Tuesday, August 23, 2016

Perencanaan pengembangan kebudayaan

Salah satu contoh Perencanaan Pengembangan Budaya:

Wayang Krucil di Kabupaten Blora

I. Latar Belakang

Kebudayaan merupakan aset milik bangsa yang berharga dan tidak dapat diperjual belikan. Kebudayaan tercipta oleh masyarakat dan terwujud dalam bentuk kesenian, Blora menyimpan berbagai macam kebudayaan yang dimana tidak semua orang mengetahui akan hal itu. Kebanyakan orang hanya mengetahui nama kebudayaan saja namun kurang mengetahui bagaiaman seluk beluknya.
Kebudayaan yang paling khas di kota Blora adalah kebudayaan seni barongan, upacara sedekah bumi, tayuban, kentrung, dan yang paling langka adanya adalah wayang krucil. Pengetahuan akan budaya inipun tidak banyak diketahui oleh masyarakat Blora, masyarakat kota pada khususnya hanya mengetahui nama dan pertunjukannya saja. Jarang ada yang mengetahui sejarahnya, atau bahkan bagaimana cara membuat pernak perniknya. Seperti Wayang krucil yang memang masih ada di Blora, namun sangat jarang sekali apalagi dalam wilayah kabupaten. Kesenian wayang krucil sebagai bentuk kebudayaan Blora ini sepertinya kurang berkembang akibat perhatian dan pengetahuan masyarakat yang kurang. Wayang krucilpun hanya ada pementasannya pada saat-saat tertentu saja ,itupun ada di daerah pedesaan.
Beberapa masyarakat Blora menyatakan bahwa pewaris wayang Krucil ini sulit ditemukan karena minat masyarakat yang kurang. Untuk itu pengembangan terhadap kesenian wayang krucil perlu dilakukan oleh masyarakat Blora. Pengembangan kesenian wayang krucil ini dapat ditempuh. Namun muncul pertanyaan, bagaimana pengembangan kebudayaan seni wayang Krucil di kabupaten Blora ini?
Setelah mengetahui berbagai penjelasan mengenai kedudukan wayang Krucil di kabupaten Blora, bagaimana pengembangan kebudayaan seni wayang Krucil di kabupaten Blora untuk itu perlu diketahui dan dilaksanakan. Sehingga jika kesenian wayang Krucil mendapatkan perhatian, Wayang Krucil akan berkembang dinamis dan tidak statis, pengetahuan kebudayaan seni wayang Krucil kabupaten Blora tidak akan berhenti karena perkembangan zaman. Apresiasi masyarakat kabupaten Blora akan bertambah terhadap kebudayaan seni wayang Krucil melalui generasi muda yang telah mendapatkan pendidikan mengenai keseni rupaan.

II. Perencanaan Pengembangan Wayang Krucil

2.1. Wayang Krucil
Kesenian wayang Krucil merupakan wujud dari kebudayaan daerah Blora yang kini kedudukannya hampir punah. Tak banyak ditemukan pertunjukan wayang Krucil di kabupaten Blora akibat perkembangan zaman dan waktu yang tak mempedulikan kebudayaan lokal tradisional milik Blora. Bahkan, bentuk wayang Krucilpun jarang ditemui di kabupaten Blora, hal ini tentu dipengaruhi oelh banyak faktor. Selain kurangnya perhatian terhadap kesenian ini, pembuat wayang Krucilpun semakin jarang sehingga hanya orang tertentu yang masih memilikinya. Akibatnya masyarakat kabupaten sendiri hanya jika mendengar kata wayang Krucil bertanya-tanya seperti apakah wayang Krucil itu.

