Setiap periode
sejarah manusia seni selalu hadir dengan keaneka ragaman ekspresinya.
Sebagai salah satu produk budaya, kesenian selalu mengalami
perkembangan dari waktu ke waktu. Karya-karya seni yang kita warisi
tidak saja berbeda dari jaman ke jaman, dari satu ruang kebudayaan ke
ruang kebudayaan yang lain, juga di dalam kebudayaan yang sama pun
terdapat aliran-aliran yang berbeda, malah kadang-kadang sejajar pada
waktu yang sama.
Perkembangan yang
terjadi berawal dari pandangan manusia yang selalu dinamis dalam ide,
yang terefleksi dalam proses dan berakhir pada terbentuknya wujud
karya seni. Pendapat tentang apa itu seni nampaknya akan terus
berkembang tergantung dari sudut mana mereka memandang. Puluhan
definisi, atau ratusan, bahkan ribuan definisi seni akan lahir. Kita
dapat membayangkan betapa sulit mencari definisi seni mana yang
dijadikan pegangan.
Apabila titik tolak
berdasarkan pendapat bahwa seni adalah ungkapan pikiran dalam suatu
bentuk nyata, maka kemungkinan penyebab perubahan aliran/style
dikarenakan adanya perubahan di dalam kesadaran manusia. Dengan
demikian karya seni mencerminkan cara berpikir dan pengalaman
subjektif pada suatu masa tertentu. Tetapi pertumbuhan seni patung di
Indonesia kini cenderung berjalan sendiri-sendiri. Sekelompok
pematung konvensional sengaja mempertahankan ideologi pasar sebagai
alternatif untuk memenuhi kebutuhan investor dan kolektor seni.
Sementara kelompok yang menyatakan diri sebagai pematung “modern”,
perjalanannya mengarah dan berkiblat kepada konsepsi. Konsepsi yang
bertolak pada penonjolan ide, kini merambah dalam berbagai multi;
dari multi media sampai multi idea. Instalasi yang mula-mula tumbuh
dari tradisi seni patung, telah membaur dengan instalasi dari jurusan
yang lain yang sama-sama produk seni rupa kontemporer.
Dalam jagat seni
rupa modern Indonesia dewasa ini, seni patung masih terkesan berjalan
lamban dibanding laju perkembangan cabang-cabang seni rupa lainnya.
Posisi seni patung bahkan seakan-akan tergencet. Di satu sisi
dihadang kukuhnya dominasi seni lukis, sementara di sisi lain ada
serbuan seni instalasi yang notabene juga bermain dengan medium
trimatra.Seni lukis, seni instalasi, juga happening art dan new media
art, makin hari tampak semakin maju. Salah satu indikasi kemajuan itu
adalah menguatnya antusiasme para senimannya terhadap “wacana”,
di mana karya bukan saja berpretensi menampilkan rupa, tapi juga
menawarkan pemikiran. Antusiasme ini telah menyulut hingar-bingar
kemunculan berbagai gagasan kreatif yang amat agresif dan provokatif
merespon isu-isu kontemporer. Sebuah fenomena yang akhirnya cenderung
memposisikan seni patung modern Indonesia di ruang sepi, sebagai
cabang seni rupa yang dirundung gamang dan “ketinggalan”.
Apresiasi
masyarakat terhadap seni patung relatif masih rendah, misalnya
patung hanya dibuat sebagai benda-benda
sakral untuk keperluan upacara Agama Hindu, seperti arca dewa-dewa
(pretima) dan lembu untuk upacara ngaben.
patung-patung sakral (pretima) untuk keperluan ritual di Pura.
Contohnya pada masyarakat Bali lebih menghormati dan menghargai
patung-patung yang bernilai sakral ketimbang patung-patung yang
bersifat profan walaupun mengandung nilai seni tinggi. Kebanyakan
orang Bali melihat patung dari segi nilai fungsi, terutama dalam
kaitannya dengan kesakralan. Memang di Bali memiliki banyak seniman
kreatif. Namun sayang tingkat apresiasi masyarakat terhadap karya
seni modern masih rendah, apalagi seni patung. Setiap pameran hanya
ramai pada saat pembukaan saja. Pada patung kayu karya maestro Bali,
I Cokot, dipajang asal-asalan di halaman sebuah bank
pemerintah. Banyak orang tidak tahu bahwa itu karya Cokot yang
harganya tidak ternilai. Ini salah satu bukti apresiasi masyarakat
terhadap karya patung masih sangat rendah.
Suatu kesenian
selalu berkembang mulai dari tingkatan kesenian yang paling sederhana
dan tidak langsung mencapai puncak perkembangan. Perkembangan itu
mengikuti perubahan zaman berdasarkan kurun waktu. Ditinjau dari
perkembangan dan kurun waktunya sejak zaman prasejarah hingga
sekarang, maka karya seni yang dihasilkan dapat dikelompokkan dalam
jenis seni primitif, seni klasik, seni tradisional, seni modern, dan
seni kontemporer.
Manifestasi visual
karya seni bisa bermacam-macam. Ada yang mengungkapkan relitas
sebagaimana adanya sesuai apa yang dilihat mata, ada yang mendetail,
dan ada pula yang diseleksi terlebih dahulu untuk mendapatkan
essensinya. Seni modern merupakan kesenian yang menghasilkan
karya-karya baru. Seniman yang kreatif akan menghasilkan karya seni
yang modern, karena di dalamnya ada unsur pembaharuan, baik dari segi
penggunaan media, teknik berkarya maupun unsur gagasan/ide. Seni
modern tidak terikat oleh ruang dan waktu, baik itu karya yang
dihasilkan di masa lampau maupun pada masa kini. Karya-karya seni
patung modern dapat dilihat pada karya Auguste Rodin, Pablo Picasso,
Henry Matisse, Rita Widagdo, G.Sidharta, Arby Samah, Nyoman Nuarta,
dan lainnya.
Untuk menumbuhkan
tingkat apresiasi terhadap seni patung modern bisa dimulai dari
pemerintah. Anggaran untuk membeli hasil karya seniman-seniman
kreatif tersebut untuk dipajang di kantor pemerintahan sehingga
banyak orang melihatnya. Atau pemerintah mengeluarkan surat yang
mewajibkan hotel berkelas internasional memajang patung-patung
bernilai seni tinggi di lobby hotel. Sehingga dengan adanya apresiasi
terhadap karya seni patung modern diharapkan dapat berkembangkanya
kreativitas yang lebih menarik bangsa maupun mancanegara.
No comments:
Post a Comment