bentuk suatu karya seni juga memancarkan nilai-nilai estetis.
4. Teori-teori abad 20
Teori-teori yang lebih praktis dan menitik beratkan pada kritik dan apresiasi. Seni adalah suatu tindakan kreatif. Pertama ia adalah suatu realita yang diciptakan, kedua ia harus bisa memberikan kesempatan dan kemampuan untuk pnghayatan estetis.

E. Aspek seni

1. Aspek Fisik
Seni sebagai segala bentuk yang memiliki nilai keindahan adalah pengertian yang dipahami oleh masyarakat pada umumnya. Seni jika dipandang dari segi bentuk dan dimensinya terdapat karya seni dengan dua dimensi dan tiga dimensi.
a. Pada karya dua dimensi, suatu yang nampak datar juga mempunyai kesan-kesan volume, kedalaman dan ruang, namun itu hanya tipuan pandang semata. Karya seni dua dimensi disebut semi visual, karena diserap oleh indra penglihatan. Karya Seni Rupa 2 Dimensi hanya memiliki dimensi panjang dan lebar atau karya yang hanya dapat dilihat dari satu arah pandang saja. Contohnya, seni lukis, seni grafis, seni ilustrasi, relief dan sebagainya.
b. Karya seni tiga dimensi disebut juga karya seni spasial , karena terdapat tiga dimensi yang harus benar-benar diperhatikan. Dalam seni tiga dimensi, pelaku seni melibatkan indra gerak dan raba.
2. Aspek isi
Aspek isi atau ideoplastik adalah ide atau gagasan atau tema atau makna (meaning) dari bentuk karya seni. Isi atau makna suatu karya seni rupa sangat bergantung pada persepsi penikmat atau publik seni. 

Pada awalnya, banyak peneliti yang masih membagi persepsi pada tiga fase yaitu, persepsi - kognisi - intrepretasi dan evaluasi. Hal ini berbeda dengan pandangan umum pada saat ini, bahwa pada satu tahapan terdapat aspek aspek yang berbeda, sehingga garis stimuli-respon-tindakan tidak bersifat linier. Outline membantu asosiasi agar terjadi proses persepsi. Konsep outline (Jerman;Gestalt) pertama kali disajikan dalam ilmu psikologi oleh Christian von Ehrenfels pada tahun 1890. Ia mengarahkan perhatiannya pada kenyataan bahwa untuk mengerti sebuah komposisi, keseluruhan outline lebih penting daripada bagian. Jika urutan komposisi diubah menjadi susunan baru, semua komposisi akan menjadi sesuatu yang lain tetapi keseluruhan outline dari komposisi tersebut tetap sama. 
Ketika seniman sedang menarik outline, bagian bawah sadar ternyata mematuhi aturan aturan tertentu, yang dikenal dengan hukum-hukum Gestalt. Sebagai contoh, ketika manusia melihat sebuah figur yang tidak sempurna, akan dilengkapi menjadi figur yang dapat dikenal (asosiasi). Manusia cenderung untuk melengkapi bagian bagian yang tidak lengkap berdasarkan kemiripan gambaran dalam memorinya.Tanda tanda yang dekat satu sama lain cenderung bergabung dalam pikiran untuk membuat kesatuan yang lebih besar. Jika terdapat kemiripan pada beberapa tanda, maka tanda-tanda tersebut akan saling bergabung membentuk satu kesatuan.

