Sejak lahir, anak
sebenarnya memiliki potensi yang harus dikembangkan untuk
menjadikannya manusia yang "pintar" seutuhnya. Edu Jedila
(2012) mengatakan bahwa mempelajari seni berarti memberikan
kesempatan pada anak untuk mencerdaskan emosi mereka, mengasah
kepekaan pada keindahan, keseimbangan, harmonisasi, gradasi,
kecantikan, dan lain sebagainya. Pengembangan potensi emosional harus
memiliki porsi yang sama besar dengan potensi spiritual, intelektual,
sosial dan jasmani anak-anak. Keseimbangan pengembangan kelima
potensi tersebut sangat penting utuk diperhatikan oleh orangtua
karena sangat dibutuhkan anak dalam kehidupan anak kelak.
Pengembangan potensi emosional ini salah satunya adalah melalui rasa
ketertarikan yang dapat berupa keindahan.
Seni rupa bagian
dari ilmu kesenian mengeksploitasi nilai-nilai keindahan baik datang
dari dalam diri si perupa atau hal yang datang dari luar perupa.
Kecenderungan seseorang pada keindahan pada dasarnya merupakan
sesuatu kebutuhan, indah memiliki dari maknanya subjektif, indah
kadang kala abstrak dilihat dari cara berfikir seseorangterhadap
hidup. Bastomi Suwaji (1990: 5) mengatakan bahwa keindahan dapat
berbeda dari cara berfikir seseorang dan itu merupakan sesuayu hal
yang alamiah, cara pendang orang dewasa sangat dipengaruhi logika
(dominant), pengalaman dan ekspresi jiwa saat menikmatikeindahan
(karya seni) sementara anak-anak menangkap keindahan sebagai sesuatu
ungkapan jiwa yang murni lahir dari dalam dirinya sebab mereka belum
banyak dipengaruhi oleh logika, seperti penjelasan berikut, kegiatan
anak menggambar meruapakn perilaku nluriah, seperti halnya makan,
minum, dan juga kegiatan bermain.
Alfred Lichutuwok
dan Konard Lange mengatakan bahwa persepsi anak-anak terhadap seni
dan keindahan perlu dikembangkan melalui penghayatan (apresiasi)
langsung, baik melalui kegiatan menggambar (kegiatan berolah seni)
maupun kegiatan observasi. Kegiatan ini dilakukan dengan dengan
mengunjungi obyek-obyek seni seperti museum, sanggar seniman, pameran
dan sebagainya.
Untuk
menumbuhkan minat dan apresiasi terhadap seni budaya diantaranya
terdapat cara sebagai berikut
:
-Apresiasi terhadap
warisan budaya dan seni
-Memperluas wawasan
mengenai berbagai cabang seni
-Menumbuhkan
kesadaran harga diri bangsa
-Memberikan
rangsangan seni sejak dini untuk menumbuhkan daya estetika dan
kretivitas anak.
-Pendidikan
apresiasi seni yaitu menghidupkan nilai-nilai yang dibutuhkan bagi
pembangunan karakter yang berkelanjutan.
-Melalui pameran,
festival seni, pementasan,
maka
apresiasi
dan penghargaan oleh masyarakat akan karya seni dan ketrampilan itu
juga
akan
meningkat.
-Melakukan
Kritik Seni, menelaah karya seni untuk mengadakan pernyataan obyektif
tentang nilai atau
rangking dari
suatu karya seni
-Memandang
niat seniman yang bersangkutan dan pendukungnya dalam hal bagaimana
seni tersebut ditampilkan dan tentu tidak bertentangan dengan
nilai-nilai ajaran agama Islam.
-Mengenal
dan mempelajari secara langsung unsur-unsur dari sebuah seni
kebudayaan.
Dari berbagai poin
yang telah disebutkan diatas maka untuk menumbuhkan apresiasi pada
anak, cukup mengenalkan anak pada karya-karya seni. Karya seni yang
ditampilkan pada anak dapat mulai dari karya anak lain yang seusia,
maupun karya orang dewasa yang menarik bagi anak. Untuk menumbuhkan
apresiasi anak pada kebudayaan bangsa, dapat dikenalkan dengan
karya-karya yang mencerminkan identitas bangsa seperti karya
tradisional. Misalnya gerabah, anyaman, batik dan sebagainya.
Terlepas dari itu, pertunjukan seni juga dapat dilakukan guna
menumbuhkan apresiasi anak. Seperti yang
dilakuakan oleh pemerintah kabupaten Bantul yaitu menyelenggarakan
Apresiasi Anak Terhadap Kesenian Wayang Kulit dalam rangka
meningkatkan pengenalan anak pada kebudayaan sendiri pada tahun 2006.
