Sunday, January 31, 2016

Pembinaan orang tua/ guru terhadap kegiatan apresiasi anak

Para orang tua/guru perlu juga mengapresiasi kesenian, setelah itu dapat menurun pada anak didik. Jedila Edu (2009) mengemukakan bahwa dalam mengapresiasi, orangtua terlebih dahulu harus bisa menghargai kesenian, baru kemudian bisa menularkannya pada anak. Anak hanya akan menikmati dan menghargai apa saja yang tersedia di depannya dan relevan dengan zamannya.
Anak hanya akan mengapresiasi apa yang bisa dinikmati dalam keseharian anak, semua tergantung stimulasi yang diberikan pendidik. Jika keseharian anak dibiasakan dengan kesenian, maka orang tua jangan langsung mengharapkan anak-anak bisa mengapresiasi kesenian dan budaya yang memang kurang dikenal. Sebab dalam mengapresiasi seni, anak memerlukan pembinaan berupa rangsangan daya tarik. Hal ini dapat diberikan berupa cerita-cerita mengenai obyek yang baru dikenal oleh anak.
Menurut Soedarso (1987), pendekatan dalam melakukan apresiasi ada tiga yaitu:
  1. Pendekatan aplikatif, yaitu pendekatan dengan cara melakukan sendiri macam-macam kegiatan seni.
  2. Pendekatan kesejarahan, yaitu dengan cara menganalisis dari sisi periodisasi dan asal usulnya.
  3. Pendekatan problematik, yaitu dengan cara memahami permasalahan di dalam seni.
Melalui pendapat tersebut, pendekatan dengan cata melakukan sendiri kegiatan seni adalah dengan mengajak anak untuk berkegiatan seni seperti membuat karya seni. Sedangkan pendekatan kesejarahan dapat dilakukan hanya dengan menceritakan asal usul karya seni dengan sederhana. Untuk pendekatan problematik dapat dilakukan dengan mengajak anak memahami karya seni yang dilihat, bagaimana bentuknya, warna, dan sebagainya.
Ida Siti Herawati dan Iraji (1999: 123) menjelaskan juga bahwa melalui kegiatan seni anak-anak sebelumnya diajak mengunjungi berbagai obyek alam atau obyek seni, atau juga bisa anak-anak melakukan kegiatan berolah seni diluar sekolah bersama-sama. Pada saat itulah guru bisa membina dan meningkatkan kepekaan citarasa keindahan anak-anak melalui hubungan cerita-cerita obyek seni tersebut, misalnya tentang keharmonisan warna, keselarasan bentuk, kesatuan unsur-unsur, ritme atau cerita tentang latar belakang seniaman dan sebagainya.
Mengunjungi berbagai obyek seni merupakan salah satu bentuk karya wisata yang juga dapat digunakan sebagai sumber belajar. Anggaini Sudono (2000) menyebutkan bahwa pada kegiatan tersebut peserta didik dapat meneliti suatu obyek yang nantinya dapat menambah pengetahuan dan menggugah daya tarik. Karya wisata merupakan salah satu sumber inspirasi diperkenalkan oleh Marjorie J. Kostelnik pada tahun 1993.
Sebaiknya orangtua sejak kecil mulai membiasakan anak-anak mengenal seni dan budaya tradisional daerah masing-masing. Misalnya, penggunaan bahasa, mendengarkan musik tradisional di rumah, dalam bidang seni rupa menonton pertunjukkan seni tradisional, dan sebagainya. Cara untuk mengenalkan anak pada dunia seni rupa dilakukan dengan cara yang lebih menyenangkan dan menarik bagi anak, seperti pada saat liburan, melakukan perjalanan/travel budaya, atau menyaksikan festival seni di daerah asal.
Dalam melaksanakan apresiasi seni rupa anak, guru/orang tua dapat memberikan beberapa kegiatan untuk anak, antara lain :

  1. kegiatan apresiasi langsung, yaitu mengamati atau melihat karya seni rupa ketika dipamerkan atau diperlihatkan;
  2. kegiatan apresiasi tidak langsung, melalui dokumentasi karya seni rupa
  3. melatih kegiatan kreatif mencipta seni rupa atau rekreatif

No comments:

Post a Comment