3. Aspek estetik
Pada saat ini, mainstream dari penelitian estetika lebih melihat keindahan bukan sebagai sifat dari objek itu sendiri, tetapi sebagai hasil sensasi atau interaksi antara persepsi dan objek. Terdapat beberapa sudut pandang dan sikap manusia terhadap keindahan. Pada masa Yunani, kemudian pada abad pertengahan, keindahan ditetapkan sebagai bagian dari teologi. Pada abad pertengahan di Barat, tekanan diletakan pada subjek, proses yang terjadi ketika seseorang mendapatkan pengalaman keindahan. Pada zaman modern, tekanan justru diletakkan pada objek, sehingga tampak bahwa estetika dipertimbangkan sebagai dari cabang dari sains, khususnya filsafat dan psikologi.
Melihat hal tersebut, khususnya dalam hubungan dengan Konsep seni maka pertimbangan estetika dalam pengolahan rupa setidaknya dapat didekati melalui :
1. Pemahaman karya sebagai objek estetik.
2. Pemahaman terhadap manusia sebagai subjek yang mengamati atau menciptakan karya yang estetik.

Tuntutan teknik tidak satu-satunya pernyataan dalam berkarya seni. Sering dikatakan bahwa penguasaan teknik atau ketrampilan (skill) adalah tuntutan dasar proses penggarapan ide menjadi karya seni. Ini berarti bahwa dalam menggarap unsur-unsur estetis sebagai langkah lanjut dalam mencipta atau dalam menentukan azas-azas estetik, seniman perlu ditunjang dengan kemampuan teknik atau ketrampilan. Bahkan kemampuan teknik itu sendiri saling berpengaruh dengan azas atau prinsip estetis.

Kemampuan estetika adalah kemampuan mencipta nilai-nilai keindahan untuk karya seni sesuai dengan pengalaman artistik seorang seniman. Pada pemanfaatan karya seni, melekat pengertian sikap estetik. 
Berawal dari perbedaan pengertian keindahan, lahirlah teori obyektif dan subyektif.
a. Teori obyektif, estetik adalah kesan yang terdapat pada suatu obyek atau karya seni rupa dengan ciri-ciri, sifat, kualitas keindahan yang dihasilkan dari kesatuan unsur seni yang digunakannya.
b. Teori subyektif, bahwa suatu benda atau karya seni rupa dikatakan indah bila dapat menimbulkan perasaan puas, nikmat, kagum, dan indah menurut perasaan sseorang yang bersifat individual.

4. Aspek  Nilai
Menurut R. S. Stites, karya seni memiliki tiga nilai :
a. Nilai pakai adalah nilai ekonomi; berkaitan dengan mata uang
b. Nilai kisah adalah nilai idiil yang bisa berupa nilai religius, moral, historic
c. Nilai formal adalah nilai khiriah atau design yang merupakan nilai intrinsik pada karya seni itu sebagai nilai seni.

F. Tujuan penciptaan seni

Tujuan karya seni dibuat oleh penciptanya amatlah banyak. Ada yang demi kepuasan pribadi, tuntutan keadaan, tujuan praktis untuk mencari uang, adapula yang demi kepentingan kesejahtraan umat manusia. Meskipun tujuannya amat beragam tetapi hakikat dari proses kreasi tersebut adalah terciptanya nilai-nilai kebaruan. Dikarenakan hasrat untuk menciptakan unsur kebaruan inilah sebuah karya seni memiliki makna untuk kehidupan yang lebih luas. 

Seorang menciptakan karya seni dengan tujuan meningkatkan kualitas kehidupan zamannya sehingga memilki arti penting bagi generasi berikutnya. Di beberapa negara, pencapain tersebut terlihat dari hadirnya karya besar bidang seni rupa dan terciptanya budaya benda yang menjadi symbol kemajuan peradaban umat manusia sekarang.

Sebagai media ekspresi, tidak tertutup kemungkinan bahwa seni dipakai untuk tujuan-tujuan ‘negatif’, seperti penyebarluasan pornografi, pelecehan, fitnah, ataupun penipuan. Demikian pula pandangan masyarakat yang ‘meminggirkan’ seni dalam proses pendidikan maupun kehidupan sehari-hari seharusnya telah ditinggalkan, karena tujuan manusia menciptakan karya seni adalah untuk meningkatkan kualitas kehidupan zamannya, dan bukan merusaknya.

No comments:

Post a Comment