Wednesday, February 10, 2016

Penyaluran Potensi Anak (Usia Dini)

Pada umumnya, seni sering tidak dianggap begitu penting oleh masyarakat. Dalam pandangan masyarakat, kemampuan anak di Taman Kanak-Kanak dalam bidang baca, tulis, hitung lebih diutamakan daripada kemampuan dalam bidang seni seiring masa beranjaknya ke bidang pendidikan. Anak yang memiliki kemampuan intelektual dan kemampuan akademik khusus lain dianggap sebagai anak yang berbakat. Jika seorang anak memilki IQ (Intellegency Quotient) yang tinggi tentu akan sangat menyenangkan bagi orangtuanya daripada anak yang hanya pandai dalam bidang menggambar. Padahal, pendekatan secara multidimensional bukan hanya potensi intelegensi saja yang membuat sesorang dianggap berbakat, masih ada faktor-faktor lain. Menurut Joseph Renzulli (dalam Akbar, Reni dan Hawadi, 2006) menyebutkan bahwa seorang disebut berbakat, unggul, atau luar biasa dibandingkan teman-temannya jika dalam dirinya memiliki tiga aspek, yaitu taraf intelegensi di atas rata-rata, kreativitas yang cukup, dan pengikat diri terhadap tugas, dimana ketiganya ini sama baiknya. Jika anak diberi motivasi internal yang cukup maka dapat menjadi daya dorong yang kuat untuk memunculkan potensi yang dimiliki (lihat Akbar, Reni dan Hawadi, 2006: 119) .Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa seni merupakan potensi yang dapat berkembang, orangtua tidak perlu menekan anak dalam bidang akademik untuk memunculkan potensinya, sebab malah akan memperbesar kemungkinan anak menjadi down dan tidak menyukai kegiatan tersebut. Sesungguhnya pengembangan kemampuan anak yang dipaksakan seperti melaui les tambahan sangat mengganggu dan menghambat perkembangan serta pertumbuhan anak secara wajar dan normal sehingga akan mengganggu tumbuh kembang anak selanjutnya. Melalui seni akan tercipta suasana fun dan rekreatif ( Drost, 2006: 49), anak dapat bebas berekspresi tanpa adanya keterpaksaan yang harus dijalani.
Masa taman kanak-kanak, merupakan masa anak sebelum memasuki sekolah dasar, masa TK merupakan masa transisi pendidikan dalam proses pendidikan anak. Di TK, anak dibimbing dan diarahkan oleh guru mengenai pengenalan dasar. Dalam pendidikan Taman Kanak-Kanak ini anak perlu mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan perkembangan yang dijalani. Terutama dalam bidang seni gambar pengamatan visual anak sangatlah diutamakan. Sebab terdapat macam bentuk pengamatan yang dapat menunjang seni menggambar anak. Zulkifli (1993) menjelaskan bahwa terdapat dua tipe pengamatan yaitu:
1.Tipe “pelihat warna”
Anak yang tergolong tipe pelihat warna dalam perkembangan perasaannya lebih cepat terhadap warna. Bila anak-anak tipe ini sedang menggambar, mereka suka menghias gambar-gambar itu dengan warna yang menyolok, sekalipun tampaknya motif gambarnya belum sempurna.
2. Tipe “pelihat bentuk”
Anak yang tergolong kepada tipe pelihat bentuk perkembangan perasaannya lebih cepat terhadap bentuk. Bila anak-anak dari tipe pelijat bentuk sedang menggambar, mereka belu merasa puas jika bentuk gambarnya belum serupa benar dengan contohnya.