Wayang Krucil koleksi museum Mahameru Blora
(http://jv.wikipedia.org/wiki/Kabupat%C3%A8n_Blora)
Secara frekuentatif wayang Krucil sangat jauh menurun dibandingkan dengan masa kejayaan dahulu. Dalang wayang Krucil seperti Sarmin Pateh (66) yang tinggal di Dukuh Dluwangan, Kelurahan Kauman, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora, menuturkan, pada Jumat 16 Oktober 2009 baru saja mendapat tanggapan dari Pak Lurah Weru, kecamatan setempat (http://sijokolelur.multiply.com /journal/item/1/WAYANG_KRUCIL_). Hal ini menunjukkan, masyarakat di Blora masih memberikan perhatian terhadap olah gerak dan cerita dari tokoh-tokoh wayang yang terbuat dari kayu dan berbentuk pipih tersebut. Masih ada jejak apresiasi itu, hanya masyarakat perlu mengembangkannya saja.
Untuk mengetahui secara jauh mengenai wayang Krucil berikut penjelasannya dari berbagai sumber:
1). Sejarah
Wayang yang berkembang di Jawa Tengah bagian timur ini merupakan sarana syiar Islam (http://www.maha meru.indoco.co.cc/ content/view/16/1/). Wayang krucil pertama kali diciptakan oleh Pangeran Pekik dari Surabaya dari bahan kulit dan berukuran kecil sehingga lebih sering disebut dengan Wayang Krucil. Wayang ini dalam perkembangannya menggunakan bahan kayu pipih (dua dimensi) yang kemudian dikenal sebagai Wayang Klithik (http://museummahamerublora.blogspot.com/2010/07/ wayang-krucil.html).
2). Bentuk
Bentuk wayang Krucil berbeda dengan wayang kulit namun hampir sama dengan wayang golek. Terbuat dari kayu sehingga nampak timbul namun lebih pipih dibandingkan dengan wayang Golek. Wayang Krucil tidak memiliki rincian yang rumit dan berlubang, maka pementasan dilakukan tanpa layar. (http://www.ilusa.net/newsletter/berita.php?id=100).
Wayang krucil terbuat dari kayu (untuk badan wayang) dan kulit (untuk tangan wayang).Namun di daerah Jawa Tengah, wayang Krucil memiliki bentuk yang mirip dengan wayang Gedog. Tokoh-tokohnya memakai dodot rapekan, berkeris, dan menggunakan tutup kepala tekes (kipas). Sedangkan, di Jawa Timur tokoh-tokohnya banyak yang menyerupai wayang Kulit Purwa , raja-rajanya bermahkota dan memakai praba. Di Jawa Tengah, tokoh-tokoh rajanya bergelung Keling atau Garuda Mungkur saja. http://museum mahamerublora.blogspot.com/2010/07/wayang-krucil.html
 (http://gledhek-akuvet.blogspot.com/2009/05/wayang-kucil-blora.html)

