Tuesday, August 23, 2016

Kabudayaan: Tape Godong Ploso

TAPE “GODONG PLOSO” khas Blora

Pembungkus makanan tradisional pada umunya banyak menggunakan daun, daun pisang merupakan daun yang banyak dipakai pada kalangan masyarakat jawa sehingga banyak ditemukan makanan jawa yang menggunakan daun pisang sebagai pembungkus makanannya. Dari makanan bugis, nogo sari, hingga arem-arem semua menggunakan pembungkus daun pisang. Tak heran daun pisang menjadi pembungkus masal karena daunnya yang sangat lebar dan aman digunakan. Di daerah jawa juga tidak sulit ditumbuhi dengan tanaman pisang. Tetapi untu daerah Blora, bungkus makanan dapat menggunakan daun Ploso. Tape “godong Ploso merupakan tape khas daerah Blora yang mana pembungkusnya menggunakan daun Ploso.

Daun ploso
Daerah Blora yang pada dasarnya merupakan daerah tanah kapur, sehingga banyak sekali ditumbuhi pohon jati yang subur. Keadaan ini menjadi dominasi pada setiap kebudayaan di daerah Blora. Dengan adanya pohon jati, masyarakat Blora memanfaatkannya dalam berbagai hal mulai dari rumah, perkakas hingga makanan. Memang banyak makanan di daerah Blora yang menggunakan pembungkus makanan daun jati, namun hal ini tidak menjamin pada setiap makanan di daerah Blora sebab ada aturan-aturan tertentu dalam menggunakan daun jati ini. Untuk makanan jajanan tidak menggunakan daun jati lagi. Daun lain yang pohonnya tumbuh di daerah Blora dapat digunakan sebagai pembungkus makanan. Misalnya adalah daun Ploso atau dalam bahasa jawanya adalah godong “Ploso”.
Daun Ploso merupakan daun yang setiap tangkainya terdiri atas tiga lembar daun. Setiap daun ploso berbentuk lingkaran memuncak dan memiliki ruas sejajar. Dahulu di daerah Blora pohon dari daun ini banyak sekali tumbuh di seluruh daerah Blora. Namun kini hanya dapat dijumpai di tengah hutan saja.


Daun Ploso

PLOSO ( Butea monosperma) merupakan pohon Dhak or palas (Butea frondosais). Daun Ploso di ambil dari pohon Ploso itu sendiri.
Daun saat diambil


Pohon belum berbunga

Pohon sudah berbunga

Tumbuhan pohon Ploso ini juga memiliki bunga berwarna orange matang. Bunga Ploso ini dapat ditemui pada tumbuhan Ploso yang sudah menjadi pohon. Bunga Ploso bentuknya seperti api, sehingga tanaman Ploso yang dijumpai di hutan bunganya disebut api hutan.



Sejarah Tape “Godong Ploso”
Konon pada zaman dahulu ada seseorang yang melihat pohon Ploso, ia melihat daunnya hijau-hijau indah dan segar,
Ia kemudian berkata, “Godongne kok ayu-ayu”. (Daunnya kok cantik-cantik)
 Seseorang yang lain menjawab, “Iyo, nggo bungkus tape gen ndang cetak jodone”. (Iya, untuk bungkus tape biar dekat jodohnya)
Ahirnya daun ploso sejak saat itu digunakan sebagai bungkus tape ketan di Blora. Pada zaman dahulu seluruh masyarakat Blora ketika sedang mengadakan acara dan membuat tape selalu menggunakan daun Ploso sebagai pembungkusnya. Biasanya tape ini dijadikan satu tangkainya kemudian dipikul menggunakan bambu. Namun sekarang sudah jarang ditemukan, ditemukanpun hanya di daerah pedesaan yang jauh dari kota Blora.

Pembuatan Tape “Godong Ploso”
Dalam pembuatan Tape “Godong Ploso” sama saja dengan pembuatan tape-tape lainnya. Pembuatan tapai ini memerlukan kecermatan dan kebersihan yang tinggi agar singkong atau ketan dapat menjadi lunak karena proses fermentasi yang berlangsung dengan baik . Ragi adalah bibit jamur yang digunakan untuk membuat tapai. Agar pembuatan tape berhasil dengan baik alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan harus bersih, terutama dari lemak atau minyak. Alat-alat yang berminyak jika dipakai untuk mengolah bahan tapai bisa menyebabkan kegagalan fermentasi. Air yang digunakan juga harus bersih ; menggunakan air hujan bisa mengakibatkan tapai tidak berhasil dibuat. Berikut bahan untuk membuat tape:
1.Beras Ketan
2.Ragi
3.Air
Cara membuat:
1.Siapkan beras ketan
Beras ketan merupakan bahan dasar utama dari tape ketan. Sebelum mengolah beras ketan menjadi makanan hendaknya di bersihkan dahulu dengan cara memilah-milah bila ada kotoran seperti halnya jika membersihkan beras. Baru setelah itu dicuci bersih dengan air.


2.Rendam beras ketan
Setelah beras ketan menjadi bersih maka rendamlah beras ketan dengan di dalam air selama kurang lebih 1 malam.

