Anak yang sudah meninjak usia
3-5 tahun sudah duduk di Taman Kanak-Kanak. Pada usia ini, kemampuan
anak sudah berkembang lebih abstrak dan sudah dapat dilibatkan pada
simbol-simbol (Akbar, Reni dan Hawadi 2006). Sehingga anak sudah
mempunyai kemampuan membuat simbol, atau objek lain yang ada, anak
juga sudah bisa membaca gambar dan simbol-simbol yang sederhana.
Selain itu, beberapa kata atau kalimat yang merupakan gagasan sudah
dapat diterima oleh anak, kaitannya dengan buku, anak sudah dapat
tertarik dengan adanya buku. Buku biasanya berisi cerita-cerita
sederhana yang menarik dan dengan ilustrasi gambar yang menarik pula,
warna yang ceria, serta format yang besar. Jenis cerita yang digemari
untuk anak adalah cerita yang bersifat fancy
(lihat
Akbar, Reni dan Hawadi 2006: 39).
Dengan
gambar-gambar yang dimunculkan dalam buku, anak akan lebih tertarik
daripada hanya sekedar buku yang berisikan tulisan-tulisan saja.
Pengalaman anak dalam membaca gambar-gambar ini menjadi referensi
dalam otak ketika suatu hari nanti anak disuruh untuk menceritakan
kembali apa yang telah diserap.
Buku dengan ilustrasi menarik lebih
diminati anak, namun sesuai perkembangannya di usia kanak-kanak,
anakpun bisa membuat gambar melalui cerita yang pernah ia terima. Hal
ini merupakan bentuk pengungkapan simbol untuk menyatakan apa yang
ingin diutarakan anak. Dengan membuat simbol-simbol atau gambar, anak
merasa lebih mudah meluapkan apa yang ada dalam ingatan anak, apa
yang anak rasakan, serta apa yang anak pikirkan. Sebab, bagi anak
pengungkapan melalui gambar lebih bebas daripada harus
mengingat-ingat dan mengolah kata yang ingin disampaikan. Seni gambar
tidak lebih membatasi dibandingkan dengan bercerita secara panjang
lebar seperti apa yang pernah ia dengarkan. Dalam seni gambar tidak
adanya grammer
atau
ketentuan khusus bahasa untuk mengutarakan sesuatu. Dengan
dasar-dasar yang dijelaskan diatas, maka kemampuan anak tentang
informasi melalui huruf dan gambar sudah cukup untuk diberikan cerita
bergambar. Melaui cerita bergambar, daya tarik anak terhadap gambar
akan meningkat, wawasan anak terhadap penampakan visual gambar makin
bertambah, serta rasa keingintahuan anak terhadap gambar-gambar yang
dilihat akan semakin berkembang. Selain itu, manfaat dari bercerita
dengan gambar akan mengembangkan daya imajinasi anak, artinya dengan
bercerita, anak dengan daya imajinasinya dapat membayangkan atau
menggambarkan suatu situasi yang berada di luar jangkauan inderanya
bahkan yang mungkin jauh dari lingkungan sekitarnya, ini berarti
membantu mengembangkan wawasan anak.
Untuk itu, bukan hanya sekedar cerita yang memiliki gambar saja
sebagai syarat untuk meningkatkan daya ekspresi anak. Perlu diketahui
bahwa cerita bergambar yang memiliki daya tarik tidak hanya gambar
saja yang menarik, namun isi ceritapun cukup mendukung dalam
menimbulkan emosi anak. Kristyn
Crow menjelaskan juga bagaimana memilih cerita buku-buku yang
membangkitkan emosi
anak :
Untuk
membangkitkan emosi anak, maka orangtua hendaknya memilih buku yang
menggambarkan perasaan anak, yaitu cerita yang seperti nyata dan yang
membangkitkan emosi anak. Dalam pembacaan cerita pada anak lebih
mengutamakan pembicaraan tentang emosi, perasaan, dan apa karakter
dari dalam buku. Kebanyakan anak akan tampak lebih memilih buku
paling berhubungan dengan kehidupan anak.
Orangtua
memiliki akses untuk memahami perasaan anak lebih dari orang lain.
Dengan menunjukkan bahwa orangtua bersedia untuk mendengarkan, tanpa
menghakimi, dan akan membiarkan anak untuk bebas mengekspresikan
perasaan anak dengan cara yang tepat, akan mendorong kesejahteraan
emosional anak. Setiap anak menginginkan untuk didengar dan
dimengerti.
Beberapa penjelasan di atas,
dapat disadari bahwa orangtua perlu menggunakan metode bercerita
dengan gambar. Metode bercerita dengan gambar dilakukan terlebih
dahulu untuk menarik minat perhatian anak pada gambar dengan harapan
ekspresi anak akan tertuang dalam gambar yang dibuat oleh anak.
Menurut Depdiknas 2001: 18 (dalam Malpalenisatriana, 2009)
mengungkapkan bahwa metode bercerita dengan gambar merupakan “bentuk
bercerita dengan alat peraga tak langsung yang menggunakan
gambar-gambar sebagai alat peraga dapat berupa gambar lepas, gambar
dalam buku atau gambar seri yang terdiri dari 2 sampai 6 gambar yang
melukiskan gambar ceritanya”. Cara ini adalah cara yang tepat untuk
menarik perhatian anak. Selanjutnya, jika anak diperlihatkan buku
cerita yang memuat gambar-gambar menarik, dengan menyuruh anak untuk
menebak ceritanya dengan hanya melihat gambar sampulnya saja akan
merangsang daya imajinasi anak juga.
Penyajian cerita bergambar pada anak ini, akan membangakitkan
semangat anak dalam bidang gambar. Dengan melihat gambar-gambar yang
menarik, anak akan menyukai seni gambar terlebih dahulu, baru
kemudian munculnya minat untuk menggambar. Bercerita bagi anak usia
dini bertujuan agar anak mampu mendengarkan dengan berkonsentrasi dan
mengekspresikan perasaannya terhadap apa yang diceritakan. Menurut
Depdiknas tujuan diberikannya metode bercerita salah satunya yaitu membantu
perkembangan fantasi atau imajinasi anak.
No comments:
Post a Comment