3). Pementasan
Peralatan pementasan adalah kotak, cempala (untuk memukul kotak) dan gamelan bernada slendro yang terbatas tanpa kelir. Wayang ditancapkan tidak pada gedebog pisang tetapi pada kayu atau bambu panjang yang berlubang-lubang (slanggan). Setiap adegan diiringi dengan tembang (lagu) macapat yang dinyanyikan oleh dalang. Pementasan biasanya berlangsung siang hari antara 10.00 dan 16.00 untuk acara penting seperti kaulan (mengucapkan terima kasih pada Tuhan), pernikahan, dan khitanan. Tetapi sekarang pementasan wayang krucil sangat jarang (http://www.ilusa.net/newsletter/berita .php?id=100).
Sedangkan gamelan yang dipergunakan untuk mengiringi pertunjukan wayang ini amat sederhana, berlaras slendro dan berirama playon bangomati (srepegan). Namun, ada kalanya wayang krucil menggunakan gendhing-gendhing besar (http://museummahamerublora.blogspot. com/2010/07 /wayang-krucil.html). Gending dan suluk hampir sama dengan wayang purwa, hanya saja irama krucilan yang mirip iringan barongan lebih mendminasi. Uniknya bisa terjadi dialog antara penonton dan dalang. (http://gledhek-akuvet.blogspot.com/2009/05/wayang-kucil-blora.html).
4). Tradisi
Dahulu kala, bila ada suatu pageblug (wabah penyakit) di suatu desa maka penduduk desa tersebut beramai-ramai mengadakan pentas wayang Krucil untuk memohon kesembuhan kepada Yang Kuasa agar diberikan keselamatan dan dibebaskan dari wabah penyakit (http://sijokolelur.multiply.com/journal/item/1/WAYANG_KRUCIL_). Selain itu wayang Krucil juga ditampilkan sebagai ungkapan syukur atas pemberian Sang Pemberi Hidup itu sebagai Manganan Janjang yang dimulai pada malam Jumat Pon di rumah kepala desa (http://www.mail-archive.com/kebudayaan@yahoogroups. com/msg00307.html).
5). Kisah dan Lakon
Menurut Gatot Pranoto, ketua Yayasan Mahameru, seni pertunjukan ini bukan hanya ada di Blora namun kisah cerita yang dilakonkan tengah membentuk ciri khas yang hanya bisa ditemukan di Blora. (http://www.ilusa.net/newsletter/ berita.php?id=100). Cerita yang dipakai dalam wayang krucil umumnya mengambil dari zaman Panji Kudalaleyan di Pajajaran hingga zaman Prabu Brawijaya di Majapahit. Namun, tidak menutup kemungkinan wayang krucil memakai cerita wayang purwa dan wayang menak, bahkan dari babad tanah jawa sekalipun. http://museummahamerublora.blogspot.com/2010/07/ wayangkrucil.html).
Wayang Krucil yang berkisah tentang roman zaman Majapahit akhir yaitu Damarwulan dan Kencanawungu. "Langen Driya" menjadi salah satu lakon wayang krucil. (http://www.mahameru.indoco.co.cc/ content/view/16/1/). Roman Damarwulan-Kencanawungu itu mengambil latar belakang Kerajaan Majapahit di masa pemerintahan Handayaningrat atau Brawijaya III. Roman itu terbagi menjadi tujuh lakon yang berkesinambungan. (http://www.mahameru.indoco.co.cc/ content/view/16/1/).
Lakon-lakon pada roman Damaewulan-Kencanawungu adalah "Jumenenganipun Dewi Kencanawungu", "Pejahipun Ronggolawe", "Gunjaran", "Pejahipun Menakjingga", "Ratu Wandhan Dhateng Majapahit", "Damarwulan Jumeneng Nata", dan "Panji Wulung Dhateng Majapahit" (http://www.mahameru.indoco.co.cc/content /view/16/1/).
Pada acara seddekah bumi, biasanya melakonkan ”Mbedah Nagari Makadam, lakon itu berkisah tentang pertentangan antara pemeluk agama Nasrani dan Islam yang berakhir dengan perdamaian. Dalam pertunjukan itu, wayang krucil simbol leluhur desa dan abdi dalemnya, yaitu Kiai Brajal, Kiai Kuripan, Nyai Sekintir, Semar, dan Bletik, mendapat penghormatan khusus (http://www.mailarchive. com/kebudayaan@yahoogroups.com/msg00307.html).
6). Makna
Dalang wayang krucil Desa Janjang, Supangkat, mengatakan, persaudaraan Jati Kusuma dan Jati Suworo merupakan simbol kesatuan antara hati, suara, dan tindakan. Kata kusuma berarti ’hati’, sedangkan suworo itu ’sesuatu yang keluar dari manusia’, yaitu suara dan tindakan (http://www.mail-archive.com/kebudayaan@yahoo groups.com/msg00307.html).
7). Dalang yang ada di Blora
Dalang seperti Mbah Sardi Patmowiyono (72) adalah dalang yang memainkan wayang krucil sejak tahun 1951 Dukuh Ngampon Wetan, Desa Beran, Kecamatan Blora (http://gledhek-akuvet.blogspot.com /2009/05/wayang-kucil-blora.html).

