Saturday, January 30, 2016

Bercerita melalui gambar

Anak yang sudah meninjak usia 3-5 tahun sudah duduk di Taman Kanak-Kanak. Pada usia ini, kemampuan anak sudah berkembang lebih abstrak dan sudah dapat dilibatkan pada simbol-simbol (Akbar, Reni dan Hawadi 2006). Sehingga anak sudah mempunyai kemampuan membuat simbol, atau objek lain yang ada, anak juga sudah bisa membaca gambar dan simbol-simbol yang sederhana. Selain itu, beberapa kata atau kalimat yang merupakan gagasan sudah dapat diterima oleh anak, kaitannya dengan buku, anak sudah dapat tertarik dengan adanya buku. Buku biasanya berisi cerita-cerita sederhana yang menarik dan dengan ilustrasi gambar yang menarik pula, warna yang ceria, serta format yang besar. Jenis cerita yang digemari untuk anak adalah cerita yang bersifat fancy (lihat Akbar, Reni dan Hawadi 2006: 39). Dengan gambar-gambar yang dimunculkan dalam buku, anak akan lebih tertarik daripada hanya sekedar buku yang berisikan tulisan-tulisan saja. Pengalaman anak dalam membaca gambar-gambar ini menjadi referensi dalam otak ketika suatu hari nanti anak disuruh untuk menceritakan kembali apa yang telah diserap.
Buku dengan ilustrasi menarik lebih diminati anak, namun sesuai perkembangannya di usia kanak-kanak, anakpun bisa membuat gambar melalui cerita yang pernah ia terima. Hal ini merupakan bentuk pengungkapan simbol untuk menyatakan apa yang ingin diutarakan anak. Dengan membuat simbol-simbol atau gambar, anak merasa lebih mudah meluapkan apa yang ada dalam ingatan anak, apa yang anak rasakan, serta apa yang anak pikirkan. Sebab, bagi anak pengungkapan melalui gambar lebih bebas daripada harus mengingat-ingat dan mengolah kata yang ingin disampaikan. Seni gambar tidak lebih membatasi dibandingkan dengan bercerita secara panjang lebar seperti apa yang pernah ia dengarkan. Dalam seni gambar tidak adanya grammer atau ketentuan khusus bahasa untuk mengutarakan sesuatu. Dengan dasar-dasar yang dijelaskan diatas, maka kemampuan anak tentang informasi melalui huruf dan gambar sudah cukup untuk diberikan cerita bergambar. Melaui cerita bergambar, daya tarik anak terhadap gambar akan meningkat, wawasan anak terhadap penampakan visual gambar makin bertambah, serta rasa keingintahuan anak terhadap gambar-gambar yang dilihat akan semakin berkembang. Selain itu, manfaat dari bercerita dengan gambar akan mengembangkan daya imajinasi anak, artinya dengan bercerita, anak dengan daya imajinasinya dapat membayangkan atau menggambarkan suatu situasi yang berada di luar jangkauan inderanya bahkan yang mungkin jauh dari lingkungan sekitarnya, ini berarti membantu mengembangkan wawasan anak. Untuk itu, bukan hanya sekedar cerita yang memiliki gambar saja sebagai syarat untuk meningkatkan daya ekspresi anak. Perlu diketahui bahwa cerita bergambar yang memiliki daya tarik tidak hanya gambar saja yang menarik, namun isi ceritapun cukup mendukung dalam menimbulkan emosi anak. Kristyn Crow menjelaskan juga bagaimana memilih cerita buku-buku yang membangkitkan emosi anak :
Untuk membangkitkan emosi anak, maka orangtua hendaknya memilih buku yang menggambarkan perasaan anak, yaitu cerita yang seperti nyata dan yang membangkitkan emosi anak. Dalam pembacaan cerita pada anak lebih mengutamakan pembicaraan tentang emosi, perasaan, dan apa karakter dari dalam buku. Kebanyakan anak akan tampak lebih memilih buku paling berhubungan dengan kehidupan anak.
Orangtua memiliki akses untuk memahami perasaan anak lebih dari orang lain. Dengan menunjukkan bahwa orangtua bersedia untuk mendengarkan, tanpa menghakimi, dan akan membiarkan anak untuk bebas mengekspresikan perasaan anak dengan cara yang tepat, akan mendorong kesejahteraan emosional anak. Setiap anak menginginkan untuk didengar dan dimengerti.



Beberapa penjelasan di atas, dapat disadari bahwa orangtua perlu menggunakan metode bercerita dengan gambar. Metode bercerita dengan gambar dilakukan terlebih dahulu untuk menarik minat perhatian anak pada gambar dengan harapan ekspresi anak akan tertuang dalam gambar yang dibuat oleh anak. Menurut Depdiknas 2001: 18 (dalam Malpalenisatriana, 2009) mengungkapkan bahwa metode bercerita dengan gambar merupakan “bentuk bercerita dengan alat peraga tak langsung yang menggunakan gambar-gambar sebagai alat peraga dapat berupa gambar lepas, gambar dalam buku atau gambar seri yang terdiri dari 2 sampai 6 gambar yang melukiskan gambar ceritanya”. Cara ini adalah cara yang tepat untuk menarik perhatian anak. Selanjutnya, jika anak diperlihatkan buku cerita yang memuat gambar-gambar menarik, dengan menyuruh anak untuk menebak ceritanya dengan hanya melihat gambar sampulnya saja akan merangsang daya imajinasi anak juga.
Penyajian cerita bergambar pada anak ini, akan membangakitkan semangat anak dalam bidang gambar. Dengan melihat gambar-gambar yang menarik, anak akan menyukai seni gambar terlebih dahulu, baru kemudian munculnya minat untuk menggambar. Bercerita bagi anak usia dini bertujuan agar anak mampu mendengarkan dengan berkonsentrasi dan mengekspresikan perasaannya terhadap apa yang diceritakan. Menurut Depdiknas tujuan diberikannya metode bercerita salah satunya yaitu membantu perkembangan fantasi atau imajinasi anak.

No comments:

Post a Comment