Wednesday, January 27, 2021

Merancang karya seni budaya nusantara: Rancangan Karya Seni Teater


Pelaksanaan pertunjukan teater sangat memerlukan perencanaan yang matang. Penyebabnya adalah pertunjukan teater merupakan bentuk seni yang kompleks dan memerlukan kerja sama banyak pihak untuk mewujudkannya. Selain itu, banyak elemen pendukung lain yang diperlukan untuk mewujudkan suatu karya teater yang berkesan, baik bagi penonton maupun orang-orang yang terlibat di dalamnya. Untuk mewujudkan sebuah pertunjukan teater, terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan, yakni sebagai berikut.

a. Pembuatan dan pemilihan naskah

Sebuah pertunjukan teater bermula dari keberadaan naskah drama. Naskah drama dapat dimaknai sebagai naskah yang berisi dialog dan keterangan adegan yang membangun alur cerita. Naskah drama sendiri merupakan nyawa dari pertunjukan teater. Tanpa keberadaan naskah, para pemeran akan kesulitan untuk memahami alur cerita, adegan, dan penokohan dari setiap karakter yang mereka perankan.

Naskah drama terbagi menjadi tiga jenis, yakni drama tragis, drama komedi, dan drama tragikomedi. Drama tragis adalah drama yang alur kisahnya mengeksplorasi Sisi kehidupan manusia yang sering kali berujung pada kemalangan atau kesedihan. Drama komedi adalah drama hiburan yang dibuat dengan tujuan untuk menertawakan kehidupan manusia. Sementara itu, drama tragikomedi adalah drama yang menggabungkan karakteristik drama tragis dan drama komedi. Drama jenis ini juga dikenal sebagai black comedy.

Dalam rancangan pertunjukan teater, sutradara dan para anggota yang terlibat di dalamnya harus terlebih dahulu menentukan jenis teater apa yang akan diangkat, baru kemudian menentukan naskah drama. Jika hendak menampilkan teater tradisional, cerita yang dipilih dapat berupa cerita rakyat atau cerita yang mencirikan suatu daerah dan kebudayaan tertentu. Jika hendak menampilkan teater kontemporer, cerita yang dipilih dapat berupa penggambaran realitas kehidupan sehari-hari yang dituturkan dalam tiga pilihan gaya: tragis, komedi, atau tragikomedie Teater kontemporer juga dapat menampilkan kisah berupa cerita rakyat yang dimodifikasi.

Dalam pemilihan dan penentuan naskah drama, sutradara dapat menyesuaikan dengan selera dan kondisi masyarakat. Contohnya, sutradara dapat memilih naskah drama komedi, seperti Dokter Gadungan karya Moliere, atau naskah drama Kapai-Kapai karya Arifin C. Noer. Kedua naskah tersebut merupakan contoh naskah drama yang kisahnya telah dikenal luas dan disukai oleh masyarakat sehingga pertunjukan yang mengangkat kedua naskah tersebut umumnya akan menarik perhatian.

b. Pemilihan sutradara dan kru

Selain pemain, sutradara dan kru adalah elemen Iain yang menentukan terselenggaranya suatu pertunjukan, Sutradara sendiri memegang peranan yang sangat vital, yakni mewujudkan naskah drama ke dalam bentuk pertunjukan teater. Sutradara bekerja sama dengan pemimpin produksi yang bertugas memastikan segala elemen pendukung pertunjukan berjalan sesuai dengan perencanaan. Pemimpin produksi membawahi berbagai divisi, seperti divisi tata panggung, musik, cahaya, tata rias dan kostum, konsumsi, transportasi, serta sponsorship. Setiap divisi memiliki kru yang bertugas sesuai bidang masing-masing. Divisi tata panggung bertugas membuat serta menyediakan properti dan dekorasi latar panggung. Divisi tata cahaya bertanggung jawab atas pengelolaan lampu dan pencahayaan yang digunakan dalam pertunjukan. Divisi tata musik bertanggung jawab memilih tagu, pemusik, dan alat musik yang digunakan untuk memperkuat latar suasana dalam pertunjukan. Divisi tata rias dan kostum bertanggung jawab atas semua kostum dan tata rias yang dikenakan pemain dalam pertunjukan. Divisi konsumsi bertugas untuk memenuhi kebutuhan konsumsi para pemain, sutradara, dan kru. Divisi transportasi bertugas menyediakan transportasi yang akan digunakan untuk kebutuhan pertunjukan. Sementara itu, divisi sponsorship bertanggung jawab mencari sponsor yang akan menjadi sumber dana terselenggaranya pertunjukan.

