Monday, January 11, 2021

Tahapan dalam Resensi Seni

Karya seni rupa baik dua dimensi maupun tiga dimensi, memiliki bentuk (form) dan isi (content). Kedua aspek pada karya seni tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Penyebabnya adalah aspek bentuk merupakan unsur fisik suatu karya seni, sementara isi merupakan unsur nonfisiknya. Menurut Sumardjo (2000), keterkaitan antara bentuk dan isi yang 'ada pada sebuah karya seni rupa akan memunculkan sebuah nilai, yang disebut dengan nilai estetis.

Sementara itu, Edmund Burke Feldman (1967) menyatakan bahwa untuk dapat mengetahui kualitas estetis sebuah karya, diperlukan empat tahapan, yaitu deskripsi, analisis formal, interpretasi, dan evaluasi. Tahapan resensi seni bersifat  prosedural, berurutan, dan tidak bisa dilakukan secara bolak-  balik.

1. Deskripsi

Deskripsi adalah suatu penggambaran atau pelukisan subject matter karya seni rupa melalui kata-kata, Penjelasan terhadap apa saja yang tampak secara visual diharapkan dapat membangun bayangan atau citra bagi pembaca deskripsi tersebut mengenai karya seni yang disajikan. Uraian deskripsi biasanya ditulis sesuai keadaan yang sesungguhnya, sembari berusaha menelusuri gagasan, tema, teknis, media, dan cara pengungkapannya.

Deskripsi bukan dimaksudkan untuk menggantikan karya itu tetapi sebagai penjelasan mengenai gambaran visual seta citra yang ditampilkan secara jetas dan gamblang. Pada tahapan ini penilaian atau keputusan mengenai karya seni dapat dan ditangguhkan terlebih dahulu karena kritik harus mendahulukan penjelasan-penjelasan dasar berupa suatu gambaran yang lengkap. Contoh aspek yang perlu diuraikan dalam deskripsi, di antaranya judut, ukuran, tahun pembuatan, nama seniman, waktu dan tempat pembuatan karya bahan, teknik, dan alat yang  digunakan, perbentukan subject matter, serta unsur-unsur rupa.

2. Analisis Formal

Proses ini dapat dimulai dengan cara menganalisis objek secara keseluruhan mengenai kualitas unsur-unsur visuaL Selanjutnya, objek dianalisis bagian per bagian, seperti menjelaskan tata cara pengorganisasian unsur-unsur elementer kesenirupaan, di antaranya kualitas garis, bidang, warna, dan tekstur. Analisis juga dilakukan terhadap komposisi karya secara keseluruhan, seperti masalah keseimbangan, irama, pusat perhatian, kontras, dan kesatuan. Setelah itu, analisis dilanjutkan dan pada ihwal gagasan atau konstruksi subject matter sehingga tata cara proses perwujudan karya beserta urutannya dapat dianalisis.

3. Interpretasi

Interpretasi adalah menafsirkan hal-hal yang terdapat di balik sebuah karya untuk mengungkap makna, pesan, atau nilai yang dikandungnya. Interpretasi dilakukan dengan cara melakukan pengamatan dan penghayatan terhadap karya secara saksama, baik secara deskriptif maupun analisis bentuknya. Setiap penafsiran dapat mengungkap hal-hal yang berhubungan dengan pernyataan di balik struktur bentuk, misalnya unsur psikologis pencipta, latar belakang sosial budaya, gagasan, abstraksi, pendirian, pertimbangan, hasrat, kepercayaan, dan pengalaman tertentu senimannya. Interpretasi yang tepat diperlukan dalam rangka penilaian kritis. Interpretasi yang baik diperlukan untuk memakami pengetahuan kultural terhadap karya.

Berikut adalah prinsip-prinsip penafsiran yang dikemukan oleh Terry Barret.

a. Penafsiran adalah argumen yang bersifat persuasif.

b. Rasa atau feeling adalah pedoman bagi penafsiran.

c. Tafsir-tafsir atas suatu karya seni bisa saja berlainan karena didasarkan atas pandangan hidup yang menafsirkan.

d. Tafsir yang baik harus memiliki kesesuaian, koherensi, dan korespondesi dengan tahapan deskrispsi dan analisis formal yang telah dilakukan sebelumnya.

e. Tafsir suatu karya seni tidak harus sama dengan pernyataan seniman.

f. Tafsir tidak dapat menyatakan kebenaran secara mutlak, melainkan hanya mendekati kebenaran akan makna suatu karya seni.

4. Kesimpulan atau Menilai Karya Seni

Sebuah penilaian yang baik harus didasarkan atas deskripsi/ analisis formal, dan interpretasi sebuah karya seni dengan data Visual ataupun penjelasan-penjelasan tambahan dari seniman. Penilaian dalam kritik seni umumnya menggunakan angka, seperti nilai 100 untuk hasil yang sempurna tanpa kesalahan, rentang angka 85-90 dianggap baik, rentang 70-84 dianggap cukupı dan rentang 55-69 dikategorikan kurang. Penilaian kritik seni juga bukan dengan huruf A untuk hasil yang sangat baikı B untuk hasil yang baik, C untuk hasil yang cukup, D untuk hasil yang kurangı dan E untuk hasil yang tidak lulus.

Penilaian terhadap karya seni dapat dilihat pada tingkat keberhasilan karya tersebut dalam menyampaikan pesan sesuai dengan keinginan penciptanya dan bentuknya yang indah. Aspek penilaian juga sangat memperhatikan gaya perseorangan, tema, kreativitas, dan teknik mewujudkan karya. Penilaian terhadap karya seni juga perlu menggunakan acuan-acuan tambahan sebagai komparasi atau perbandingan atas kualitas nilai sebuah karya. Contohnya adalah karya seni zaman sekarang tidak boleh dibandingkan dengan karya sebelumnya.



Sumber : Sugiyanto, dkk. 2017. Seni Budaya untuk SMK/MAK Kelas X. Jakarta: Erlangga.

1 comment:

  1. mari gabung bersama kami di Aj0QQ*com x-)
    BONUS CASHBACK 0.3% setiap senin
    BONUS REFERAL 20% seumur hidup. ;-)

    ReplyDelete