Pada umumnya, seni sering
tidak dianggap begitu penting oleh masyarakat. Dalam pandangan
masyarakat, kemampuan anak di Taman Kanak-Kanak dalam bidang baca,
tulis, hitung lebih diutamakan daripada kemampuan dalam bidang seni
seiring masa beranjaknya ke bidang pendidikan. Anak yang memiliki
kemampuan intelektual dan kemampuan akademik khusus lain dianggap
sebagai anak yang berbakat. Jika seorang anak memilki IQ
(Intellegency
Quotient)
yang tinggi tentu akan sangat menyenangkan bagi orangtuanya daripada
anak yang hanya pandai dalam bidang menggambar. Padahal, pendekatan
secara multidimensional bukan hanya potensi intelegensi saja yang
membuat sesorang dianggap berbakat, masih ada faktor-faktor lain.
Menurut Joseph Renzulli (dalam Akbar, Reni dan Hawadi, 2006)
menyebutkan bahwa seorang disebut berbakat, unggul, atau luar biasa
dibandingkan teman-temannya jika dalam dirinya memiliki tiga aspek,
yaitu taraf intelegensi di atas rata-rata, kreativitas yang cukup,
dan pengikat diri terhadap tugas, dimana ketiganya ini sama baiknya.
Jika anak diberi motivasi internal yang cukup maka dapat menjadi daya
dorong yang kuat untuk memunculkan potensi yang dimiliki (lihat
Akbar, Reni dan Hawadi, 2006: 119) .Dari penjelasan diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa seni merupakan potensi yang dapat
berkembang, orangtua tidak perlu menekan anak dalam bidang akademik
untuk memunculkan potensinya, sebab malah akan memperbesar
kemungkinan anak menjadi down
dan tidak menyukai kegiatan tersebut.
Sesungguhnya
pengembangan kemampuan anak yang dipaksakan seperti melaui les
tambahan sangat mengganggu dan menghambat perkembangan serta
pertumbuhan anak secara wajar dan normal sehingga akan mengganggu
tumbuh kembang anak selanjutnya. Melalui seni akan tercipta suasana
fun
dan rekreatif ( Drost, 2006: 49), anak dapat bebas berekspresi tanpa
adanya keterpaksaan yang harus dijalani.
Masa taman kanak-kanak,
merupakan masa anak sebelum memasuki sekolah dasar, masa TK merupakan
masa transisi pendidikan dalam proses pendidikan anak. Di TK, anak
dibimbing dan diarahkan oleh guru mengenai pengenalan dasar. Dalam
pendidikan Taman Kanak-Kanak ini anak perlu mendapatkan pendidikan
yang sesuai dengan perkembangan yang dijalani. Terutama dalam bidang
seni gambar pengamatan visual anak sangatlah diutamakan. Sebab
terdapat macam bentuk pengamatan yang dapat menunjang seni menggambar
anak. Zulkifli (1993) menjelaskan bahwa terdapat dua tipe pengamatan
yaitu:
1.Tipe “pelihat
warna”
Anak yang tergolong tipe
pelihat warna dalam perkembangan perasaannya lebih cepat terhadap
warna. Bila anak-anak tipe ini sedang menggambar, mereka suka
menghias gambar-gambar itu dengan warna yang menyolok, sekalipun
tampaknya motif gambarnya belum sempurna.
2. Tipe “pelihat bentuk”
Anak yang tergolong kepada
tipe pelihat bentuk perkembangan perasaannya lebih cepat terhadap
bentuk. Bila anak-anak dari tipe pelijat bentuk sedang menggambar,
mereka belu merasa puas jika bentuk gambarnya belum serupa benar
dengan contohnya.
