Sunday, December 13, 2020

Prinsip-prinsip Keindahan

Aspek kesatuan (unity) dalam seni dapat dikatakan sama dengan keindahan itu sendiri, karena tanpa konsep yang jelas dan unsur-unsur seni tidak saling menyatu karya seni tidak akan terasa indah untuk dinikmati. Karya seni itu adalah wujud ungkapan ekspresi manusia sehingga aspek kesatuan sendiri merupakan satu kesatuan benda dan jiwa yang diungkapkan dalam karya seni.

Bahan, ide pikiran, perasaan sang seniman, serta hal apapun yang ikut membentuknya akan menyatu dan menjelma menjadi sebuah karya seni. Itulah yang disebut sebagai  kesatuan menjadi sebuah karya seni.

De Witt H. Parker membagi aspek kesatuan ke dalam enam prinsip keindahan, yaitu: 

1. Prinsip Kesatuan (The Principle of Unity)

Prinsip ini berarti karya seni tidak memuat unsur-unsur yang tidak perlu dan hubungan keterkaitan tiap unsur-unsur seni mengarah pada pusat perhatian. Unsur-unsur seni yang baik akan menyatu-padu, tidak terpencar, atau berantakan. Sebelumnya, prinsip ini merupakan prinsip kesatuan dalam keanekaan (unity in variety). 

Prinsip ini merupakan prinsip induk yang menurunkan prinsip lainnya. Meskipun demikian, asas kesatuan merupakan suatu kesatuan yang utuh dengan unsur lainnya, saling mendukung, dan sistematis membentuk karya seni. Dalam penerapannya pada media karya seni, prinsip kesatuan menekankan pada pengaturan objek atau komponen materi pembentuk objek secara berdekatan atau pengelompokkan antarunsur atau antar bagian. Dalam karya seni kriya, pengaturan antar komponen ini bisa dilakukan dengan menggunakan metode atau teknik pahatan, atau memformulasikan objek, subjek, dan medium pada suatu bidang karya.

2. Prinsip Keseimbangan (The Principle of Balance)

Prinsip keseimbangan adalah prinsip yang menyelaraskan unsur-unsur yang saling berlawanan atau bertentangan. Penerapan prinsip keseimbangan membuat unsur-unsur yang tampaknya bertentangan menjadi unsur-unsur yang saling memerlukan dan secara bersamaan menciptakan suatu harmoni yang utuh. Unsur-unsur yang saling bertentangan itu adalah harmoni yang disatukan ke dalam nilai keindahan. 

Prinsip keseimbangan adalah prinsip yang berkaitan dengan bobot. Contohnya, pada sebuah karya dua dimensi seperti lukisan, prinsip keseimbangan ditekankan pada bobot Visual, artinya berat-ringannya objek hanya dapat dirasakan lewat penglihatan. Sementara itu, pada karya tiga dimensi seperti seni patung, prinsip keseimbangan berkaitan dengan bobot aktual (sesungguhnya) dari patung. 

Keseimbangan berdasarkan segi visual dibedakan menjadi dua, yakni simetris dan asimetris. Selain dua jenis keseimbangan tersebut, terdapat pula keseimbangan radial atau memancar yang dapat digambarkan dengan menempatkan sebuah pusat pada bagian karya seni. Untuk mencapai prinsip keseimbangan' objek tidak harus selalu ditempatkan atau digambarkan di pusat. Keseimbangan juga dapat dicapai dengan mengomposisikan objek-objek berukuran kecil pada sebuah medium berukuran besar. Selain itu, keseimbangan juga dapat dicapai dengan mengelompokkan objek berwarna ringan (terang) dengan sebuah objek berwarna berat (gelap).

3. Prinsip Penekanan (The Principle of Empahasis)

Setiap karya seni tentu memiliki satu ide ułama yang menjadi titik pemusatan dari nilai keseluruhan karya iłu. Dengan demikian, suatu karya seni memiliki bagian yang menarik perhatian penikmatnya dengan menonjolkan prinsip penekanan. Prinsip penekanan pada karya seni rupa dapat dicapai melalui beberapa alternatif, misalnya dengan mengelompokkan beberapa unsur dan melakukan pengaturan warna atau proporsi objek yang berbeda. 

