Tuesday, August 23, 2016

Ketika Kesenian Modern muncul...


Ketika kesenian modern muncul, terdapat unsur-unsur yang mendukung dan tetap bertahan untuk tradisional. Berikut penjelasannya:

Perubahan budaya (Cultural Cahnge) terjadi manakala kebudayaan itu sudah tidak dianggap lagi fungsional sebagai rujukan hidup. Kebudayaan dalam perkembangannya dapat dilestarikan dengan baik atau justru menjadi berubah. Kebudayaan itu akan dilestarikan jika nilai-nilai yang ada didalamnya tetap dipertahankan, namun kebudayaan itu akan berubah jika adanya pengembangan nilai-nilai yang baru. Kebudayaan yang tetap merupakan kebudayaan tradisional sedangkan kebudayaan yang telah berubah merupakan kebudayaan modern.
Perubahan kebudayaan yang terdiri dari unsur-unsur kebudayaan diantaranya ada unsur-unsur yang mendukung dan unsur-unsur yang tidak mendukung. Artinya kebudayaan itu tetap menjadi kebudayaan yang bersifat tradisional.
1. Ketika kesenian modern itu muncul, unsur-unsur yang mendukung dalam kebudayaan itu antara lain dapat dilihat dari sistem teknologi, pengetahuan, mata pencaharian, sosial serta ekonomi.
Perkembangan teknologi yang merujuk pada kemudahan dalam mengerjakan sesuatu membuat perubahan keterlibatan manusia. Campur tangan manusia yang lebih kepada sistem manual sudah semakin ditinggalkan karena banyakanya segala sesuatu yang berkembang dalam bidang teknologi. Akibatnya tindakan-tindakan dalam berksenianpun banyak yang sudah dipermudah dengan bermacam ketersediaan alat. Hal ini bersifat memanjakan dan dampaknya manusia ingin meraih sesuatu yang lebih praktis lagi. Contohnya ketika menecat sudah tidak menggunakan kuas dan cat lagi namun beralih menggunakan pewarnaan dari program Photosop atau Coral Draw dan menggunakan mesin printer sebagai pencetaknya.
Pengetahuan akan teknologi yang mendalam membuat manusia meninggalkan ilmu-ilmu tradisional yang diwariskan oleh leluhur secara turun-temurun. Pengetahuan manusia yang makin bertambah dan cerdas membuat penemuan-penmuan baru dalam melakukan sesuatu. Selain itu pengetahuan yang membimbing manusia ke arah yang lebih baik membuat manusia meninggalkan ilmu-ilmu dari para leluhur yang dianggap salah atau tidak masuk akal. Sebab orang zaman dahulu dan sekarang tentu lebih pandai orang pada zaman sekarang. Meskipun terkadang ada pengetahuan-pengetahuan yang bermanfaat dari warisan leluhur namun ketika manusia menemukan pengetahuan yang lebih baik lagi maka ia akan mempelajari lebih dalam lagi dan semakin tidak menggunakan ilmu leluhur mereka. Contohnya melukis menggunakan bulu adalah pengetahuan yang dari orang dahulu, namun kemudian muncul pengetahuan bahwa adanya bulu tertentu yang lebih baik digunakan, cara mengkuaskan, bahan dan sebagainya.
Mata pencaharian orang zaman sekarang dan mata pencaharian orang zahulu sangat berbeda. Sekarang kehidupan lebih baik, pada umunya orang-orang memiliki pekerjaan yang lebih mudah. Hal ini berdampak pada perekonomian mereka yang lebih makmur daripada dahulu. Kesenian modern yang merupakan kesenian yang tumbuh pada masa sekarang dipengaruhi pula oleh kedua sistem ini. Kesenian-kesenian yang dianggap tidak berfungsi dalam kehidupan tidak dipandang sebagai sesuatu yang penting lagi. Jika orang dahulu suka memanfaatkan gerabah sebagai wadah untuk mengambil air atau apapun itu, kini sudah tidak banyak lagi yang menggunakan. Mata pencaharian penjual gerabah sudah jarang sebab ada pekerjaan-pekerjaan yang lain jauh lebih baik. Demikian pula pada kesenian ketoprak yang kini juga tidak seheboh dahulu. Kehidupan manusia sudah tidak seperti dulu lagi yang mengenakan bermacam pakaian tradisional dan cerita tradisional pula. Kini manusia merupakan manusia modern yang bersetting hiruk pikuk dan berlatar kesibukan.
Tidak lepas pada sistem sosial, keadaan manusia yang berubah status sosialnya menjadi sesuatu yang sangat berpengaruh pada kesenian. Manusia yang hidup dan berinteraksi pada sesamanya dapat merubah tingkah laku serta selera yang mereka punya. Anggapan baik atau tidak, menarik atau tidak kini bukan menjadi selera lokal lagi namun menjadi selera antar negara dan meluas menjadi mendunia. Persepsi-persepsi baru akan muncul dalam lingkungan sosial dan menjadi dampak pada perubahan kesenian dan kebudayaan yang ada. Contohnya ketika kesenian baju adat kebaya menjadi selera orang-orang Jawa kemudian ketika berkembang dan diketahui banyak orang menjadi kebaya yang bermacam-macam model, bahkan di negara barat telah berubah menjadi gaun yang besar dan mewah.
Keberadaan seni tradisi di era globalisasi dihadapkan kepada sejumlah tantangan yang cukup kompleks. Menurut Prof. Waridi, tentang tantangan-tantangan yang dihadapi seni tradisi saat ini yaitu:
a) Kontinuitas pemahaman dan apresiasi masyarakat terhadap seni tradisi dari waktu ke waktu cenderung semakin menipis. Artinya telah terdapat kecenderungan diskontinuitas di tingkat apresiasi dan pemahaman.
b) Kurang tersedianya ruang dan sarana yang cukup bagi masyarakat/ anak-anak muda untuk mendapat kesempatan mengapresiasi seni tradisi secara serius. 
c) Belum terjadi proses internalisasi unsur-unsur seni tradisi secara wajar, sinambung, dan sistemik dalam usia anak dini dan remaja.
d) Sebagian seni tradisi cenderung tampil kurang menggairahkan, karena dalam keadaan lesu darah.
e) Berhadapan dengan kebudayaan seni pop yang dipandang dapat mencitrakan gejolak emosi anak muda (siswa remaja).
f) Munculnya kekuatan kapitalis yang bergerak dalam industri budaya, cenderung memberi ruang sangat luas terhadap jenis-jenis seni populer. Secara realitas kekuatan ini sulit untuk dihindari dan masyarakat seni tradisi tidak memiliki kekuatan untuk mengimbanginya.
g) Seni tradisi lebih dipandang dan dicitrakan sebagai seni masa lalu yang kurang mencitrakan kemodernan. Bila demikian terdapat sesuatu yang agak menggelisahkan, yakni kemungkinan munculnya suatu persepsi yang memandang, bahwa seni populer dalam perspektif umum dijadikan sebagai ukuran atau standar mutu keberadaan sebuah seni termasuk festival-festival atau kontes-kontes pada suatu bangsa. Tanda-tanda ini mulai muncul di Indonesia, yakni penilaian yang didasarkan atas banyaknya dukungan yang masuk terhadap seseorang atau sekelompok orang yang berdampak langsung terhadap dimenangkannya seseorang dalam suatu kontes kesenian. Tindakan semacam ini secara jelas telah terdapat upaya-upaya dari sekelompok orang untuk menggeser persoalan subjektivitas kesenian ke arah objektivitas publik. 
Pada dasarnya kesenian yang dianggap manusia tidak bermanfaat atau dianggapa tidak memiliki fungsi esetis lagi akan ditinggalkan. Misalnya pada sesuatu yang tidak masuk akal lagi atau sesuatu yang terlalu sederhana atau esuatu yang tidak menggairahkan lagi. Demikian seiring munculnya kesenian modern yang merupakan penciptaan dari setiap zaman yang menjadi selera orang-orang pada masa itu dan sesuai kebutuhan pada masa itu pula.