Anak-anak dalam masa sekolah masih kurang memperhatikan bentuk yang digambarnya, dan di antara anak-anak tersebut tak seberapa yang memperhatikan bagian-bagian gambar itu. Yang diperhatikan cenderung warna keseluruhan. Dalam Zulkifli (1993), kenyataan itu sejalan dengan pandangan yang menyatakan, bahwa pengamatan dimulai dari memperhatikan gestalt hingga pada perkembangan selanjutnya menuju kepada bagian-bagiannya. Proses perkembangan yang dimulai gestalt menuju struktur meliputi proses perkembangan yang dimulai dari masa kanak-kanak sampai dengan masa dewasa. Oleh karena hal itu, perkembangan anak-anak pada masa pendidikan pertama dalam Taman Kanak-Kanak perlu dikembangakan lebih lanjut agar perkembangan anak dalam bidang seni gambar lebih tertunjang dengan baik. Winardi (2009) menerangkan bahwa perkembangan kecerdasan anak yang sangat pesat terjadi sejak anak baru lahir sampai usia 5 tahun,sehingga hampir 50% potensi kecerdasan anak sudah terbentuk pada usia empat tahun. Kemudian secara bertahap mencapai 80% pada usia 8 tahun. Kreativitas anak mulai meningkat pada usia 3 tahun dan mencapai puncaknya pada usia 4,5 tahun. Kreativitas anak akan menurun apa bila tidak diupayakan perkembangan potensi kecerdasannya. Padahal, anak banyak menemui hal-hal baru pada usia-usia tersebut. Hal ini mendorong anak untuk banyak berekspresi dengan kemampuan anak sesuai dengan usia ini. Namun, dengan media yang tepat, ekspresi anak akan dapat tersalurkan secara positif. Tidak lebih bermanfaat jika ekspresi-ekspresi anak yang begitu banyaknya tersalurkan melalui hal-hal yang kurang menunjang bagi perkembangan anak. Apalagi dalam masa awal perkembangan pengamatan seperti pada usia TK sangat cocok untuk mengembangakan potensi anak. Dengan mengacu pada dasar-dasar pertimbangan di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan anak perlu disalurkan dalam kegiatan yang menunjang perkembangan anak. Salah satunya sesuai dengan perkembangan pengamatan anak adalah dengan menggambar. Menggambar merupakan wadah anak dalam mengekspresikan diri anak, namun mucul pertanyaan, bagaimana menyalurkan ekspresi anak TK melalui gambar?Sementara itu orangtua juga perlu mengetahui, bagaimana ekspresi anak melalui gambar?Maka dari itu penulis bertujuan untuk mengetahui bagaimana ekspresi anak melalui gambar serta bagaimana menyalurkan ekspresi anak TK melalui gambar. Sebab, dalam kegiatan melukis dan menggambar, semua bisa dilakukan dan membuat sesuatu terjadi berdasarkan imajinasi anak. Anak juga belajar mengendalikan tangan, mengkoordinasikan pikiran, mata dan tangan, serta mengekspresiakn diri melalui seni. Anak akan merasa bangga dan menceritakan pada orangtua apa yang telah diperbuatnya (Prasetyono 2008: 111). Kegiatan berkesenian bagi anak tak hanya berperan dalam perkembangan fisik semata, namun khususnya seni gambar juga bermanfaat bagi perkembangan kreativitas anak. Orang tua sebagai bagian peran dari lingkungan keluarga dapat menunjang kreativitasan anak melalui seni gambar. Lehman (dalam Akbar, Reni dan Hawadi, 2006) menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi kreativitas yaitu lingkungan, tekanan keuangan, dan kurangnya waktu bebas. Dan tidak ada bukti bahwa menurunnya kreativitas pada puncak perkembangan karena faktor hereditas. Yang pasti, pengaruh lingkungan lebih berpengaruh terhadap munculnya kreativitas. Untuk memunculkan kreativitasan ini, gambar dapat berperan sebagai media yang positif. Pengaruh lingkungan seperti peran orangtua meliputi peraturan dan tata tertib, namun bagi anak, ekspresi yang kreatifpun butuh kebebasan agar kreativitas mucul dengan sendirinya. Semakin strict tokoh otoritas, maka akan semakin kuncup kreativitas. Jika orang tua memahami benar mengenai perkembangan anak yang membutuhkan pacuan kreativitas sejak usia muda (normative years), maka perkembangan anak melalui seni akan berkembang kreatif dengan baik.

No comments:

Post a Comment