Stereotipe yang berarti
pengulangan, dalam gambar anak dikatakan kurang baik. Pada dasarnya
pengulangan gambar yang dilakukan untuk latihan melueskan gerakan
tangan memang baik namun jika terlalu sering dilakukan akan berdampak
tidak baik.
Gambar Stereotipe sebagai latihan
Menurut Oho, Garha (1980) yang
memungkinkan terjadinya gejala stereotipe ini yaitu anak merasa
bangga dan puas akan keberhasilannya, kemudian gambar itu
diulang-ulang. Kemungkinan yang lain anak tidak mampu membuat bentuk
gambar yang lain sehingga gambar diulang-ulang. Pada kemungkinan
kedualah dampak negatif akan muncul.Ketidak mampuan untuk membuat
gambar yang lain disiasati anak dengan membuat gambar yang sama.
Yangni, Stanislaus (2012)
mengatakan bahwa umumnya stereotip sebagai suatu istilah berkonotasi
negatif. Stereotip itu difungsikan sebagai strategi, atau mungkin,
mekanisme pertahanan diri dalam menghadapi the
Other.
Pemunculan gambar yang sama oleh anak ini merupakan strategi dari
anak yang digunakan agar gambarnya terlihat penuh dan dapat dianggap
oleh orang dewasa/guru bahwa gambar miliknya sudah selesai dan benar.
Pemunculan gambar yang
diulang-ulang kemungkinan karena anak tidak berani untuk mencoba
membuat gambar yang dia pikir persepsi orang lain akan berbeda.
Menurut Nursalam
(2007) dalam definisi psikologi, stereotipe adalah citra mental yang
kelewat sederhana mengenai sebuah realitas sosial, an
over-simplified mental image of the social reality.Padahal
sebenarnya jika anak berani untuk membuat gambar yang berbeda dari
anggapan orang lain hal itu justru lebih unik dan menarik. Misalnya
membuat awan tidak dengan bentuk yang terdiri atas
lengkungan-lengkungan pendek yang melingkar namun berbentuk garis
silinder yang meliuk-liuk.
Walter Lippman dalam Bayu (2009) mengatakan stereotipe itu adalah
pictures in
our head.
Stereotipe adalah persepsi yang dianut yang dilekatkan pada
kelompok-kelompok atau orang-orang dengan gegabah yang mengabaikan
keunikan-keunikan individual. Orientasinya pada gambar anak,
kelompok-kelompok atau orang-orang itulah yang disebut dengan orang
dewasa. Pemikiran anak tentang orang dewasa akan mencela akan selalu
ada ketika anak tidak berani membuat gambar yang lain.
Keterbatasan bentuk ekspresi
gambar anak yang terjadi melalui stereotipe, akan membatasi anak juga
untuk berkomunikasi. Ekspresi merupakan salah satu bentuk komunikasi.
Menurut Luciatridyana (2009) stereotip
dapat menghambat atau mengganggu komunikasi itu sendiri.
Dalam hal ini termasuk ketika anak sedang mengungkapkan bentuk
komunikasinya yang terbatas. Apalagi pada usia dini yang bisa
berdampak negatif nantinya. Luciatridyana juga mengatakan pada
umumnya, stereotip bersifat negative. Stereotip tidak berbahaya
sejauh yang
disimpan
di kepala, namun akan bahaya bila diaktifkan dalam hubungan manusia.
Banyaknya alasan anak dalam
menggunakan gaya menggambar stereotipe dapat menghambat kreativitas
anak. Apalagi pada masa pertumbuhannya. Jika stereotip ini terus
menerus dilakukan maka anak tidak akan dapat berkembang dengan
optimal. Yang bisa dilakukan anak hanya mengulang-ulang dan sulit
untuk membuat hal baru yang inovatif.
No comments:
Post a Comment