Sunday, January 31, 2016

Evaluasi Kurikulum

Kurikulum mengarahkan pendidikan menuju kegiatan pembelajaran secara menyeluruh. Kurikulum merupakan perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut. Kurikulum adalah rancangan pendidikan bagi pelajar dan atau sebagai upaya untuk mengidentifikasi bidang keilmuan (Zais, 1976).
Konsep kurikulum
Konsep kurikulum berkaitan dengan pemahaman kurikulum, ruang lingkup kurikulum, termasuk ruang lingkup evaluasi kurikulum. Evaluasi merupakan pengukuran atau penilaian terhadap pelaksanaan rencana pelajaran dan penggunaan sumber-sumber pendidikan. Evaluasi kurikulum merupakan evaluasi pencapaian tujuan. Yang terdiri dari 4 dimensi yaitu : konsep, rencana, proses, dan hasil. Semua dimensi secara simultandapat berupa dimensi gagasan yaitu konsep, rencana, proses, dan hasil belajar (Hasan: 1988)
Fungsi evaluasi kurikulum
Evaluasi kurikulum pada fungsinya digunakan untuk memperbaiki atau mengembangkan kurikulum. Menurut Tyler dan Provus (dalam Hasan 1988) berpendapat bahwa hasil evaluasi kurikulum merupakan bahan pertimbangan perbaikan kurikulum. Menurut Cronbach kurikulum juga sebagai pertimbangan pemberian penghargaan. Sedangkan Scriven membedakan fungsi kurium menjadi dua yaitu fungsi formatif dan fungsi sumatif.
  1. Fungsi formatif
Fungsi formatif digunakan untuk memperbaiki dan mengembangkan kurikulum dan bukan digunakan untuk mengganti kurikulum. Fungsi formatif ini di laksanakan pada saat berlangsungnya suatu program, tujuan utama memperbaiki beberapa kelemahan sesegera mungkin tanpa menunggu program tersebut selesai terlaksanakan. Misalnya pelaksanaan pengajaran, pelaksanaan bimbingan administrasi, penggunaan buku pelajaran da lain-lain.
  1. Fungsi sumatif
Fungsi sumatif diarahkan terhadap hasil suatu kurikulum, untuk menuntaskan pengembangan kurikulum. Fungsi sumatif di laksanakan harus menunggu selesainya suatu program, misalnya setelah satu tahun program berjalan, atau setelah lembaga pendidikan menghasilkan lulusannya.
Jenis kurikulum
Tidak lepas dari fungsi evaluasi kurikulum dan tujuan kurikulum , jenis evaluasi kurikulum menunjuk pada dimensi kurikulum yang akan dievaluasi dan masing-masing dapat dievaluasi menggunakan formatif maupaun sumatif. Ada empat jenis evaluasi kurikulum yaitu:
  1. Evaluasi Reflektif
  2. Evaluasi Rencana
  3. Evaluasi Proses
  4. Evaluasi Hasil
Model Evaluasi Kurikulum
Model evaluasi kurikulum secara garis besar ada dua yaitu Model evaluasi kuantitatif dan model evaluasi kualitatif.
  1. Model Evaluasi Kuantitatif
Model evaluasi kuantitatif diwarnai oleh paradigma positivisme, sehingga menonjolkan penggunaan data kuantitatif dan menunjukkan pentingnya pengukuran dalam proses evaluasi. Dalam model ini melihat kurikulum sebagai hasil belajar dan menjadikan hasil belajar sebagai kriteria pokok dalam proses evaluasi. Model evaluasi kuantitatif terbagi menjadi:
  1. Model Tyler (Model Blackbox)
Model ini dipaparkan oleh Ralph Tyler, ia mengemukakan dua dasar pemikiran yaitu untuk mengevaluasi tingkah laku anak dan evaluasi dilakukan sebelum dan sesudah kurikulum dilaksanakan.
  1. Model Teoretik Taylor dan Marguirer
Model evaluasi ini mendasarkan pertimbangan teoritik suatu model evaluasi kurikulum. Model in agaknya terpengaruh Tyler terutama dari unsurnya yaitu yang dikembangkan dengan pendekatan tingkah laku, strategi dan pendekatan psikomotorik.
  1. Model Pendekatan Sistem Alkin
Model Alkin dekenal dengan pendekatan sistem, yang disebut sebagai pendekatan ekonomi mikro. Model Alkin dipengaruhi oleh psikometrik dan atau ekonometrik. Pengukuran dan kontrol terhadap variabel merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh seoran evaluator. Besar kecinya setiap unit harus benar-benar diperhatikan dalam pengaruh dan harus di kontrol.
  1. Model Countenance Stake
Model ini menekankan betapa pentingnya evaluator mampu mengembangkan tujuan kurikulum memnjadi tujuan-tujuan yang terukur, memperhatikan keadaan sebelum kegiatan berlangsung (antecenden) ketika kegiatan berlangsung (transaction) dan mampu mengkaitkannya dengan berbagai bentuk hasil belajar (outcomes).
  1. Model CIPP (Context, Input, Process, Product)
Sebagaimana namanya, model ini komponen utamnnya terdiri dari context, input, proces, dan product. Sasaran evaluasinyapun sama dengan namnya dan merupakan suatu rangkaian yang menyeluruh-utu, sekalipun acapkali para evaluator hanya menilai satu, dua, atau mengevaluasi keterkaitan antar jenis evaluasi tersebut.
  1. Model Evaluasi Kualitatif
Model evaluasi kualitatif memberikan sumbangan yang berarti dalam evaluasi kurikulm karena sifatnya yang komunikatif dengan para pemakai hasil evaluasi dan penggambarannya terhadapa pelaksanaan kurikulum baik. Model evaluasi kualitatif yaitu:
  1. Model Studi kasus
Pusat perhatian dalam model evaluasi ini pada pelaksanaan kurikulum dalam unit kegiatan pendidikan, namun unit tersebut hanya terdiri dari satu kelas atau satu sekolah atau bahkan satu guru sehingga hasil evaluasinya ridak dapat digenerelasiskan. Model studi kasus mengakui adanya multiple-realities.
  1. Model Iluminatif
Model evaluasi Iluminatif ditegakkan oleh dua konsep yaitu sistem instruksional dan lingkungan belajar. Secara metodologis model evaluasi Iluminatif bukanlah model evaluasi yang standar, namun bersifat adaptif dan eklektik. Sehingga dalam model evaluasi ini dapat digunakan metode apapun, namun yang sesuai dengan permasalahan dan datanya dapat bersifat kualitatif dan kuantitatif.
  1. Model Responsif
Model evaluasi responsif kegiatan evaluasinya terbatas pada kurikulum dimensi proses.
Dalam model evaluasi ini perbedaan pandangan orang-orang yang terblibat dalam
pelaksanaan kurikulum dapat dijadikan sumber pengembangan kriteria evaluasi,
sehingga model responsif instrumennya kurang standar.

No comments:

Post a Comment