Tuesday, August 23, 2016

Seni Rupa Terapan Nusantara


Apresiasi terhadap keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan Nusantara
    Pengertian apresiasi
Sikap apresiasi merupakan sikap menghargai suatu karya seni secara kritis sesuai dengan kaidah-kaidah yang berkaitan.

        Kaidah-kaidah Apresiasi
Sikap apresiasi perlu dilandasai kaidah-kaidah dari seni yang diapresiasi agar menjadi bersifat objektif.
Kaidah-kaidah tersebut terdiri dari kaidah teknis yaitu mencangkup unsur-unsure seni rupa dan prinsip-prinsip seni rupa, serta kaidah non teknis yang mencangkup sejarah, filosofi, dan sebagainya.

    Pengertian seni rupa terapan Nusantara
Seni terapan/seni pakai (applied art) adalah karya seni rupa yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan praktis. Contohnya yaitu seni arsitektur, keramik, baju, sepatu dan sebagainya.
Nusantara merupakan wilayah kesatuan negara republik Indonesia, sehingga seni rupa terapan nusantara merupakan seni pakai yang terdapat di daerah-daerah Nusantara.
(Daerah Nusantara dalam konteks luar daerah setempat)

    Contoh beberapa daerah Nusantara yang terdapat karya seni rupa terapan beserta seni terapannya:
      1. Tana Toraja
Seni arsitektur pada bangunan rumah Toraja yang unik dan menarik sebab bentuk dan ragam hias khas milik Toraja.
Seni kerajinan berupa pernak-pernik kalung dan aksesoris sebagai perlengkapan baju adat Toraja
Seni Tenun Toraja
Keistimewaan kain tenun Toraja adalah corak dan warnanya yang khas, berbeda dari kain tenun dari daerah lain di Indoneisa. Selain itu, bahan kainnya kuat namun tetap halus dan indah.
Pengrajinnya banyak ditemui di Tanah Toraja bagian Utara. Sampai sekarang para pengrajin tenun Toraja masih menggunakan alat tenun yang tradisional.
Alat tenun yang dipakai terbuat dari bahan kayu dan batang bambu. Selain pengrajin tenun, di Toraja Utara juga banyak terdapat  pengrajin pemintal benang. Alat pintal benang yang digunakan juga masih tradisional terbuat dari bahan kayu.
Kain tenun Toraja yang sudah jadi dapat dibuat menjadi beragam kerajinan seperti baju, kain, tas, taplak meja, dan lain sebagainya.
Kain tenun Toraja dapat dikenali dari motif, warna dan tekstur kainnya. Motif yang sering dibuat adalah motif garis-garis vertikal, burung, dan bunga. Sedangkan warna yang digunakan biasanya warna-warna gelap seperti hitam, cokelat, biru tua, dan merah. Tekstur kainnya ada yang halus dan ada juga yang agak kasar.
upacara adat dan panen
Kadang-kadang kain tersebut diwariskan sebagai benda pusaka secara turun temurun di kalangan keluarga. Kain yang diperoleh dengan cara barter ini hanya dimiliki oleh kalangan bangsawan dan sebagainya.
Toraja juga mengenal 4 warna dasar yang selalu ada di Tongkonan:
1. Kuning perlambang kebesaran seperti matahari (akbar)
2. Merah Perlambang darah atau kehidupan
3. Putih perlambang kesucian
4. Hitam perlambang Kedukaan

sumber: http://korantoraja.files.wordpress.com/2008/12/ukiran-toraja2.jpg      
Sumba NTT
Arsitektur
Rumah adat orang Sumba merupakan rumah panggung dengan 3 fungsi.
Bagian paling atas yaitu pada atap berfunsi sebagai lumbung (biasanya jagung)dan juga untuk menyimpan benda-benda pusaka. Bagian tengah sebagai rumah tinggal sedangakan bagian bawah lantai digunakan sebagai kandang ternak. Pada rumah kepala suku yang kami datangi mempunyai koleksi tanduk kerbau yang cukup banyak. Tanduk kerbau disini fungsinya tidak jauh beda dengan di daerah Toraja yaitu sebagai lambang status sosial di masyarakat. Bangunan ini mempunyai 4 tiang utama. Tiang ini menggunakan kayu yang cukup besar bernama kayu “Masela“.