2.2. Yang Akan Dikembangkan dalam Kebudayaan Wayang Krucil
Wayang Krucil memiliki bentuk unik dan cara pembuatan yang mudah. Dari sisi ini dapat dilakukan pengembangan dari bentuk-bentuk wajah dan ornamen pakaian yang digunakan oleh Wayang Krucil. Apalagi pada masa sekarang dimana Blora sedang membuat corak batik baru dapat digunakan dalam motif baju Wayang Krucil. Pembuatan bentuk wajah yang dimiripkan pada seorang tokoh di Blorapun dapat menjadi gagasan yang menarik. Dengan kelengkapan pengembangan bentuk dan gagasan Wayang Krucil ini akan berpengaruh pula pada proses pertunjukan. Tentunya kelanjutan dari pertunjukan Wayang Krucil akan menjadi lebih berbeda dan mendapat perhatian lagi. Apalagi jika cerita dari pertunjukan ini dikaitkan dengan keadaan yang sedang terjadi di kota Blora.
2.3. Cara Pengembangan
Pengembangan kesenian Wayang Krucil ini, dapat dilakukan dengan mempopulerkan kembali kesenian ini kepada masyarakat. Dengan adanya lomba dan iming-iming hadiah akan menggugah minat masyarakat setempat untuk mengikuti pembuatan Wayang Krucil. Apalagi setelahnya, karya buatan masyarakat Blora akan dipamerkan di Sasana Bakti yang terletak tidak jauh dari pusat kota. Selain itu, penggunaan wayang yang sudah dibuat akan menjadi pertunjukan yang lebih bermakna pada masyarakat Blora.
Tentu tidak banyak masyarakat kabupaten Blora yang mengetahui mengenai teknik dalam pembuatan Wayang Krucil. Oleh karena itu sebelum melakukan bentuk-bentuk pengembangan terhadap kebudayaan ini, maka perlu diadakan pengenalan sekedar membuka apresiasi masyarakat. Kegiatan apresiasi seni bertujuan untuk mengembangkan kesadaran, pemahaman, dan penghargaan terhadap karya seni, yang dilakukan melalui pengamatan dan pembahasan karya seni. Dengan menampilkan Wayang Krucil berikut proses pembuatannya maka masyarakat akan tertarik terlebih dahulu. Hal ini akan menambah pengetahuan masyarakat tentang Wayang Krucil. 
Proses apresiasi ini berlangsung seiring dengan dimulainya lomba membuat Wayang Krucil. Bentuk dasar wayang sudah disediakan agar peserta lomba tidak merasa kesulitan. Selain itu, pengembangan yang dilakukan hanya pada bentuk wajah dan ornamen yang digunakan wayang. Dengan adanya pengembangan pada hal bentuk, ornamen dan pertunjukan Wayang Krucil akan menjadi variasi yang cukup untuk menarik minat masyarakat Blora. Dengan adanya keterlibatan pembuatan Wayang Krucil oleh masyarakat Blora sendiri ini akan memberikan kemahiran tersendiri bagi masyarakat mengenai oembuatan wayang yang khas ini. 
Kegiatan membuat karya seni Wayang Krucil melalui lomba, dengan menggunakan teknik dan corak yang ada di kabupaten Blora. Wayang Krucil yang terbuat dari kayu yang berbentuk pipih dapat menggunakan kayu khas daerah Blora yaitu kayu jati. Namun dalam pengembangannya bisa menggunakan jenis kayu lain sesuai dengan kreativitas masing-masing. Mula-mula, kayu yang sudah ada dipotong dan dibuat papan agak tebal dengan ketebalan 2 -3 centimeter, tidak sama dengan ketebalan wayang kulit yang sekitar 3 milimeter. Setelah itu, papan kayu diberi gambar, gambar inipun tidak harus sama persis dengan gambar wayang Krucil yang sudah ada. Kemudian kayu diukir dan diberi cat sesuai tokoh wayang yang akan dibuat (lihat http://xinacute. blogspot.com/2010/03/wayang-krucil-nganjuk-asing-di-daerah .html). 
Dengan melaksanakan pembuatan Wayang Krucil, masyarakat akan mengetahui betul bagaimana proses pembuatan hasil kesenian wayang Krucil di daerah Blora dengan mudah dan dapat mengembangkannya dengan lebih kreatif melalui pengalaman berkarya. Selain itu, dengan adanya kegiatan0kegiatan tersebut sikap masyarakat akan jauh lebih menghargai dan memaknai Wwyang Krucil.



