Sunday, January 31, 2016

Patung Modern

Setiap periode sejarah manusia seni selalu hadir dengan keaneka ragaman ekspresinya. Sebagai salah satu produk budaya, kesenian selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Karya-karya seni yang kita warisi tidak saja berbeda dari jaman ke jaman, dari satu ruang kebudayaan ke ruang kebudayaan yang lain, juga di dalam kebudayaan yang sama pun terdapat aliran-aliran yang berbeda, malah kadang-kadang sejajar pada waktu yang sama.
Perkembangan yang terjadi berawal dari pandangan manusia yang selalu dinamis dalam ide, yang terefleksi dalam proses dan berakhir pada terbentuknya wujud karya seni. Pendapat tentang apa itu seni nampaknya akan terus berkembang tergantung dari sudut mana mereka memandang. Puluhan definisi, atau ratusan, bahkan ribuan definisi seni akan lahir. Kita dapat membayangkan betapa sulit mencari definisi seni mana yang dijadikan pegangan.
Apabila titik tolak berdasarkan pendapat bahwa seni adalah ungkapan pikiran dalam suatu bentuk nyata, maka kemungkinan penyebab perubahan aliran/style dikarenakan adanya perubahan di dalam kesadaran manusia. Dengan demikian karya seni mencerminkan cara berpikir dan pengalaman subjektif pada suatu masa tertentu. Tetapi pertumbuhan seni patung di Indonesia kini cenderung berjalan sendiri-sendiri. Sekelompok pematung konvensional sengaja mempertahankan ideologi pasar sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan investor dan kolektor seni. Sementara kelompok yang menyatakan diri sebagai pematung “modern”, perjalanannya mengarah dan berkiblat kepada konsepsi. Konsepsi yang bertolak pada penonjolan ide, kini merambah dalam berbagai multi; dari multi media sampai multi idea. Instalasi yang mula-mula tumbuh dari tradisi seni patung, telah membaur dengan instalasi dari jurusan yang lain yang sama-sama produk seni rupa kontemporer.
Dalam jagat seni rupa modern Indonesia dewasa ini, seni patung masih terkesan berjalan lamban dibanding laju perkembangan cabang-cabang seni rupa lainnya. Posisi seni patung bahkan seakan-akan tergencet. Di satu sisi dihadang kukuhnya dominasi seni lukis, sementara di sisi lain ada serbuan seni instalasi yang notabene juga bermain dengan medium trimatra.Seni lukis, seni instalasi, juga happening art dan new media art, makin hari tampak semakin maju. Salah satu indikasi kemajuan itu adalah menguatnya antusiasme para senimannya terhadap “wacana”, di mana karya bukan saja berpretensi menampilkan rupa, tapi juga menawarkan pemikiran. Antusiasme ini telah menyulut hingar-bingar kemunculan berbagai gagasan kreatif yang amat agresif dan provokatif merespon isu-isu kontemporer. Sebuah fenomena yang akhirnya cenderung memposisikan seni patung modern Indonesia di ruang sepi, sebagai cabang seni rupa yang dirundung gamang dan “ketinggalan”.

Apresiasi masyarakat terhadap seni patung relatif masih rendah, misalnya patung hanya dibuat sebagai benda-benda sakral untuk keperluan upacara Agama Hindu, seperti arca dewa-dewa (pretima) dan lembu untuk upacara ngaben. patung-patung sakral (pretima) untuk keperluan ritual di Pura. Contohnya pada masyarakat Bali lebih menghormati dan menghargai patung-patung yang bernilai sakral ketimbang patung-patung yang bersifat profan walaupun mengandung nilai seni tinggi. Kebanyakan orang Bali melihat patung dari segi nilai fungsi, terutama dalam kaitannya dengan kesakralan. Memang di Bali memiliki banyak seniman kreatif. Namun sayang tingkat apresiasi masyarakat terhadap karya seni modern masih rendah, apalagi seni patung. Setiap pameran hanya ramai pada saat pembukaan saja. Pada patung kayu karya maestro Bali, I Cokot,  dipajang asal-asalan di halaman sebuah bank pemerintah. Banyak orang tidak tahu bahwa itu karya Cokot yang harganya tidak ternilai. Ini salah satu bukti apresiasi masyarakat terhadap karya patung masih sangat rendah.

Suatu kesenian selalu berkembang mulai dari tingkatan kesenian yang paling sederhana dan tidak langsung mencapai puncak perkembangan. Perkembangan itu mengikuti perubahan zaman berdasarkan kurun waktu. Ditinjau dari perkembangan dan kurun waktunya sejak zaman prasejarah hingga sekarang, maka karya seni yang dihasilkan dapat dikelompokkan dalam jenis seni primitif, seni klasik, seni tradisional, seni modern, dan seni kontemporer.
Manifestasi visual karya seni bisa bermacam-macam. Ada yang mengungkapkan relitas sebagaimana adanya sesuai apa yang dilihat mata, ada yang mendetail, dan ada pula yang diseleksi terlebih dahulu untuk mendapatkan essensinya. Seni modern merupakan kesenian yang menghasilkan karya-karya baru. Seniman yang kreatif akan menghasilkan karya seni yang modern, karena di dalamnya ada unsur pembaharuan, baik dari segi penggunaan media, teknik berkarya maupun unsur gagasan/ide. Seni modern tidak terikat oleh ruang dan waktu, baik itu karya yang dihasilkan di masa lampau maupun pada masa kini. Karya-karya seni patung modern dapat dilihat pada karya Auguste Rodin, Pablo Picasso, Henry Matisse, Rita Widagdo, G.Sidharta, Arby Samah, Nyoman Nuarta, dan lainnya.
Untuk menumbuhkan tingkat apresiasi terhadap seni patung modern bisa dimulai dari pemerintah. Anggaran untuk membeli hasil karya seniman-seniman kreatif tersebut untuk dipajang di kantor pemerintahan sehingga banyak orang melihatnya. Atau pemerintah mengeluarkan surat yang mewajibkan hotel berkelas internasional memajang patung-patung bernilai seni tinggi di lobby hotel. Sehingga dengan adanya apresiasi terhadap karya seni patung modern diharapkan dapat berkembangkanya kreativitas yang lebih menarik bangsa maupun mancanegara.

No comments:

Post a Comment