  

Sumber: shutterstock.com

Gambar 10.9 (a) Divisi tata ahaya sedang mengecek lampu dan (b) divisi tata musik sedang mengatur

suara,

c. Pemilihan pemain

Setelah menentukan naskah, sutradara, dan kru, tahap selanjutnya adalah menentukan pemain berdasarkan karakter dan tokoh yang ada pada naskah, Pemilihan pemain harus disesuaikan benar dengan karakter yang hendak diperankan, terlebih bagi karakter-karakter dengan kondisi fisik tertentu. Contohnya, pada pertunjukan teater yang mengangkat kisah Pandawa Lima, tokoh Bima sebaiknya diperankan oleh pemain yang bertubuh besar dan gagah karena tokoh Bima dikisahkan sebagai ksatria bertubuh besar dan gagah.

Pemilihan pemain tidak hanya didasarkan pada kesamaan Ciri fisik dengan tokoh yang hendak diperankan, tetapi juga keterampilan dalam menguasai Ciri khas dari tokoh. Contohnya, pemain berusia muda dapat memerankan tokoh nenek tua jika ia dapat menguasai gestur tubuh, cara bersuara, cara berbicara, cara berjalan, dan cara bertingkah laku layaknya nenek-nenek. Keterampilan dalam membawakan suatu tokoh melalui eksplorasi gerak tubuh dan suara merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang pemain.

Oleh karena itu, dalam memilih pemain yang akan terlibat dalam suatu pertunjukan, sutradara harus memahami betul kemampuan yang dimiliki oleh setiap pemain. Semakin sulit karakter tokoh yang hendak diperankan, semakin baik pula keterampilan si pemain. Tokoh yang umumnya memiliki tingkat kesulitan tertentu saat diperankan adalah tokoh utama dan tokoh antagonis. Sementara itu, tokoh pendamping atau tokoh selingan juga memiliki tingkat kesulitan, tetapi tidak setinggi kesulitan memerankan tokoh utama ataupun tokoh antagonis.

Oleh karena itu, dalam memilih pemain yang akan terlibat dalam suatu pertunjukan, sutradara harus memahami betul kemampuan yang dimiliki oleh setiap pemain. Semakin sulit karakter tokoh yang hendak diperankan, semakin baik pula keterampilan si pemain. Tokoh yang umumnya memiliki tingkat kesulitan tertentu saat diperankan adalah tokoh utama dan tokoh antagonis. Sementara itu, tokoh pendamping atau tokoh selingan juga memiliki tingkat kesulitan, tetapi tidak setinggi kesulitan memerankan tokoh utama ataupun tokoh antagonis.

d. Pemilihan lokasi

Suatu pertunjukan teater memerlukan lokasi yang tepat untuk mementaskannya. Ada teater yang digelar di atas panggung besar di dalam gedung kesenian, ada pula teater sederhana yang digelar di panggung terbuka yang  berukuran tidak terlalu besar. Semuanya disesuaikan dengan jenis teater yang hendak diusung.

Pemilihan tempat menjadi penting dalam pertunjukan teater karena akan berpengaruh pada aspek lainnya, seperti tata panggung dan tata cahaya. Contohnya, tata cahaya pada pertunjukan teater yang digelar di panggung terbuka akan lebih rumit dibandingkan tata cahaya pada panggung tertutup/di dalam ruangan. Panggung terbuka juga tidak memungkinkan adanya dekorasi yang terlalu ramai. Pasalnya, panggung terbuka lebih terekspos dengan gejala alam, seperti cahaya matahari dan angin.

Pemilihan tempat juga berpengaruh pada jumlah pemain dan kru yang terlibat di dalam pertunjukan. Panggung yang kecil akan mempersempit ruang gerak dan menyebabkan terbatasnya jumlah pemain yang dapat berada di atas panggung dalam waktu yang bersamaan. Selain itu, pertunjukan teater yang digelar di dalam ruangan yang tidak terlalu besar akan menyebabkan terbatasnya jumlah pemusik pengiring pertunjukan ataupun jumlah penonton.

