Sunday, January 31, 2016

Kurikulum tersembunyi

Kurikulun tersembunyi atau hidden curriculum merupakan kurikulum tidak tertulis/dirumuskan yang dirancang dan dipikirkan oleh guru, tidak dirancang oleh pemerintah pusat/kantor sebagai panduan mengajar. Sehingga kurikulum tersembunyi ini tidak ada campur tangan dengan pemerintah dan tidak ada buku panduan tertentu, silabus maupun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Kurikulum ini tidak diterapkan secara umum dalam pembelajaran sebab pelaksanaan hidden kurikulum merupakan cara kreatif tersendiri guru dalam menanamkan nilai-nilai, misalnya nilai moral. Hal inilah yang merupakan dampak ringan (nurturant effect) dari suatu proses pembelajaran/kurikulum aktual (actual curriculum). Biasanya kurikulum tersembunyi ini berlangsung sejalan/bersama dengan proses pembelajaran tanpa diketahui siapapun kecuali guru itu sendiri. Apabila peserta didik mendapatkan pelajaran lain di samping materi yang diajarkan maka dapat dikatakan kurikulum tersembunyi dari guru tersebut dapat dikatakan berhasil dilaksanankan karena dapat mengimplementasikannya. Menurut Waridjan (1987) kurikulum tersembunyi merupakan kegiatan peserta didik di luar kurikulum resmi, tidak terikat oleh aturan-aturan formal, dan dapat memungkinkan terjadinya pengaruh baik atau buruk terhadap kegiatan kurikulum resmi (implementasi kurikulum resmi).
Ilustrasi adanya penanaman nilai-nilai sebagai kurikulum tersembunyi/nurturent effect dalam pembelajaran seni rupa:
Misalnya saja ketika guru mengajar pelajaran seni rupa tentang membuat kerajinan menggunakan batok kelapa. Pada kenyataannya memang terdapat alat khusus untuk mengupas batok kelapa menjadi bersih dan mudah untuk digunakan dalam membuat prakarya. Namun ketika memberikan tugas guru tersebut sengaja tidak memberitahukan cara mudah dalam mengupas batok kelapa kemudian anak-anak disuruh untuk bersusah payah mengupasnya sendiri. Hal ini adalah cara guru dalam memberikan pelajaran moral kepada siswa tentang nilai perngharaan kepada orang lain, karena siswa akan mengetahui bagaimana susahnya membuat kerajinan batok kelapa tersebut. Maka akan lebih menghargai orang kecil yang berjualan kerajinan tersebut karena telah mengetahui bagaimana susahnya mencari sesuap nasi. Hal tersebutpun dapat diimplementasikan juga dalam kegiatan seni rupa yang lain demi menanamkan nilai-nilai moral pada peserta didik, dengan adanya moral yang baik dari calon generasi bangsa maka perubahan kedepan akan lebih baik pula.
Sumber:
-(PC. S. Ismiyanto: GBPP-Silabus, RPP, dan Handout MATA KULIAH KURIKULUM & BUKU TEKS PENDIDIKAN SENI RUPA)

-(John D. McNeil: CURRICULUM A Comprehensive Introduction)

No comments:

Post a Comment