Manfaat
apresiasi seni :
- Orang yang bagus apresiasi seninya akan peka terhadap nilai-nilai kemanusiaan, sensitif terhadap ketidak benaran, dan malu berbuat kasar.
- Seni merupakan suatu kekuatan yang mampu mengalahkan dunia yang kasar (Jakob Burckhadt). Seni membawa pesan kasih sayang, persaudaraan, dan kebenaran.
- Seni mampu membuat manusia lebih bijaksana, lebih mencintai hidup, serta lebih mendekatkan manusia bukan saja kepada sesama makhluk hidup, melainkan juga kepada sang pencipta (S. Suharianto).
- Kesenian dapat melakukan kontrol terhadap kemungkinan agresivitas massa. ( Kuntowijoyo, 1998).
- Pendidikan kesenian akan bermanfaat untuk membentuk kecerdasan emosional peserta didik. Kecerdasan emosi pada akhirnya membentuk anak didik yang memiliki dimensi “kedalaman” karena emosi berkaitan dengan rasa.
- Kesenian dan keindahan menyiratkan nilai rasa dalam arti luas (Suwaji Bastomi, 1990). Manusia tidak mampu mengungkapkan pengalaman secara mandiri dengan akal murni saja. Rasa memiliki kepekaan terhadap kenyataan yang tidak ditemukan oleh akal.
Ida Siti Herawati
dan Iraji (1999: 123) menjelaskan bahwa penghayatan (apresiasi) dapat
dilakukan melalui kegiatan berolah seni atau melalui kegiatan
observasi (pengamatan) terhadap obyek-obyek seni.
Melalui kegiatan
berolah seni ekspresi anak-anak bisa tersalurkan. Kegiatan ini akan
memberikan sumbangan bagi pencegahan tekanan mental, oleh karena itu
kegiatan seni akan memberikan peluang bagi kesempatan berkomunikasi,
yaitu untuk melepaskan tekanan-tekanan batin yang sering sukar bila
diungkapkan melalui media bahasa. Pendidikan seni dapat dimanfaatkan
untuk tujuan penyembuhan, yaitu menjaga keseimbangan jiwa, yakni
sebagai sarana bagi kesehatan mental, demikian Freud dan Margaret
(dalam Pranyoto, 1980). Sedangkan melalui kegiatan penghayatana akan
meningkatkan kepekaan estetik (cita rasa keindahan) anak-anak guna
mengimbangi perkembangan pikir.
Ketika anak-anak
sedang melakukan kegiatan beroleh seni guru bisa bercerita tentang
keindahan alam, lingkungan, keindahan khayalan (imaginasi) yang
dirasakan anak-anak, keindahan tentang obyek-obyek seni, keindahan
tentang karya seni masterpiece dan sebagainya, sehingga daya khayal
dan kualitas ekspresi diri anak berkembang dan meningkat.
Contoh
dari obyek seni:
- museum
- pusat kerajinan
- sanggar seni rupa
- peninggalan sejarah
- pameran seni rupa
Selain ke lima
tempat tersebut jika terdapat pusat seni rupa untuk anak-anakpun bisa
dikunjungi, seperti contohnya sebuah Pusat Seni Rupa kontemporer Anak
Anak yang terdapatdi Yogyakarta dapat menjadi wadah bagi fasilitas
edukatif dan rekreatif di luar. Tempat tersebut tidak hanya berfungsi
sebagai tempat pelatihan seni rupa untuk anak-anak, akan tetapi juga
sebagai tempat pameran dan tempat rekreasi bagi anak-anak.
Seteleh mengunjungi
obyek-obyek seni, tindakan lanjut guru/orang tua dapat menanyai
anak-anak mengenai karya seni apa saja yang dilihat, kira-kira
bagaimana membuatnya dan apa yang paling menarik dari karya tersebut.
Sebenarnya jika tidak memungkinkan untuk mengunjungi obyek-obyek seni
yang telah disebutkan, sekolahpun juga bisa menjadi obyek seni itu
sendiri. Menurut Widya (2004), sekolah bagi anak-anak yang didalamnya
tersedia berbagai sarana dapat menumbuhkembangkan apresiasi dan
kreativitas anak terhadap seni rupa. Dalam hal ini peran sekolah juga
diperlukan untuk menyediakan sarana prasarana dalam bidang keseni
rupaan.
terimakasih untuk informasinya.
ReplyDelete