Prinsip penekanan atau pusat perhatian objek dałam suatu karya adalah objektivitas karya yang dibuat berdasarkan prioritas utama. Objek ułama dałam karya diciptakan agar lebih menonjol dari berbagai objek pendukungnya, seperti proporsi, bentuk, dan Pewarnaannya. Sementara iłu, dałam seni kriya, penciptaan suatu karya digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut. 

a. Objek ciptaan, yakni objek yang mendapatkan perhatian atau prioritas dan dominan karena akan dijadikan pusat perhatiannya (center of interest). 

b. Objek pendukung, yakni objek dalam bentuk-bentuk yang tidak sama persis dengan objek ciptaan karena sifatnya hanya sebagai pendukung objek ciptaan. 

c. Objek isian, yakni objek yang memberikan aksen terhadap objek ciptaan dan objek pendukung. Objek isian memberikan pola/motif pada medium karya untuk lebih memunculkan objek ciptaan.

4. Asas Variasi pada Tema (The Principle of Thematic Variaton)

Pada setiap karya seni, seniman akan menciptakan semacam tema tertentu dari karyanya, yang akan dikembangkan dan disempurnakan terus-menerus pada penciptaan karya-karya seni selanjutnya. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan kepuasan tetap dan tidak menimbulkan kebosanan. Jika setiap karya mengusung tema yang sama, tentu hal itu akan mengundang kebosanan di kalangan penikmatnya. Oleh karena itu, seniman harus memutar Otak dan menemukan ide cemerlang agar dapat menuangkan berbagai variasi tema dalam bentuk karya seni. Tema dari ide-ide yang baru dapat diwujudkan dengan adanya penyajian yang berbeda dari unsur garis, corak, warna, dan tekstur yang berbeda pada setiap karya seni yang dihasilkan. Tema yang terlalu banyak diulang atau repetitif akan terlihat monoton dan menunjukkan tidak adanya dinamika ide.

5. Prinsip Proporsi (The Principle of Proportion)

Proporsi adalah kesan perbandingan yang ideal (pantas atau sesuai) antara unsur-unsur objek satu dan yang lainnya dengan menggunakan pertimbangan matang dalam satu kesatuan unsur karya seni. Alasannya adalah penggambaran proporsi yang salah akan membuat karya seni terlihat janggal. Contohnya, penerapan prinsip proporsi dalam bentuk besar-kecilnya objek, luassempitnya latar lokasi objek, serta jarak panjang-pendek ataupun jauh-dekat antara objek ciptaan dan Objek pendukungnya. Dalam karya seni rupa, perbandingan proporsi ini mempertimbangkan hal-hal seperti medium gambar dengan objeknya. Sementara itü yang menjadi perbandingan proporsi dalam seni kriya adalah proporsi skala antara objek riil/aktual dan objek yang dijadikan sebuah karya. Contohnya, berdasarkan kondisi riil, objek berupa botol akan lebih tinggi daripada gelas dan piring akan lebih lebar daripada mangkok. Prinsip proporsi juga digunakan untuk membedakan objek ciptaan utama (tokoh), objek pendukung (figuran), dan objek isian (atar dan hiasan).

6. Prinsip Keselarasan (The Principle of Harmony) 

Prinsip keselarasan merupakan prinsip yang mengikat unsurunsur dalam keseluruhan prinsip keindahan. Dalam karya seni yang rumit, terkadang terdapat satu unsur yang memegang kedudukan yang paling penting. Prinsip keselarasan ini bertujuan memberikan kesan kesesuaian antara unsur yang satu dan unsur yang lain. Prinsip keselarasan juga disebut prinsip harmoni atau keserasian. Prinsip ini timbul karena adanya kesamaan, kesesuaian, dan tidak adanya pertentangan, meskipun unsurunsur penyusunnya berbeda. Contoh dari upaya penyelarasan unsur yang berbeda dapat ditemukan dalam penciptaan lukisan. Warna-warna tegas yang saling berlawanan dapat diselaraskan menggunakan warna pengikat, seperti warna putih. 

Keenam prinsip keindahan tersebut diharapkan menjadi prinsip-prinsip yang membentuk suatu logika tentang bentuk estetis (a logic of aesthetic form) dan memiliki tujuan Iain dari pembuatan karya seni itu sendiri, yakni untuk memberikan kepuasan batin bagi pencipta dan penikmatnya. Oleh karena itu, untuk bisa mencapai tujuan tersebut, seniman tidak hanya dituntut untuk menyajikan sebuah karya seni yang utuh, tetapi juga dituntut untuk menyusun komponen dari mediumnya sehingga menjadi sebuah karya seni yang memiliki nilai keindahan untuk dinikmati oleh penikmatnya. Contohnya, unsur-unsur dalam lukisan yang harmonis adalah susunan unsur dari penggambaran dari sudut pandang berbeda dari kondisi alam yang sebenarnya.


 Sumber : Sugiyanto, dkk. 2017. Seni Budaya untuk SMK/MAK Kelas X. Jakarta: Erlangga.


2 comments: