Sunday, January 31, 2016

Sejarah Patung Masa Kini

Sebagai salah satu cabang seni rupa seni patung telah hadir jauh sebelum manusia mengenal peradaban modern seperti sekarang. Pada zaman itu patung dihadirkan sebagai alat ritual dan dianggap sebagai benda keramat serta disucikan. Sesungguhnya kehidupan seni patung yang sudah berlangsung sejak jaman prasejarah telah memasuki era baru dalam perkembangannya di Indonesia dan merupakan bagian dari kehidupan seni rupa yang terutama mempergunakan media ruang, bentuk, garis dan warna. Awal dari pertumbuhan seni patung di Indonesia diilhami oleh semangat nasionalisme. Tradisi pembuatan patung kepahlawanan di Yogyakarta berlanjut di Jakarta. Identitas patung kepahlawanan dengan gaya realis masih terus diterapkan pada patung-patung monumen yang ditempatkan dibeberapa sudut yang strategis di wilayah kota Jakarta. Dalam hal ini Presiden Soekarno sebagai pecinta seni dan pembina seni sangat berperan dalam menentukan tema dan gaya ekspresi patung.
Para pematung berusaha memberikan interpretasi bentuk dalam batas-batas pesan yang telah dirumuskan dalam bahasa bentuk patung yang mampu membakar semangat perjuangan. Dalam kondisi proses cipta semacam ini karya pematung memang tampak kehilangan kemandiriannya dan kehilangan kebebasan sebagai ciptaan pribadi.
Pada paruh pertama 70-an sejumlah mahasiswa seni patung di perguruan seni rupa mulai mencoba menjelajahi kemungkinan-kemungkinan baru. Para mahasiswa itu menampilkan macam ragam eksperimen, melintas batas bunyi, bau, dan bahkan menempatkan tubuh sendiri sebagai medium. Eksperimen tersebut kerap didefinisikan “merespons” ruang. Bergesernya patung-patung tunggal ke instalasi, merupakan penjelajahan ruang tak terbatas dalam dunia seni patung itu sendiri.
Instalasi patung untuk pertamakalinya diperkenalkan oleh Jim Supangkat seorang mahasiswa studio seni patung ITB. Pada 1975 ia mengajukan Tugas Akhir berjudul “Kamar Seorang Ibu dan Anaknya”. Karya itu sama sekali melepaskan diri dari sensibilitas sebuah karya patung. Sensasi rupa yang hangat pada patung seperti; bentuk, barik, plastisitas, bergeser ke narasi yang terasa dingin. Muatan cerita tiba-tiba mengambil peran yang jauh lebih besar dari pada penjelajahan bentuk. Kepercayaan pada universitas ditinggalkan, dan ia beralih pada konteks tertentu. Inilah instalasi (patung) pertama walau pun istilah instalasi belum dikenal dimasa itu, diloloskan maju ke sidang akademi. Jim Supangkat lulus sangat memuaskan dengan karya tersebut.Pembaharuan dalam bidang seni patung ini terus berlanjut pada periode berikutnya yang diikuti oleh aksi-aksi dari sejumlah pematung-pematung muda lainnya (mahasiswa studio seni patung), baik di Bandung atau pun di Yogyakarta.

Masuk pada abad 21, nampak berbagai masalah sosial, budaya, politik, ekonomi, dan berbagai segi kehidupan yang berkaitan dengan moralitas. Maka munculah beberapa kelompok pematung muda mencoba menawarkan berbagai wacana dalam berbagai bentuk performance art, instalasi art dan collaboration art, sebagai pijakan berkarya. Mereka mencoba mengangkat berbagai wacana politik, sosial, ekonomi, moralitas dalam fenomena yang ia racik dalam multi media dan multi-idea. Mereka tidak lagi membatasi disiplin seni atau cabang seni yang terkotak-kotak oleh modernisme yang lahir dari dorongan untuk menjaga standar nilai estetik. Namun mereka berangkat dari keragaman tafsir dari realitas yang mereka rasakan bersama, sehingga karya-karya mereka bernuansa kehidupan sosial yang mengarah pada universalilasi gagasan, karena mereka nampaknya ingin melepaskan diri dari kungkungan individu yang terhimpit oleh ruang dan waktu.

No comments:

Post a Comment