3.Kukus ketan
Dalam pembuatan tapai ketan, beras ketan perlu dimasak dan dikukus terlebih dahulu sebelum dibubuhi ragi. Setelah direndam semlman, cuci kembali beras, tiriskan kemudian kukus krg lbh 10 menit. Caranya, panaskan air dalam dandang, tunggu hingga airnya mendidih kemudian baru masukkan ketan di atas kukusan.


Setelah itu angkat, cuci lg beras kukusan tadi, tiriskan. Kukus lg beras sampai matang krg lbh 20 menit. Angkat, masukkan di wadah lebar sprt tampah/nampan. Di ratakan (bs jawa : di leeer) dgn ketinggian krg lbh 1 - 1,5 cm, tunggu dingin.
4.Sambil menunggu dingin siapkan ragi, haluskan dgn sendok lalu diayak.
Setelah dingin taburkan ragi scr merata.Diamkan sebentar.


Untuk pewarnaan, diwarnai ada yang tidak. Biasanya orang Blora pada zaman dahulu menggunakan pewarna alami menggunakan daun Suji atau daun Babing. Caranya daun Babing diperas dengan air sehingga mendapatkan extact warna hijau kemudian baru dicampur dengan ketan.




5.Bungkus Tape
Sebelum didiamkan dalam proses fermentasi, bungkus tape terlebih dahulu dengan menggunakan daun Ploso. Porsi ketan yang dibungkus tidak terlalu banyak, hanya beberapa sendok saja per bungkus tergantung pada lebar daun. Daun-daun ini tentunya sudah dibersihkan terlebih dahulu dengan cara di lap menggunakan serbet. Pembungkusan pada daun Ploso ini satu-persatu dalam setiap tangkainya. Caranya:
-Siapkan daun Ploso dengan posisi permukaan daun di bawah karena biasanya bagian bawah daun adalah bagian yang digunakan.


-Telakupkan daun dari sisi-sisi yang melebar terlebih dahulu dari sebelah kanan dan kiri, kemudian baru telakupkan sisi-sisi yang memanjang. Sehingga diperoleh telakupan daun yang saling menutup seperti halnya ketika membungkus mengggunakan daun pisang.

Sematkan “biting” atau potongan lidi pada bagian ujungnya (bagian yang dekat dengan tangkai daun Ploso. Sematannya agak longgar sisakan utk ruang udara.
-Bungkus pada setiap daun sehingga, setiap tangkai daun Ploso memiliki 3 bungkusan tape.

6.Proses fermentasi
Dalam proses fermentasi cukup diamkan saja dalam 2 -3 hari. Namun dalam proses ini, ketan-ketan yang dibungkus daun tersebut perlu dimasukkan dalam ruang tertutup, seperti dimasukkan dalam kardus atau kantong plastik. Agar suhunya sesuai untuk proses fermentasi.
7.Penyajian
Setelah didiamkan selama beberapa hari, ketan-ketan yang terbungkus daun tersebut menjadi tape. Tape biasanya disajikan diatas meja di dalam piring.



Penyajian

Penyajian tape ketan Blora ini dibungkus dengan daun ploso dengan tangkai daun yang masih dibiarkan menempel, sehingga tape ketan ini memiliki tangkai disetiap buahnya. Satu tangkai bisanya berisi tiga buah tape yang terbalut daun ploso, sehingga nampak bergerombol tiga-tiga. Sekali mengambil tangkainya, tiga buah tape dapat terambil.


Satu tangkai yang terdiri dari tiga buah tape ini disebut dengan gombyok-an. Namun ada pula yang membungkus tape ini dengan cara menyatukan tiga buah daun ploso dalam satu tangkai menjadi satu, sehingga setiap satu tangkai hanya terdapat satu bungkus tape ketan. Setiap tangkai ini tidak disebut gombyok–an lagi namun disebut dengan kanthil. Jika tiap tangkai ini disatukan maka baru bisa disebut dengan gombyok-an. Karena gombyok-an pada dasarnya memiliki arti mengelompok atau bergerombol. Penyajian dengan cara seperti ini sudah lama ada di Blora., tujuannya tidak begitu banyak yang tau. Menurut salah satu warga di Blora mengatakan bahwa penampilan tape yang bergerombol ini lebih menarik dan terlihat banyak. Meskipun isi dari setiap bungkusnya sedikit namun terlihat menyenangkan ketika di bawa bergerombol.

