Iluminatif, dalam
model evaluasi kurikulum dapat diartikan sebagai kerangka
konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau rujukan dalam
melakukan pengukuran
atau penilaian terhadap pelaksanaan rencana pelajaran dan penggunaan
sumber-sumber pendidikan termasuk pencapaian tujuan.
Tujuan
penilaian menurut model ini adalah mengadakan studi yang cermat
terhadap sistem yang bersangkutan. Studi difokuskan pada permasalahan
bagaimana implementasi suatu sistem dipengaruhi oleh situasi sekolah,
tempat sistem tersebut dikembangkan, keunggulan, kelemahan, serta
pengaruhnya terhadap proses belajar siswa. Hasil evaluasi ditekankan
pada deskripsi dan interpretasi, bukan pengukuran dan prediksi
sebagaimana model sebelumnya. Objek evaluasi yang diajukan dalam
model iluminatif ini mencakup; latar belakang dan perkembangan yang
dialami oleh sistem yang bersangkutan, proses implementasi
(pelaksanaan) sistem, hasil belajar yang diperlihatkan oleh siswa,
serta kesukaran-kesukaran yang dialami dari tahap perencanaan hingga
implementasinya di lapangan.
Evaluasi
iluminatif bersifat adaptif dan eklektik.
Langkah-langkah
evaluasi model iluminatif adalah :
- Observasi : Mengamati kehiatan yang berlangsung dalam lembaga pendidikan.
Didukung
wawancara, kuesioner, tes, dan studi documenter.
- Inkuiri Lanjutan : Pedomannya hasil observasi sebagai pemantapan validasi isu, kecenderungan dan permasalahan-permasalahan, untuk menarik kesimpulan.
- Penjelasan : Evaluator mennunjukan prinsip umum dan pola hubungan sebab-akibat, sebagai penjelasan rasional berhasil atau gagalnya kegiatan lingkungan pendidikan.
Dari langkah-langkah
tersebut, faktor penting dalam evaluasi model iluminatif adalah
perlunya kontak langsung antara evaluator dengan pihak yang
dievaluasi. Hal ini disebabkan model iluminatif menekankan pentingnya
menjalin kedekatan dengan orang dan situasi yang sedang dievaluasi
agar dapat memahami secara personal realitas dan hal-hal rinci
tentang program atau sistem yang sedang dikembangkan. Faktor lainnya
adalah pandangannya yang holistik dalam evaluasi, yang berasumsi
bahwa keseluruhan adalah lebih besar daripada sejumlah bagian-bagian.
Keunggulan
Illuminatif Model
Menekankan
pentingnya dilakukan penilaian yang kontinu selama proses pelaksanaan
pendidikan sedang berlangsung. Jarak antara pengumpulan data dan
laporan hasil penilaian cukup pendek sehingga informasi yang
dihasilkan dapat digunakan pada waktunya.
Keterbatasan
Illuminatif Model
Kelemahan
terutama terletak pada segi teknis pelaksanaannya yang meliputi:
1.
Kegiatan penilaian tidak didahului oleh adanya perumusan kriteria
secara eksplisit.
2.
Objektivitas penilaian yang dilakukan perlu dipersoalkan.
3.
Adanya kecenderungan untuk menggunakan alat penilaian yang “terbuka”
dalam arti kurang spesifik dan berstruktur.
4.
Tidak menekankan pentingnya penilaian terhadap program bahan-bahan
kurikulum selama bahan-bahan tersebut disusun dalam tahap
perencanaan.
Model iluminatif
didasarkan pada paradigm anthropologi social, dan ditegakkan dua
konsep utama yaitu sistemintruksional dan lingkungan belajar.
Sistem insruksional
adalah perencanaan pengajaran yang menggunakan pendekatan sistem
(komponen atau elemen yang berhubungan), atau sistem pengajaran yang
terdiri dari komponen-komponen yang saling berinteraksi dan saling
berhubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan. Sistem
instruksional yang dimaksud dalam bentuk catalog, prospektud, dan
laporan kependidikan yang berisi rencana dan pernyataan resmi
mengenai peraturan pembelajaran.
MODEL
GENERIK PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Model Dasar
Sistem Instruksional :
- Model merupakan kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau rujukan dalam melakukan suatu kegiatan.
- Sistem adalah seperangkat bagian-bagian atau komponen di mana yang satu sama lain saling berkaitan dan berinteraksi dalam mencapai suatu tujuan.
