Sunday, January 31, 2016

Menumbuhkan Apresiasi pada Anak

Sejak lahir, anak sebenarnya memiliki potensi yang harus dikembangkan untuk menjadikannya manusia yang "pintar" seutuhnya. Edu Jedila (2012) mengatakan bahwa mempelajari seni berarti memberikan kesempatan pada anak untuk mencerdaskan emosi mereka, mengasah kepekaan pada keindahan, keseimbangan, harmonisasi, gradasi, kecantikan, dan lain sebagainya. Pengembangan potensi emosional harus memiliki porsi yang sama besar dengan potensi spiritual, intelektual, sosial dan jasmani anak-anak. Keseimbangan pengembangan kelima potensi tersebut sangat penting utuk diperhatikan oleh orangtua karena sangat dibutuhkan anak dalam kehidupan anak kelak. Pengembangan potensi emosional ini salah satunya adalah melalui rasa ketertarikan yang dapat berupa keindahan.
Seni rupa bagian dari ilmu kesenian mengeksploitasi nilai-nilai keindahan baik datang dari dalam diri si perupa atau hal yang datang dari luar perupa. Kecenderungan seseorang pada keindahan pada dasarnya merupakan sesuatu kebutuhan, indah memiliki dari maknanya subjektif, indah kadang kala abstrak dilihat dari cara berfikir seseorangterhadap hidup. Bastomi Suwaji (1990: 5) mengatakan bahwa keindahan dapat berbeda dari cara berfikir seseorang dan itu merupakan sesuayu hal yang alamiah, cara pendang orang dewasa sangat dipengaruhi logika (dominant), pengalaman dan ekspresi jiwa saat menikmatikeindahan (karya seni) sementara anak-anak menangkap keindahan sebagai sesuatu ungkapan jiwa yang murni lahir dari dalam dirinya sebab mereka belum banyak dipengaruhi oleh logika, seperti penjelasan berikut, kegiatan anak menggambar meruapakn perilaku nluriah, seperti halnya makan, minum, dan juga kegiatan bermain.
Alfred Lichutuwok dan Konard Lange mengatakan bahwa persepsi anak-anak terhadap seni dan keindahan perlu dikembangkan melalui penghayatan (apresiasi) langsung, baik melalui kegiatan menggambar (kegiatan berolah seni) maupun kegiatan observasi. Kegiatan ini dilakukan dengan dengan mengunjungi obyek-obyek seni seperti museum, sanggar seniman, pameran dan sebagainya.
Untuk menumbuhkan minat dan apresiasi terhadap seni budaya diantaranya terdapat cara sebagai berikut :
-Apresiasi terhadap warisan budaya dan seni
-Memperluas wawasan mengenai berbagai cabang seni
-Menumbuhkan kesadaran harga diri bangsa
-Memberikan rangsangan seni sejak dini untuk menumbuhkan daya estetika dan kretivitas anak.
-Pendidikan apresiasi seni yaitu menghidupkan nilai-nilai yang dibutuhkan bagi pembangunan karakter yang berkelanjutan.
-Melalui pameran, festival seni, pementasan, maka apresiasi dan penghargaan oleh masyarakat akan karya seni dan ketrampilan itu juga akan meningkat.
-Melakukan Kritik Seni, menelaah karya seni untuk mengadakan pernyataan obyektif tentang nilai atau rangking dari suatu karya seni
-Memandang niat seniman yang bersangkutan dan pendukungnya dalam hal bagaimana seni tersebut ditampilkan dan tentu tidak bertentangan dengan nilai-nilai ajaran agama Islam.
-Mengenal dan mempelajari secara langsung unsur-unsur dari sebuah seni kebudayaan.
Dari berbagai poin yang telah disebutkan diatas maka untuk menumbuhkan apresiasi pada anak, cukup mengenalkan anak pada karya-karya seni. Karya seni yang ditampilkan pada anak dapat mulai dari karya anak lain yang seusia, maupun karya orang dewasa yang menarik bagi anak. Untuk menumbuhkan apresiasi anak pada kebudayaan bangsa, dapat dikenalkan dengan karya-karya yang mencerminkan identitas bangsa seperti karya tradisional. Misalnya gerabah, anyaman, batik dan sebagainya. Terlepas dari itu, pertunjukan seni juga dapat dilakukan guna menumbuhkan apresiasi anak. Seperti yang dilakuakan oleh pemerintah kabupaten Bantul yaitu menyelenggarakan Apresiasi Anak Terhadap Kesenian Wayang Kulit dalam rangka meningkatkan pengenalan anak pada kebudayaan sendiri pada tahun 2006.
Manfaat apresiasi seni :
  • Orang yang bagus apresiasi seninya akan peka terhadap nilai-nilai kemanusiaan, sensitif terhadap ketidak benaran, dan malu berbuat kasar.
  • Seni merupakan suatu kekuatan yang mampu mengalahkan dunia yang kasar (Jakob Burckhadt). Seni membawa pesan kasih sayang, persaudaraan, dan kebenaran.
  • Seni mampu membuat manusia lebih bijaksana, lebih mencintai hidup, serta lebih mendekatkan manusia bukan saja kepada sesama makhluk hidup, melainkan juga kepada sang pencipta (S. Suharianto).
  • Kesenian dapat melakukan kontrol terhadap kemungkinan agresivitas massa. ( Kuntowijoyo, 1998).
  • Pendidikan kesenian akan bermanfaat untuk membentuk kecerdasan emosional peserta didik. Kecerdasan emosi pada akhirnya membentuk anak didik yang memiliki dimensi “kedalaman” karena emosi berkaitan dengan rasa.
  • Kesenian dan keindahan menyiratkan nilai rasa dalam arti luas (Suwaji Bastomi, 1990). Manusia tidak mampu mengungkapkan pengalaman secara mandiri dengan akal murni saja. Rasa memiliki kepekaan terhadap kenyataan yang tidak ditemukan oleh akal.

