Kurikulun tersembunyi atau hidden
curriculum merupakan kurikulum
tidak tertulis/dirumuskan yang dirancang dan dipikirkan oleh guru,
tidak dirancang oleh pemerintah pusat/kantor sebagai panduan
mengajar. Sehingga kurikulum tersembunyi ini tidak ada campur tangan
dengan pemerintah dan tidak ada buku panduan tertentu, silabus maupun
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Kurikulum ini tidak
diterapkan secara umum dalam pembelajaran sebab pelaksanaan hidden
kurikulum merupakan cara kreatif
tersendiri guru dalam menanamkan nilai-nilai, misalnya nilai moral.
Hal inilah yang merupakan dampak ringan (nurturant
effect) dari suatu proses
pembelajaran/kurikulum aktual (actual
curriculum). Biasanya kurikulum
tersembunyi ini berlangsung sejalan/bersama dengan proses
pembelajaran tanpa diketahui siapapun kecuali guru itu sendiri.
Apabila peserta didik mendapatkan pelajaran lain di samping materi
yang diajarkan maka dapat dikatakan kurikulum tersembunyi dari guru
tersebut dapat dikatakan berhasil dilaksanankan karena dapat
mengimplementasikannya. Menurut Waridjan (1987) kurikulum tersembunyi
merupakan kegiatan peserta didik di luar kurikulum resmi, tidak
terikat oleh aturan-aturan formal, dan dapat memungkinkan terjadinya
pengaruh baik atau buruk terhadap kegiatan kurikulum resmi
(implementasi kurikulum resmi).
Ilustrasi adanya penanaman nilai-nilai
sebagai kurikulum tersembunyi/nurturent
effect dalam pembelajaran seni
rupa:
Misalnya saja ketika guru mengajar
pelajaran seni rupa tentang membuat kerajinan menggunakan batok
kelapa. Pada kenyataannya memang terdapat alat khusus untuk mengupas
batok kelapa menjadi bersih dan mudah untuk digunakan dalam membuat
prakarya. Namun ketika memberikan tugas guru tersebut sengaja tidak
memberitahukan cara mudah dalam mengupas batok kelapa kemudian
anak-anak disuruh untuk bersusah payah mengupasnya sendiri. Hal ini
adalah cara guru dalam memberikan pelajaran moral kepada siswa
tentang nilai perngharaan kepada orang lain, karena siswa akan
mengetahui bagaimana susahnya membuat kerajinan batok kelapa
tersebut. Maka akan lebih menghargai orang kecil yang berjualan
kerajinan tersebut karena telah mengetahui bagaimana susahnya mencari
sesuap nasi. Hal tersebutpun dapat diimplementasikan juga dalam
kegiatan seni rupa yang lain demi menanamkan nilai-nilai moral pada
peserta didik, dengan adanya moral yang baik dari calon generasi
bangsa maka perubahan kedepan akan lebih baik pula.
Sumber:
-(PC. S. Ismiyanto: GBPP-Silabus, RPP,
dan Handout MATA KULIAH KURIKULUM & BUKU TEKS PENDIDIKAN SENI
RUPA)
-(John D. McNeil: CURRICULUM A
Comprehensive Introduction)
No comments:
Post a Comment