2. Ketika kesenian itu tetap bertahan sebagai kesenian tradisional, unsur-unsur yang mendukung yaitu pada sistem religi/kepercayaan, bahasa, serta nilai-nilai dalam masyarakat.
Kepercayaan merupakan suatu keyakinan yang belum tentu dapat  dibuktikan dengan pengetahuan, kepercayaan yang kuat akan membuat keyakinan yang kuat pula. Pada masa sebulmnya manusia hidup penuh dalam lingkup kepercayaan-kepercayaan nenek moyang, namun selanjutnya berubah menjadi sistem religi berupa bermacam-macam agama. Akan tetapi kebiasaan yang ditularkan oleh nenek moyang mereka tidak seluruhnya ditinggalkan. Meskipun mereka menganut agama baru, namun ada beberapa kepercayaan yang masih melekat pada keyakinan mereka. Ketika kepercayaan ini berupa kesenian visual makan kesenian ini tidak akan ditinggalkan meskipun zaman telah berubah. Apalagi jika sudah menjadi tradisi dan memberi keyakinan akan peruntungan dalam hidup.
Sistem normapun menjadi panutan dalam kesenian itu. Ketika sebuah kesenian mengandung nilai-nilai luhur tertentu dan dianggap sebagai sesuatu yang berharga, maka tidak ada yang rela jika kesenian itu musnah begitu saja. Apalagi jika keseian itu merupakan sejarah dari suatu kelompok manusia, tentu kesenian itu menjadi aset yang berharga. Contohnya pada batik yang kini dilestraikan secara besar-besaran dan diakui dengan tegas. Nilai-nilai pada batik amat berharga dan beragam, menjunjung nilai-nilai kehidupan yang menjadi fungsional pada para pemakainya.
Tradisionalpun tidak lepas dari bahasa yang merupakan bahasa asli, bahasa lokal suatu daerah atau tempat. Sebuah kesenian tertentu pasti memiliki arti dan penerjemahan yang khas berdasarkan daerah asalnya. Bahasa memang dapat berubah berdasarkan perubahan zaman, namun bahasa asli masih dapat bertahan dan menjadi sesuatu yang biasanya tetap dilestarikan. Apalagi jika bahasi itu digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa ketika menjadi sebuah kesenian akan lebih bermakna pada orang-orang yang mengetahui bahasa itu, sehingga lebih bermakna dan tidak ingin melepasnya begitu saja. Contohnya saja kesenian bahasa pada geguritan yaitu puisi dalam bahasa Jawa. Kesenian ini akan tetap dipertahankan dan agak sulit untuk berubah menjadi kesenian yang modern. Sebab dari bahasanya sudah meruapakn bahasa daerah yang asli, belum lagi makna dan sastra yang terkandung di dalamnya menjadi nilai-nilai yang sangat tinggi bagi orang Jawa.

No comments:

Post a Comment