    

Sumber: shutterstock.com

Gambar10.10 Pertunjukkan teater dapat dilakukan di (a) panggung besar dalam ruangan atau (b) panggung terbuka.

Agar pertunjukan berjalan lancar, pastikan bahwa jenis pertunjukan telah sesuai dengan lokasi yang dipilih. Jika hendak menampilkan teater kolosal, teater musikal, ataupun teater tradisional yang memerlukan banyak pemain, grup musik pengiring, serta tata cahaya dan tata panggung yang prima, pilihlah lokasi pertunjukan berupa gedung kesenian atau auditorium besar. Di Jakarta, contoh gedung kesenian yang menyediakan fasilitas berupa panggung yang besar, tata cahaya dan tata suara yang prima, serta bangku penonton berkapasitas besar adalah Gedung Kesenian Jakarta. Jika pertunjukan teater yang ditampilkan adalah teater kontemporer yang tidak memerlukan tata panggung atau tata cahaya berlebihan, panggung terbuka dapat dipilih.

e. Penentuan sumber pendanaan

Suatu pertunjukan, baik pertunjukan tari maupun teater, tidak akan terlaksana tanpa dana. Sumber dana diperlukan untuk berbagai kebutuhan, mulai dari menggaji kru dan pemain, menyewa tempat pertunjukan, alat musik, lampu, kabel, dan peralatan sound system, membeli alat tata rias, hingga menyewa kostum. Dengan banyaknya kebutuhan, tentunya dana yang diperlukan untuk menggelar pertunjukan tidaklah sedikit.

Untuk menggelar pertunjukan berskala besar, umumnya pihak panitia pertunjukan akan mengajukan permohonan sponsor kepada berbagai pihak, baik pihak pribadi maupun organisasi. Permohonan sponsor dapat dilakukan dengan membuat proposal sponsor. Proposal sponsor harus memuat beberapa hal, mulai dari latar belakang keberadaan pertunjukan, nama kru, panitia, dan pemain yang terlibat di dalamnya, detail kebutuhan yang diperlukan untuk menyelenggarakan pertunjukan, nominal uang yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, dan ditutup dengan permohonan agar pihak yang dikirimi proposal bersedia menjadi sponsor pertunjukan. Sponsor yang diperoleh tidak hanya berupa uang, tetapi juga barang-barang kebutuhan pertunjukan. Contohnya, jika panitia mengajukan permohonan sponsor pada perusahaan kosmetik, perusahaan kosmetik tersebut dapat memberikan bantuan sponsor berupa uang ataupun produk kosmetik yang dapat digunakan untuk merias pemain.

Pertunjukan teater dengan skala besar juga dapat meminta sponsor dari lembaga-lembaga resmi, terutama pada lembaga yang berfokus pada pengembangan kesenian, kebudayaan, dan pariwisata. Terlebih jika pertunjukan teater yang diusung banyak memasukkan unsur kebudayaan. Melalui sponsor ini, terdapat keuntungan bagi kedua belah pihak. Bagi pihak panitia pertunjukan, mendapatkan sponsor dari lembaga resmi tidak hanya membawa sumber dana, tetapi juga membantu dalam mempromosikan pertunjukan mereka kepada masyarakat luas. Sementara itu, bagi lembaga pemberi sponsor, pertunjukan tersebut juga membawa Citra baik kepada masyarakat, terutama Citra sebagai salah satu agen pelestari kebudayaan.

Sementara itu, untuk pertunjukan teater berskala kecil, sumber dana dapat berupa sumber dana pribadi. Sumber dana pribadi tidak hanya berasal dari kantong setiap panitia pertunjukan, tetapi juga dari usaha yang dilakukan oleh panitia. Contohnya, panitia dapat menggalang dana dengan membuat bazaar, membuat pentas musik, atau terlibat dalam kegiatan Iain yang memberikan imbalan berupa uang.

f. Tata panggung, tata cahaya, dan tata musik

Tata panggung, tata cahaya, dan tata musik merupakan tiga hal yang sangat esensial dalam pertunjukan dan saling berkaitan satu sama Iain. Meskipun bekerja dengan cara berbeda, ketiganya memiliki tujuan yang sama, yakni samasama memperkuat kesan latar yang diperoleh dari suatu pertunjukan. Tata panggung yang terdiri atas dekorasi dan properti akan memperkuat latar tempat dan latar suasana di atas panggung. Tata cahaya akan memperkuat latar waktu dan latar suasana. Sementara itu, tata musik berperan besar dalam menguatkan latar suasana dan interaksi pemain di atas panggung.