- Instruction adalah proses pembelajaran yang merupakan bentuk operasional pelaksanaan kurikulum
- Sistem Instruksional merupakan tatanan aktivitas belajar-mengajar yang mengandung dimensi perencanaan kegiatan belajar-mengajar. Sebagai perencanaan dan pelaksanaan. Sistem instruksional merujuk pada langkah-langkah yang seyogianya ditempuh dalam menerapkan tujuan, isi, proses dan evaluasi pengajaran. Sebagai proses sistem instruksional merujuk pada interaksi antar komponen pengajaran dalam suasana kelas secara nyata.
- Model kurikulum/pengajaran dikembangkan oleh Tyler (1949) dapat diterima sebagai model dasar sistem instruksional dan dari situ dapat
Rincian
Masing-masing Komponen Sistem Instruksional :
- Tujuan, pengalaman belajar, pengorganisasian pengalaman belajar merupakan komponen pokok dari sistem kurikulum dan pengajaran (instruksional)
- Tujuan, memiliki berbagai tingkatan mulai dari tujuan nasional, institusional, kurikuler, instruksional umum dan instruksional khusus. Antara tujuan satu dengan lainnya memiliki saling keterkaitan dan tujuan yang lebih rendah harus mendukung pencapaian tujuan di atasnya.
- Dalam merumuskan tujuan taksonomi Bloom dan kawan-kawan dapat digunakan sebagai pedoman dalam menjabarkan perilaku yang diharapkan dapat dicapai.
- Dalam memilih isi dan pengalaman belajar perlu memperhatikan kriteria sebagaimana dikemukakan oleh Taba (1962) dan Tyler (1949) serta kriteria lainnya yang dianggap perlu.
- Dalam mengorganisasikan pengalaman belajar perlu memperhatikan prinsip-prinsip continuity, sequence, dan integration.
- Evaluasi pada dasarnya merupakan kegiatan untuk menentukan apakah suatu tujuan yang telah digariskan dapat dicapai atau tidak. Untuk itu evaluasi harus memenuhi sejumlah kriteria sebagaimana dikemukakan oleh Taba (1962).
Kerangka
Konseptual Perencanaan Pembelajaran :
- Hubungan antar komponen dalam sistem instruksional dapat dilu-kiskan lebih jelas dalam model-model diagramatis.
- Model sistem instruksional dari Wong & Raulerson (1974) dan Kibler (1972) dapat diterapkan dalam pengembangan Satuan Pelajaran oleh guru.
- Keempat komponen pokok sistem instruksional yakni tujuan, penga-laman belajar, pengorganisasian pengalaman belajar dan evaluasi dapat digambarkan sebagai kesatuan komponen yang saling memiliki keterkaitan.
MODEL GENERIK
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN
Konsep dan
Masalah Pengelolaan Kelas :
- Pengelolaan kelas menyangkut berbagai unsur yakni: guru, peserta didik, sarana belajar-mengajar, dan iklim kelas secara keseluruhan.
- Pengelolaan kelas memiliki hubungan timbal balik dengan proses pembelajaran.
- Pengelolaan kelas mencakup tiga dimensi:
- perilaku guru yang dapat menghasilkan keterlibatan pembelajar yang tinggi dalam kegiatan kelas
- perilaku mengganggu dari pembelajar yang sangat minimal
- penggunaan waktu belajar yang efisien.
- Berada tidaknya pembelajar dalam tugas belajarnya (on task/off task) berkaitan erat dengan muncul tidaknya masalah-masalah pengelolaan kelas.
- Guru sebagai manajer kelas yang baik menuntut penguasaan keterampilan pengelolaan kelas yang baik dan perlu menghindari hal-hal yang menjadi ciri manajer kelas yang tidak efektif.
Pendekatan dalam
Pengelolaan Kelas
- Pendekatan penguatan dan pengubahan perilaku merupakan sistem dasar dalam pengelolaan kelas.
- Dalam pengelolaan kelas titik berat diletakkan pada penciptaan iklim kelas yang kondusif untuk belajar.
- Salah satu komponen iklim kelas adalah terciptanya tata tertib yang dipatuhi secara sadar.
- Berbagai prinsip pengelolaan kelas dapat diterapkan secara adaptif
Lingkungan
Belajar
Lingkungan
belajar adalah lingkungan social-psikologis dan materi atau interaksi
anrata guru dengan siswa.
- MENCIPTAKAN LINGKUNGAN BELAJAR YANG BAIK
- Pengorganisasian & Pengelolaan Kelas
- Pemanfaatan Sumber Belajar
- Pajangan
- Keterampilan bertanya.
- PENGORGANISASIAN KELAS
- Salah satu ciri PAKEM adalah adanya pengorganisasian kelas yang bervariasi (Klasikal, Kelompok, Pasangan, Individual)
- Tujuan : Memberi kesempatan siswa memperoleh hasil belajar maksimal sesuai tipe belajar masing-masing.