Makna dalam Tape “Godong Ploso”
Menurut salah satu masyarakat Blora, penggunaan daun Ploso merupakan “coro nggunung” atau caranya orang-orang daerah pegunungan, memang pada umunya pantasnya orang nggunung menggunakan cara seperti itu. Dalam hal ini orang daerah pegunungan masih dianggap sebagai orang terpencil atau masih sangat desa. Sehingga masyarakat Blora yang sudah agak modern tidak lagi menggunakan daun Ploso sebagai pembungkus makanan. Memang, pada zaman dahulu hampir di seluruh daerah Blora orang-orang menggunakan daun Ploso ini sebagai pembungkus makanan sehingga di setiap daerah di Blora orang-orang mengetahuinya. Namun seiring perkembangan zaman penggunaan daun Ploso ini jarang ditemukan, jika ada hanya pada masyarakat pedesaan saja. Tidak hanya dari faktor perkembangan zaman saja, selain itu daun Ploso hanya bisa didapatkan di hutan. Pertumbuhan pohon Ploso tidak sebanyak pada zaman dahulu, sehingga pada masa sekarang jika orang ingin menggunakan daun Ploso sebagai pembungkus makanan harus mencari di hutan. Tidak berada di langsung di dalam hutan, di pinggir jalan pada daerah pedesaanpun masih ditemukan pohon Ploso, hanya saja pohon ini tidak serindang pohon Ploso yang dimaksud masyarakat zaman dulu. Untuk mendapatkan daun Ploso yang bagus yakni pohon yang tumbuh subur di dalam hutan sebab daunnya besar-besar dan lebar-lebar.
Meskipun di Blora banyak daun jati, namun kebanyakan daun jati tidak digunakan sebagai pembungkus jajanan. Orang-orang  Blora mengatakan masing-masing daun memiliki fungsinya sendiri-sendiri. Daun jati biasa digunakan untuk membungkus nasi yang ditujukan pada saat orang meninggal, maka tidak baik jika membungkus tape ketan atau jajanan lain menggunakan daun jati, orang akan menyangka mendoakan meninggal. Sedangkan daun ploso sendiri memiliki makna agar cepat mendapatkan jodoh. Hal ini ditangkap dari makna simbolis daun ploso yang mana daunnya hijau-hijau segar terlihat ayu (cantik).

Tape “Godong Ploso” merupakan salah satu tape yang unik. Dengan penyajian dan pembungkusan yang bergerombol menjadikan tape ini menarik untuk dinikmati. Tetapi kini sudah jarang ditemukan di daerah Blora, jika banyak masyarakat yang tetap melestarikan mungkin tape “Godong Ploso” ini akan tetap ada sebagai ciri khas makanan tape daerah Blora.

Sumber Pustaka:
-http://id.wikipedia.org/wiki/Tapai
-http://resep.galaxishop.com/dadar-gulung-tape.html/
-http://industryjaya.blogspot.com/2010/10/tape-indonesia.html
-http://mamah-ella.blogspot.com/2011/03/bahan-1-kg-ketan-putih-rendam-semlm-2.html
-http://www.indotravelers.com/jawa-barat/kuningan/kuniler-makanan-khas-kuningan.html
-http://dedauananobattanaman.blogspot.com/2009/01/ploso-butea-monosperma.html
Sumber Gambar:
-http://raswono.wordpress.com/makanan-khas/
-http://www.haryana-online.com/Flora/dhak.htm
-http://toptropicals.com/cgi-bin/garden_catalog/cat.cgi?uid=Butea_monosperma 
-http://srivaishnavam.wordpress.com/2007/10/page/2/
-http://www.delhitrees.com/2009/09/dhak-butea-monosperma.html
-http://www.types-of-flowers.org/flame-of-the-forest.html
-http://dapurmbakasri.blogspot.com/2007/10/tape-ketan-bungkus-daun-jambu.html
-http://wb3.itrademarket.com/pdimage/39/1566039_abcd0019.jpg
-http://farm4.static.flickr.com/3498/3460092939_895d32af8c.jpg
-http://dapurmbakasri.blogspot.com/2007/10/tape-ketan-bungkus-daun-jambu.html
-http://ndukrin.blogspot.com/2010/10/kabupaten-brebes-penghasil-telur-asin.html
-http://diarysitukanggowes.blogspot.com/2010/07/wisata-kuliner-purwakarta-tape-bungkus.html
-http://archive.kaskus.us/thread/5293153
-http://woman.kapanlagi.com/kuliner/icip-icip/8703-jajanan-simpel-nan-nikmat-sepanjang-masa.html
-http://regional.kompas.com/read/2010/09/08/19534819/Utamakan.Bahan.Lokal
-http://delisouz.blogspot.com/2011/04/cara-membuat-tape-ketan-hijau.html
-http://bintangtary.multiply.com/journal/item/217
-http://www.pawonomah.tk/2010/05/tape-ketan-tupperware.html
-http://ichenkitchen.blogspot.com/2010/08/tape-ketan.html
-http://regional.kompas.com/read/2008/10/07/12075644/Tape.Ketan.
-http://fiksi-ku.blogspot.com/2010/07/search_8093.html
-http://dapurpunyaku.blogspot.com/2010/02/es-tape-ketan-hitam.html
http://mamieksyamil.multiply.com/recipes/item/107/Tape_Ketan_Hitam_dan_Tape_Hijau
-http://kumpulanresep-masakan.blogspot.com/2011/03/es-puding-tape-hijau.html
-http://refinpuding.blogspot.com/2010/08/puding-kopyor-tape-ketan.html
-http://v-recipes.blogspot.com/2005/09/puding-tape-hijau.html
-http://a-spoonfull-of-sugar.blogspot.com/2011/02/bobotok-tape-pisang.html



No comments:

Post a Comment