 

Sumber: id.wikipedia.org

Gambar 10.1 1 Tata panggung, tata cahaya, tata kostum, dan tata rias dalam pertunjukan wayang orang.

Tata panggung, tata cahaya, dan tata musik disesuaikan dengan cerita yang dibawakan dan lokasi pementasan. Contohnya, jika pertunjukan teater yang dibawakan mengusung kisah Mahabharata, tata panggung dapat dibuat menyerupai latar kerajaan atau medan perang, tata cahaya dibuat dramatis dengan penggunaan lampu gelap dan terang, dan tata musik dibuat dengan nuansa etnik, salah satunya dengan menggunakan alat musik etnik seperti gamelan. Sementara itu, untuk pertunjukan teater kontemporer, tata panggung cenderung sederhana, serta lebih menitikberatkan pada tata cahaya dan tata musik.

g. Pemilihan kostum dan tata rias

Tokoh yang terdapat dalam suatu pertunjukan tidak akan hidup tanpa pemilihan kostum dan tata rias yang sesuai. Dengan tata kostum dan tata rias yang sesuai, pemain dapat menampilkan karakteristik tokoh secara meyakinkan, meskipun dalam kondisi biasa pemain tersebut memiliki ciri fisik dan sifat yang bertolak belakang dengan tokoh yang ia perankan. Tata kostum dan tata rias yang sesuai juga akan menarik perhatian penonton untuk terus menikmati pertunjukan.

Kostum dan tata rias pada pertunjukan teater, baik teater tradisional maupun kontemporer, memiliki ciri khas tersendiri. Kostum pemain pada pertunjukan teater tradisional cenderung memasukkan unsur-unsur budaya dari setiap daerah asal teater yang bersangkutan. Contohnya adalah kostum pemain lenong yang menggunakan baju jawara khas Betawi atau kostum pemain ketoprak yang menggunakan kain batik atau blangkon khas Jawa. Tata rias yang digunakan juga disesuaikan juga disesuaikan dengan jenis cerita yang ditunjukkan. Contohnya, pada pertunjukan lenong dan ludruk yang kisahnya diambil dari kehidupan sehari-hari, tata rias yang digunakan adalah tata rias yang natural dan tidak berlebihan. Sementara itu, pada pertunjukan wayang orang, tata rias dibuat   sangat mendetail dan mewakili karakter yang diperankan. Contohnya, tata rias untuk karakter antagonis adalah cat merah untuk mewarnai wajah, rias mata untuk menampilkan kesan garang, serta penggunaan kumis dan cambang untuk menampilkan kesan menakutkan. Kostum yang digunakan juga lebih kompleks, yakni menampilkan banyak ornamen dan aksesori, seperti gelang, kalung, hiasan lengan, hiasan telinga, hingga keris dan anak panah.

Untuk pertunjukan teater kontemporer, tata rias dan tata kostum umumnya tidak serumit tata rias dan tata kostum pada pertunjukan teater tradisional. Kostum dan tata rias pada pertunjukan teater kontemporer Iebih sederhana dan bersifat simbolis. Simbolisme dalam tata kostum dapat berupa penggunaan busana yang mewakili profesi, busana yang mewakili karakter yang mudah ditemui dalam kehidupan sehari-hari, atau busana berupa lilitan kain. Tata rias dibuat natural atau menyerupai peran yang dibawakan. Contohnya, karakter tokoh nenek tua dapat dibawakan dengan kostum kebaya dan kain batik, tongkat, kacamata, dan rambut palsu berwarna kelabu. Tata rias untuk karakter ini berfokus pada rias mata serta area sekitar dahi dan bibir.




Sumber : Sugiyanto, dkk. 2017. Seni Budaya untuk SMK/MAK Kelas X. Jakarta: Erlangga.

No comments:

Post a Comment