Ida Siti Herawati dan Iraji (1999: 123) menjelaskan bahwa penghayatan (apresiasi) dapat dilakukan melalui kegiatan berolah seni atau melalui kegiatan observasi (pengamatan) terhadap obyek-obyek seni.
Melalui kegiatan berolah seni ekspresi anak-anak bisa tersalurkan. Kegiatan ini akan memberikan sumbangan bagi pencegahan tekanan mental, oleh karena itu kegiatan seni akan memberikan peluang bagi kesempatan berkomunikasi, yaitu untuk melepaskan tekanan-tekanan batin yang sering sukar bila diungkapkan melalui media bahasa. Pendidikan seni dapat dimanfaatkan untuk tujuan penyembuhan, yaitu menjaga keseimbangan jiwa, yakni sebagai sarana bagi kesehatan mental, demikian Freud dan Margaret (dalam Pranyoto, 1980). Sedangkan melalui kegiatan penghayatana akan meningkatkan kepekaan estetik (cita rasa keindahan) anak-anak guna mengimbangi perkembangan pikir.
Ketika anak-anak sedang melakukan kegiatan beroleh seni guru bisa bercerita tentang keindahan alam, lingkungan, keindahan khayalan (imaginasi) yang dirasakan anak-anak, keindahan tentang obyek-obyek seni, keindahan tentang karya seni masterpiece dan sebagainya, sehingga daya khayal dan kualitas ekspresi diri anak berkembang dan meningkat.
Contoh dari obyek seni:
  1. museum
  2. pusat kerajinan
  3. sanggar seni rupa
  4. peninggalan sejarah
  5. pameran seni rupa
Selain ke lima tempat tersebut jika terdapat pusat seni rupa untuk anak-anakpun bisa dikunjungi, seperti contohnya sebuah Pusat Seni Rupa kontemporer Anak Anak yang terdapatdi Yogyakarta dapat menjadi wadah bagi fasilitas edukatif dan rekreatif di luar. Tempat tersebut tidak hanya berfungsi sebagai tempat pelatihan seni rupa untuk anak-anak, akan tetapi juga sebagai tempat pameran dan tempat rekreasi bagi anak-anak.

Seteleh mengunjungi obyek-obyek seni, tindakan lanjut guru/orang tua dapat menanyai anak-anak mengenai karya seni apa saja yang dilihat, kira-kira bagaimana membuatnya dan apa yang paling menarik dari karya tersebut. Sebenarnya jika tidak memungkinkan untuk mengunjungi obyek-obyek seni yang telah disebutkan, sekolahpun juga bisa menjadi obyek seni itu sendiri. Menurut Widya (2004), sekolah bagi anak-anak yang didalamnya tersedia berbagai sarana dapat menumbuhkembangkan apresiasi dan kreativitas anak terhadap seni rupa. Dalam hal ini peran sekolah juga diperlukan untuk menyediakan sarana prasarana dalam bidang keseni rupaan.

1 comment: