Saturday, January 30, 2016

Mengapa Stereotipe dalam anak kurang baik?

Stereotipe yang berarti pengulangan, dalam gambar anak dikatakan kurang baik. Pada dasarnya pengulangan gambar yang dilakukan untuk latihan melueskan gerakan tangan memang baik namun jika terlalu sering dilakukan akan berdampak tidak baik.
Gambar Stereotipe sebagai latihan
Menurut Oho, Garha (1980) yang memungkinkan terjadinya gejala stereotipe ini yaitu anak merasa bangga dan puas akan keberhasilannya, kemudian gambar itu diulang-ulang. Kemungkinan yang lain anak tidak mampu membuat bentuk gambar yang lain sehingga gambar diulang-ulang. Pada kemungkinan kedualah dampak negatif akan muncul.Ketidak mampuan untuk membuat gambar yang lain disiasati anak dengan membuat gambar yang sama.
Yangni, Stanislaus (2012) mengatakan bahwa umumnya stereotip sebagai suatu istilah berkonotasi negatif. Stereotip itu difungsikan sebagai strategi, atau mungkin, mekanisme pertahanan diri dalam menghadapi the Other. Pemunculan gambar yang sama oleh anak ini merupakan strategi dari anak yang digunakan agar gambarnya terlihat penuh dan dapat dianggap oleh orang dewasa/guru bahwa gambar miliknya sudah selesai dan benar.
Pemunculan gambar yang diulang-ulang kemungkinan karena anak tidak berani untuk mencoba membuat gambar yang dia pikir persepsi orang lain akan berbeda. Menurut Nursalam (2007) dalam definisi psikologi, stereotipe adalah citra mental yang kelewat sederhana mengenai sebuah realitas sosial, an over-simplified mental image of the social reality.Padahal sebenarnya jika anak berani untuk membuat gambar yang berbeda dari anggapan orang lain hal itu justru lebih unik dan menarik. Misalnya membuat awan tidak dengan bentuk yang terdiri atas lengkungan-lengkungan pendek yang melingkar namun berbentuk garis silinder yang meliuk-liuk. Walter Lippman dalam Bayu (2009) mengatakan stereotipe itu adalah pictures in our head. Stereotipe adalah persepsi yang dianut yang dilekatkan pada kelompok-kelompok atau orang-orang dengan gegabah yang mengabaikan keunikan-keunikan individual. Orientasinya pada gambar anak, kelompok-kelompok atau orang-orang itulah yang disebut dengan orang dewasa. Pemikiran anak tentang orang dewasa akan mencela akan selalu ada ketika anak tidak berani membuat gambar yang lain.
Keterbatasan bentuk ekspresi gambar anak yang terjadi melalui stereotipe, akan membatasi anak juga untuk berkomunikasi. Ekspresi merupakan salah satu bentuk komunikasi. Menurut Luciatridyana (2009) stereotip dapat menghambat atau mengganggu komunikasi itu sendiri. Dalam hal ini termasuk ketika anak sedang mengungkapkan bentuk komunikasinya yang terbatas. Apalagi pada usia dini yang bisa berdampak negatif nantinya. Luciatridyana juga mengatakan pada umumnya, stereotip bersifat negative. Stereotip tidak berbahaya sejauh yang disimpan di kepala, namun akan bahaya bila diaktifkan dalam hubungan manusia.
Banyaknya alasan anak dalam menggunakan gaya menggambar stereotipe dapat menghambat kreativitas anak. Apalagi pada masa pertumbuhannya. Jika stereotip ini terus menerus dilakukan maka anak tidak akan dapat berkembang dengan optimal. Yang bisa dilakukan anak hanya mengulang-ulang dan sulit untuk membuat hal baru yang inovatif.

No comments:

Post a Comment