Anak-anak dalam masa sekolah
masih kurang memperhatikan bentuk yang digambarnya, dan di antara
anak-anak tersebut tak seberapa yang memperhatikan bagian-bagian
gambar itu. Yang diperhatikan cenderung warna keseluruhan. Dalam
Zulkifli (1993), kenyataan itu sejalan dengan pandangan yang
menyatakan, bahwa pengamatan dimulai dari memperhatikan gestalt
hingga pada
perkembangan selanjutnya menuju kepada bagian-bagiannya. Proses
perkembangan yang dimulai gestalt menuju struktur meliputi proses
perkembangan yang dimulai dari masa kanak-kanak sampai dengan masa
dewasa. Oleh karena hal itu, perkembangan anak-anak pada masa
pendidikan pertama dalam Taman Kanak-Kanak perlu dikembangakan lebih
lanjut agar perkembangan anak dalam bidang seni gambar lebih
tertunjang dengan baik. Winardi (2009)
menerangkan bahwa perkembangan
kecerdasan anak yang sangat pesat terjadi sejak anak baru lahir
sampai usia 5 tahun,sehingga hampir 50% potensi kecerdasan anak sudah
terbentuk pada usia empat tahun. Kemudian secara bertahap mencapai
80% pada usia 8 tahun. Kreativitas anak mulai meningkat pada usia 3
tahun dan mencapai puncaknya pada usia 4,5 tahun. Kreativitas anak
akan menurun apa bila tidak diupayakan perkembangan potensi
kecerdasannya. Padahal, anak banyak menemui hal-hal baru pada
usia-usia tersebut. Hal ini mendorong anak untuk banyak berekspresi
dengan kemampuan anak sesuai dengan usia ini. Namun, dengan media
yang tepat, ekspresi anak akan dapat tersalurkan secara positif.
Tidak lebih bermanfaat jika ekspresi-ekspresi anak yang begitu
banyaknya tersalurkan melalui hal-hal yang kurang menunjang bagi
perkembangan anak. Apalagi dalam masa awal perkembangan pengamatan
seperti pada usia TK sangat cocok untuk mengembangakan potensi anak.
Dengan
mengacu pada dasar-dasar pertimbangan di atas dapat disimpulkan bahwa
perkembangan anak perlu disalurkan dalam kegiatan yang menunjang
perkembangan anak. Salah satunya sesuai dengan perkembangan
pengamatan anak adalah dengan menggambar. Menggambar merupakan wadah
anak dalam mengekspresikan diri anak, namun mucul pertanyaan,
bagaimana menyalurkan ekspresi anak TK melalui gambar?Sementara itu
orangtua juga perlu mengetahui, bagaimana ekspresi anak melalui
gambar?Maka dari itu penulis bertujuan untuk mengetahui bagaimana
ekspresi anak melalui gambar serta bagaimana menyalurkan ekspresi
anak TK melalui gambar. Sebab, dalam kegiatan melukis dan menggambar,
semua bisa dilakukan dan membuat sesuatu terjadi berdasarkan
imajinasi anak. Anak juga belajar mengendalikan tangan,
mengkoordinasikan pikiran, mata dan tangan, serta mengekspresiakn
diri melalui seni. Anak akan merasa bangga dan menceritakan pada
orangtua apa yang telah diperbuatnya (Prasetyono 2008: 111).
Kegiatan
berkesenian bagi anak tak hanya berperan dalam perkembangan fisik
semata, namun khususnya seni gambar juga bermanfaat bagi perkembangan
kreativitas anak. Orang tua sebagai bagian peran dari lingkungan
keluarga dapat menunjang kreativitasan anak melalui seni gambar.
Lehman (dalam Akbar, Reni dan Hawadi, 2006) menjelaskan beberapa
faktor yang mempengaruhi kreativitas yaitu lingkungan, tekanan
keuangan, dan kurangnya waktu bebas. Dan tidak ada bukti bahwa
menurunnya kreativitas pada puncak perkembangan karena faktor
hereditas. Yang pasti, pengaruh lingkungan lebih berpengaruh terhadap
munculnya kreativitas. Untuk memunculkan kreativitasan ini, gambar
dapat berperan sebagai media yang positif. Pengaruh lingkungan
seperti peran orangtua meliputi peraturan dan tata tertib, namun bagi
anak, ekspresi yang kreatifpun butuh kebebasan agar kreativitas mucul
dengan sendirinya. Semakin strict
tokoh otoritas, maka akan semakin kuncup kreativitas. Jika orang tua
memahami benar mengenai perkembangan anak yang membutuhkan pacuan
kreativitas sejak usia muda (normative
years), maka
perkembangan anak melalui seni akan berkembang kreatif dengan baik.
No comments:
Post a Comment