Monday, January 11, 2021

Kriteria dalam Melakukan Resensi

Terry Barrett menyederhanakan kriteria penilaian dalam melakukan resensi karya seni menjadi empat kriteria, yaitu realisme, ekspresionisme, formalisme, dan instrumentalisme. Pengelompokan tersebut hanya bertujuan untuk memudahkan penilaian karya seni berdasarkan salah satu aspek tertentu saja. Penyebabnya adalah karya seni terkadang memiliki keunggulankeunggulan yang bersifat ganda sehingga ketika hanya dinilai berdasarkan salah satu keunggulan, terkadang hasilnya kurang dapat memuaskan pengamat atau masyarakat. Oleh karena itu, pengelompokan tersebut dapat diperluas dan dipertajam sesuai perkembangan seni dan hal yang dibutuhkan dari penilai seni. Pilihan kriteria tersebut sebaiknya digunakan secara lebih bijaksana agar karya seni tersebut menjadi lebih hidup, dinamis, dan memperkaya khazanah wacana seni itu sendiri.

1. Kriteria Realisme

Pada kriteria realisme, karya seni dianggap baik secara estetis jika mampu menggambarkan alam semesta dengan keberagamannya secara akurat atau tepat. Pandangan ini telah berlangsung sejak lama, yaitu sejak zaman Yunani Kuno. Seperti pandangan mimesis, karya seni dianggap sebagai cerminan, refleksi, dan imitasi kebenaran yang sudah ada di dunia. Keindahan semacam ini lebih mencerminkan adanya sifat objektivitas yang ukuran-ukuran kriterianya sama untuk semua orang. Tingkat kemiripan antara objek yang digambar dan objek yang dituangkan dalam gambar dan dapat diamati secara kasat mata adalah aspek yang digunakan sebagai dasar resensi.

2. Kriteria Formalisme

Resensi dengan kriteria formalisme lebih mendasarkan kualitas nilai pada penyusunan unsur-unsur rupa dałam sebuah karya pada sebuah komposisi yang indah semata, tanpa mengaitkan dengan simbolisme. Sebuah karya seni dianggap bermutu apabila karya tersebut lahir hanya demi seni iłu sendiri. Form atau wujud adalah satu-satunya kriteria untuk menilai karya seni. Kaum formalis berpendapat bahwa nilai estetis bersifat otonom dan tak terikat dengan nilai-nilai lain, seperti agama, ekonomi, sosial, budaya, dan politik. Seni tak berurusan sama sekali dengan moralitas, agama, politik, atau wilayah aktivitas manusia apa pun. Sering kali kriteria ini sangat relevan dałam mengulas karya abstrak.

3. Kriteria Ekspresionisme

Resensi dengan kriteri ekspresionisme berpandangan bahwa karya seni memiliki kualitas keindahan jika ungkapan visual karya lebih memancarkan nilai-nilai ekspresi dan emosi yang kuat serta jelas dari seniman atau penciptanya. Oleh karena iłu, keindahan tidak terletak pada bentuk yang realis atau memiliki akurasi ketepatan yang tinggi terhadap alam. Orang yang melakukan resensi dengan kriteria ini harus memiliki kepekaan atau sensibilitas yang kuat untuk bisa menilai kualitas karya. Kehidupan batin para seniman dan perasaan-perasaan mereka tentang pengalaman-pengalaman kehidupan sosial, pribadi, POIitik, dan budaya dipandang sebagai sumber-sumber potensial bagi karya mereka.

 

Gambar 9.3 Sebuah lukisan dapat dinilai berdasarkan berbagai kriteria, seperti lukisan Candi Borobudur yang dapat dinilai dengan kriteria ekspresionisme yang menonjol meskipun terkandung nilai instrumentalisme atau religius.


4. Kriteria Instrumentalisme

Resensi dengan kriteria pandangan instrumcntalisme adalah penilaian kualitas karya berdasarkan tingkat pengaruh scbuah karya seni dalam memengaruhi publik agar bertindak sesuai dengan nilai-nilai makna yang terkandung dalam sebuah karya. Hal tersebut sejalan dengan ajaran Tolstoy yang menyatakan bahwa hakikat seni harus memengaruhi tingkah laku manusia. Seni adalah suatu kekuatan yang harus mengedepankan tingkah laku estetis yang tinggi sehingga publik berkehidupan yang lebih baik. Dalam sejarah pemerintahan kemerdekaan, seni sering digunakan sebagai pembakar semangat perjuangan dalam melawan penjajah.

5. Kriteria Craftmanship

Penilaian seni juga dapat dilakukan dengan memperhatikan tingkat craftsmanship atau penguasaan teknik dan keterampilan. Semakin rumit tingkat pembuatan sebuah karya seni dan semakin sempurna teknik prodüksi yang digunakan, nilai dan kualitas karya tersebut akan semakin tinggi. Hal-hal yang sangat rumit, kecil, dan mendetail dapat membuat seseorang kagum karena terkesan unik dan sangat langka. Banyak sekali kerajinan di Indonesia yang dibuat dan dikerjakan dengan teknik yang sangat rumit dan detail. Contohnya, berbagai prodük seni ukir Jepara menjadi sangat mahal harganya karena memiliki bentuk ukiran yang sangat indah dan detailj serta memiliki permukaan yang halus dan lembut. Contoh lainnya adalah berbagai kerajina n batik dari berbagai wilayah di Indonesia yang menjadi sangat bernilai karena dibuat dengan teknik manual dan prodüksi yang cukup panjang.

Gambar 9.4 Kriteria Craftmanship dapat digunakan untuk menilai suatu karya, seperti a) lukisan dan lampu gantung yang menghiasi suatu ruangan dan b) kain batik yang dibuat secara manual



Sumber : Sugiyanto, dkk. 2017. Seni Budaya untuk SMK/MAK Kelas X. Jakarta: Erlangga.

1 comment:

  1. Numpang promo ya Admin^^
    ajoqq^^cc
    mau dapat penghasil4n dengan cara lebih mudah....
    mari segera bergabung dengan kami... (k)
    di ajopk.com ^_~
    segera di add Whatshapp : +855969190856

    ReplyDelete