Tuesday, August 23, 2016

Pengembangan Kreativitas dalam Budaya

Kebudayaan berasal dari proses pembudayaan, yaitu proses belajar tentang nilai-nilai dan keyakinan yang menjadi landasan hidup. Pembudayaan bukan berasal dari turun-temurun gen manusia namun dari proses pendidikan dalam waktu yang relatif lama. Dalam proses pembudayaan ini terdapat adanya modal khusus dari sebuah budaya, yaitu kreatifitas.
Kreatifitas merupakan proses mental yang melibatkan pemunculan gagasan atau konsep baru, atau hubungan baru antara gagasan dan konsep yang sudah ada. Terkadang kreativitas digunakan untuk menggambarkan unsur-unsur umum dari seni dan budaya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Lux, Kreativitas merupakan kemampuan untuk mencipta, daya cipta; perihal berkreasi, kekreatifan. Kreativitas milik manusia tidak terbatas pada kemampuan instingnya. Kreatifitas digunakan untuk melakukan perubahan atau perbaikan atas sesuatu.
Kreativitas manusia yang berasal dari berbagai tahap respons menjadikan kreatifitas itu semakin tinggi. Kreatifitas yang tinggi ini dapat menjadi sebuah kebudayaan. Pranata kreativitas yang baik adalah berkesenian, sehingga orang yang memiliki kreativitas tinggi dalam berkesenian dapat menghasilkan kebudayaan yang tinggi pula. Jika kreativitas dapat dikembangakan dengan baik maka kreativitas dapat digunakan sebagai model dalam budaya.

Pembaharuan dalam bidang kebudayaan tidak ada salahnya jika kebudayaan itu dapat menciptakan kebudayaan baru yang lebih inovatif dan bermanfaat. Jika tidak, budaya baru yang menjadi wujud dari budaya modern dapat berdampingan dengan kebudayaan asli dan saling beriringan. Dengan keterbukaan akan hal ini, kreativitas dari masing-masing orang tidak akan mati atau terhambat. Kreativitas yang menjadi modal dari budaya dapat tersalurkan melalui wadah yang menghasilkan manfaat yang positif. Tujuan dari keseluruhan kreativitas model budaya ini adalah untuk menciptakan budaya yang lebih baik. Dengan perbaikan setiap aspek kehidupan termasuk budaya, kesejahteraan manusia akan terjamin lebih baik.

Yang menjadi sasaran dalam model kreativitas dalam budaya ini adalah generasi muda yang menjadi penerus bangsa yaitu siswa. Siswa yang berpotensi pada hal ini adalah siswa pada usia Sekolah Menengah Atas dimana sudah dapat berfikir kedepan dan dalam usia prosuktif. Kreativitas yang diciptakan akan dapat diterima kaum muda lainnya dan menjadi hal yang unik bagi masyarakat secara luas. Pemikiran-pemikiran baru pada anak seusia SMA tentu lebih cerah dan bervariatif. Mudah menemukan gagasan dan ide baru serta wawasannya lebih luas dan modern daripada orang tua.

Seni dan budaya meliputi bidang seni pertunjukan, visual, dan denda, serta seni terapan termasuk arsitektur dan desain grafis, kerajinan, film, media digital dan video, humaniora dan bersejarah pengawetan; sastra; folklife, dan kegiatan kreatif lainnya. Seni sendiri dapat diklasifikasikan menjadi 13 kategori: bertindak, mengumumkan, arsitektur, seni rupa, mengarahkan, animasi, menari dan koreografi, desain, hiburan dan kinerja, musik dan menyanyi, fotografi, produksi, dan menulis (Gaquin 2008). Manusia mengejar ekspresi artistik dan kreatif melalui berbagai outlet: pertunjukan teater formal, patung, lukisan, dan bangunan; serta seni kurang formal, festival musik dan makanan, perayaan dan pertemuan budaya informal, band pickup, dan kelompok kerajinan.
Orang berpartisipasi dalam seni dan budaya pada berbagai tingkat keterampilan dan keterlibatan. Beberapa seniman profesional, desainer, dan penemu, sementara yang lain terlibat dalam kegiatan informal ekspresif atau menciptakan alat yang inovatif, hubungan, atau produk. Siswa dalam katagori ini termasuk dalam kegiatan yang menciptakan inovasi baru sesuai dengan tingkat kekreatifannya. Model dari pegembangan kreativitas ini adalah dengan membuat suatu tradisi sekolah yang dilaksanakan dan diwariskan pada siswa berikutnya.
Cara dari pengembangan kreativitas dalam budaya ini adalah dengan cara membebaskan ekspresi siswa dalam berkarya dan bergagasan selama dalam batasan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Hal ini dapat diterapkan ketika adanya pagelaran sekolah atau perayaan karnaval yang diadakan setiap tahun. Dengan menampilkan hasil karya gubahan dari siswa itu sendiri akan menunjukkan bahwa adanya inovasi baru dari siswa yang lebih menarik dan lebih baik. Contohnya dengan memadukan busana karnaval Jawa dengan ornamen-ornamen tertentu, atau membuat bentuk reog yang biasanya menggunakan bahan bulu merak menjadi bulu angsa yang diwarnai, dan lain sebaginya. Selain dari sisi kesenirupaan, gaya atau tradisi dalam bentuk tingkah lakupun dapat dilakukan. Bidang secara keseluruhan dapat direpresentasikan dalam tingkat profesionalisme, jenis produk atau kegiatan, lokasi dan ruang, dan tingkat partisipasi dan keterlibatan.
Dari kegiatan yang dilakukan siswa, akan menjadi budaya tertentu sesuai dengan kreatifitas yang dibuat. Hal ini akan berkembang dari budaya sekolah menuju budaya masyarakat yang tetap menjungjung nilai-nilai kebudayaan serta norma-norma yang berlaku. Adanya pemberian suara dalam bentuk kebudayaan yang dilakukan siswa menjadi referensi sendiri bagi masyarakat dalam mengembangkan kebudayaan selanjutnya.

Dalam menampilkan suatu karya yang berasal dari sebuah gagasan tentu adanya sesuatu yang menarik yang menjadi perhatian. Sesuatu itu adalah kreativitas dari siswa, dimana siswa kedudukannya sebagai penerus bangsa yang akan membawa nasib bangsa itu sendiri. Dengan kreativitas yang dikembangkan secara positif akan dapat menjadi modal utama dalam memperbaiki kehidupan termasuk dalam berbudaya.


No comments:

Post a Comment