Tenun Sumba
Bagian terpenting dari perangkat pakaian adat Sumba terletak pada penutup badan berupa lembar-lembar besar kain hinggi untuk pria dan lau untuk wanita. Dari kain-kain hinggi dan lau tersebut, yang terbuat dalam teknik tenun ikat dan pahikung serta aplikasi muti dan hada terungkap berbagai perlambangan dalam konteks sosial, ekonomi serta religi suku sumba. Busana pria Sumba terdiri atas bagianbagian penutup kepala, penutup badan dan sejumlah penunjangnya berupa perhiasan dan senjata tajam.
warna kain tenun Sumba juga sedikit banyak dipengaruhi oleh lokasi. Di Sumba Timur, biasanya kain tenun berwarna dasar hitam dengan motif berwarna, sementara di Sumba Barat, kain tenun berwarna dasar biru tua dengan motif berwarna.
Pada masa yang lampau warna kain Tenun Sumba terbatas pada warna-warna gelap seperti hitam, coklat dan merah tua yang berasal dari zat warna nabati seperti tauk, mengkudu, kunyit dan tanaman lainnya. Sementara untuk benang menggunakan warna putih, kuning langsat dan merah maroon. Meskipun sudah mulai banyak memakai pewarna kimia yang lebih tahan luntur, tahan sinar dan tahan gosok, namun beberapa pengrajin masih tetap menggunakan zat warna nabati dalam proses pewarnaan benang sebagai konsumsi adat, dan untuk ketahanan masih digunakan minyak dengan zat lilin.
Motif kain tenun Sumba, benar-benar menjadi simbol dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Terbagi dalam motif manusia, motif binatang, motif geometris dan motif kontemporer. Misalnya pada motif binatang, ayam menjadi perlambang kehidupan wanita ketika berumah tangga. Kuda menjadi lambing kekuatan dan kejantanan, sementara burung kakaktua yang berkelompok menjadi lambang persatuan dan musyarawah dalam adat.
Pada suku atau daerah tertentu, corak/motif binatang atau orang-orang lebih banyak ditonjolkan seperti Sumba Timur dengan corak motif kuda, rusa, udang, naga, singa, orang-orangan, pohon tengkorak dan lain-lain, sedangkan Timor Tengah Selatan banyak menonjolkan corak motif burung, cecak, buaya dan motif kaif. Bagi daerah-daerah lain corak motif bunga-bunga atau daun-daun lebih ditonjolkan sedangkan corak motif binatang hanya sebagai pemanisnya saja. 
Motif tenunan hanya berdasarkan imajinasi penenun sehingga dari segi ekonomi memiliki harga yang cukup mahal.
Keindahan kain Tenun Sumba, tidak lepas dari teknik pembutan dan motif yang ditampilkan. Pada pembuatan Hinggi, benang Lusi (warp) diikat untuk memperoleh desain gambar ketika benang tersebut dicelup pewarna. Setelah proses pencelupan, kain dikeringkan kemudian proses diteruskan dengan membuka kalita (tali ikatan) pada pola yang diharapkan akan dicelup warna berikut. Dua warna pada sebuah kain dengan motif tertentu dibentuk dengan cara mengubah posisi yang diikat.
Karena proses pengikatan ini ketika pencelupan, larutan pewarna meresap sampai ke pinggir benang yang terikat dan membuat warna menjadi sedikit membaur. Nah, ‘cacat’ inilah yang menjadi ciri khas motif ikat.
Tenun Ikat ; disebut tenun ikat karena pembentukan motifnya melalui proses pengikatan benang. Berbeda dengan daerah lain di Indonesia, untuk menghasilkan motif pada kain maka benang pakannya yang diikat, sedangkan tenun ikat di Nusa Tenggara Timur, untuk menghasilkan motif maka benang yang diikat adalah benang Lungsi.
sumber: http://ombani.blogdetik.com/2010/02/15/aneka-kain-tenun-timor/ 

Warna yang ada juga bukan dari bahan kimia namun alami dengan menggunakan bahan baku tumbuh-tumbuhan, seperti kunyit dan cabai. "Motif dibuat dengan mengikat-ikat benang dan membentuk gambar tertentu, baru ditenun," katanya. Motif inilah yang membuat kain tenun sintang sangat menarik. Motif yang dibuat menggambarkan kehidupan dan kepercayaan masyarakat Dayak, seperti gambar dewa atau corak etnik kedaerahan.

No comments:

Post a Comment