- Organisasi Belajar No Aktivitas Individu Pasangan Kelompok Klasikal 1. Membaca dalam hati 2. Mengukur suhu
- Pengorganisasian kelas Jenis kegiatan seperti apa? Klasikal : seluruh kelas mengerjakan hal yang sama Kelompok: sekelompok siswa mengerjakan satu tugas bersama- sama Perorangan: anak mengerjakan tugas sendiri sendiri
- PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR
Dalam Pakem, Sumber Belajar bervariasi :Buku, Guru, Lingkungan, Narasumber, Koran / majalah, Dll.
Contoh-contoh
Sumber Belajar Lingkungan:
- Contoh No Nama Sumber Bljr Mapel Kegiatan/ Kompetensi yang dikembangkan 1 Pohon Pisang IPA Mengamati, kemudian menjelaskan bagian-bagiannya, dsb Bhs. Indonesia Mendeskripsikan, menulis puisi, menceritakan
- Contoh No Nama Sumber Bljr Mapel Kompetensi yang dikembangkan Matematika Membuat bangun datar 2 Fenomena Alam IPA Mempelajari kerusakan alam dan mengembangkan sikap ilmiah
- Contoh No Nama Sumber Bljr Mapel Kompetensi yang dikembangkan Matematika Membuat bangun datar 2 Fenomena Alam IPA Mempelajari kerusakan alam dan mengembangkan sikap ilmiah
- Contoh No Nama Sumber Bljr Mapel Kegiatan/ Kompetensi yang dikembangkan Bindo Membuat puisi, prosa Mat Menghitung, menyajikan data dalam bentuk diagram,
- Contoh No Nama Sumber Bljr Mapel Kegiatan/ Kompetensi yang dikembangkan
- Contoh No Nama Sumber Bljr Mapel Kompetensi yang dikembangkan 3 ……………… ………………… .. ………………………… ..
Manfaat Pajangan yaitu:
- Bukti fisik kegiatan siswa
- Tolok ukur kemajuan belajar siswa
- Umpan balik
- Motivasi & penghargaan
- Pemacu kreatifitas
- Sarana kompetisi siswa/kelompok
- Sumber belajar
- Memperindah kelas
Yang sebaiknya
dipajang yaitu:
- Hasil kreativitas siswa (tulisan, gambar,model bangun,dll) proses & produk
- Hasil kerja siswa/kelompok
- Media/alat peraga pembelajaran
- Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
- Laporan praktikum
Yang sebaiknya
tidak dipajang yaitu:
- Hasil ulangan siswa
- Soal-soal ulangan
- Hasil kerja yang mengakibatkan siswa kecil hati
Cara Memajangkan yaitu:
- Mudah dilihat,dibaca, dipasang & dilepas.
- Tidak mengganggu & membahayakan
- Estetis
- Dikelompokkan (Individual/kelompok)
Kriteria Pemajangan yaitu:
- Menarik
- Baik
- Menggugah orang lain untuk memperhatikan
- Dapat motivasi
Sebaiknya pajangan diganti setiap KD berganti atau sesuai dengan kesepakatan guru dengan siswa
Contoh pajangan: hasil karya siswa yang mendapat nilai terbaik.
Salah satu teori
balajar adalah mengkonstruksi pengetahuan. Kecakapan berpikir
anak sangat dipengaruhi oleh bagaimana pertanyaan yang diajukan
guru agar pengetahuan anak terbangun dengan baik. Sehingga ternyata
kita perlu belajar menyusun pertanyaan.
- Tujuan Guru Bertanya :
- Menggali kemampuan/ide-ide yang dimiliki siswa
- Mengetahui kompetensi yang telah dimiliki siswa
- Mendorong siswa berpikir
- Pertanyaan yang sering dilontarkan guru kepada siswa :
- Menuntut jawaban hafalan, karena mudah disusun dan dikoreksi jawabannya
- Bersifat tertutup
- Level Pertanyaan (1)
- Level 1 : Mencari informasi -> hanya mengungkap aspek ingatan dan tidak memerlukan pemrosesan pengetahuan yang telah dimiliki.
- Contoh : ( Setelah membaca teks ) :
- Di mana peristiwa itu terjadi?
- Siapa yang menjadi korban?
- Level Pertanyaan (2)
- Level 2 : Memerlukan pemrosesan / pemanfaatan pengetahuan yang dimiliki untuk menjawabnya.
- Contoh : Jelaskan dengan kalimatmu sendiri, isi artikel yang kamu baca !
- Level Pertanyaan (3)
- Level 3 : Memunculkan gagasan baru / penerapan ide / imajinatif
- Contoh : Apa saja yang bisa kalian lakukan untuk membantu masyarakat miskin di sekitar kita?