2.4. Sasaran
Sasaran dari kegiatan pengembangan wayang krucil ini adalah masyarakat luas pada umumnya dan masyarakat Blora pada khususnya. Dengan adanya pertunjukan yang unik dari wayang krucil ini akan menambah apresiasi dari masyarakat. Selain itu, jika menuai hasil yang baik, maka wayang krucil akan mendapat perhatian oleh pemerintah kabupaten Blora dan mendapatkan pendanaan dalam pengembangannya lebih lanjut. Selain itu, para tokoh Budaya yang ada di daerah Blora juga menjadi sasaran dari kegiatan ini. Dengan pemberian suara dari tokoh kebudayaan di Blora akan memberikan penguatan pada masyarakat betapa berharganya kesenian Wayang Krucil ini. Meskipun Wayang Krucil telah ada beberapa yang disimpan dalam museum, namun kemungkinan dengan adanya trobosan kreatif dari masyarakat Blora akan mendapat perhatian dari museum Mahameru yang menjadi museum kota Blora.
Masyarakat Blora yang terdiri atas banyak pihak yaitu dari kalangan anak-anak hingga orang tua merupakan pengembangan yang ditujukan secara menyeluruh untuk masyarakat Blora. Maka daerah kabupaten Blora merupakan lokasi yang sangat tepat dalam pengembangan kebudayaan Wayang Krucil ini. Meskipun pelaksanaan kegiatan ini hanya beberapa hari namun diharapakan dampaknya akan berlangsung lama dan mendapatkan interaksi dari masyarakat secara terus menerus. Sehingga dalam jangka waktu sekitar satu bulan, Wayang Krucil menjadi populer di kalangan masyarakat Blora. Apalagi dengan kreatifitas masing-masing orang dapat mempertahankan eksistensi dari Wayang Krucil ini. Dengan terjadinya hal ini, Wayang Krucil tidak akan berhenti sejenak dalam kenangan namun akan terus berkembang dan bertahan seiring bergantinya zaman.
2.5. Waktu dan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan lomba dan pertunjukan wayang krucil ini akan memakan waktu selama 2 minggu, namun persiapannya yang memakan waktu cukup lama. Kegiatan persiapan dilaksanakan selama satu bulan demi mencapai hasil yang diharapkan. Untuk lebih jelasnya, perincian pembagian waktu dan kegiatan adalah sebagai berikut:
No. Kegiatan Waktu Pelaksanaan Lokasi
A Kegiatan awal (persiapan)
1 Kepanitiaan 5-7 Desember 2012 Museum Mahameru
2 Survei lapangan 8-15 Desember 2012 Alun-alun kota Blora, Sasana Bakti
3 Perijinan kegiatan 16-23 Desember 2012 Pemerintah kabupaten Blora
4 Pencarian dana dan sponsor 24-11 Desember 2012 Berbagai tempat
5 Publikasi 5-12 Desember 2012 Daerah kabupaten Blora
6 Persiapan kegiatan 13-14 Januari 2012 Alun-alun kota Blora
B Kegiatan Inti
1 Pembukaan Lomba 15 Januari 2012 Alun-alun kota Blora
2 Pelaksanaan Lomba 15 Januari 2012 Alun-alun kota Blora
3 Pameran 16-18 Januari 2012 Sasana Bakti
4 Pertunjukan Wayang Krucil 21 Januari 2012 Alun-alun kota Blora
C Kegiatan ahir
Kebersihan 21 Januari 2012 Alun-alun kota Blora


III. Penutup

Dengan mengembangkan wayang krucil sebagai pengembangan kebudayaan dari kesenian daerah Blora, maka wayang krucil tidak akan menuai kepunahan. Pengembangan ini akan banyak bermanfaat bagi masyarakat Blora dan masyarakat di luar kota Blora dengan memberikan banyak masukan dalam bidang kesenian.
Sebaiknya pelaksanaan pengembangan kebudayaan seperti ini perlu sering dilaksanakan sesuai dengan kebudayaan yang ada pada setiap kota. Sehingga masyarakat mengetahui dan ikut berpertisipasi dalam kebudayaan yang ada di tempat tinggal masing-masing. Dengan begitu tidak ada seorangpun yang tidak mengenal kebudayaan yang dipunyaisehingga memiliki potensi untuk mempertahankan dan mengembangakan menjadi lebih kreatif lagi.

Sumber Pustaka

Abdurahman, palopo. “Wayang Krucil Nganjuk Asing Di Daerah, Dikenal Di Jerman (KENAPA???)”. 2010 http://xinacute.blogspot.com/2010/03/wayang -krucil-nganjuk-asing-di-daerah.html
Jokomono. “Wayang Krucil di Blora”. 2008 http://www.suaramerdeka. com/smcetak/index.php?fuseaction=beritacetak.detailberitacetak&id_beritacetak=15930
Sedyawati, Edi. “Pengembangan Kebudayaan di Indonesia Melalui Vitalisasi Kebudayaan Daerah”. http://www.wacananusantara.org/2/761/pengem bangan-kebudayaan-di-indonesia--melalui-vitalisasi-kebudayaan-daerah
“WAYANG KRUCIL”. 2009 http://sijokolelur.multiply.com/journal/item/1/WA YANGKRUCIL_
Wibowo, Mulyanto Ari. “Seni Blora di Persimpangan”. 2008.http://www.suaramerdeka.com/smcetak/index.php?fuseaction=beritacetak.detailberitacetak&id_beritacetak=43480
Yenny. “Kasanah Wayang Krucil”. 2007 http://www.ilusa.net/newsletter/ berita.php?id=100

No comments:

Post a Comment