Para orang tua/guru
perlu juga mengapresiasi kesenian, setelah itu dapat menurun pada
anak didik. Jedila Edu (2009) mengemukakan bahwa dalam mengapresiasi,
orangtua terlebih dahulu harus bisa menghargai kesenian, baru
kemudian bisa menularkannya pada anak. Anak hanya akan menikmati dan
menghargai apa saja yang tersedia di depannya dan relevan dengan
zamannya.
Anak hanya akan
mengapresiasi apa yang bisa dinikmati dalam keseharian anak, semua
tergantung stimulasi yang diberikan pendidik. Jika keseharian anak
dibiasakan dengan kesenian, maka orang tua jangan langsung
mengharapkan anak-anak bisa mengapresiasi kesenian dan budaya yang
memang kurang dikenal. Sebab dalam mengapresiasi seni, anak
memerlukan pembinaan berupa rangsangan daya tarik. Hal ini dapat
diberikan berupa cerita-cerita mengenai obyek yang baru dikenal oleh
anak.
Menurut
Soedarso (1987), pendekatan dalam melakukan apresiasi ada tiga yaitu:
- Pendekatan aplikatif, yaitu pendekatan dengan cara melakukan sendiri macam-macam kegiatan seni.
- Pendekatan kesejarahan, yaitu dengan cara menganalisis dari sisi periodisasi dan asal usulnya.
- Pendekatan problematik, yaitu dengan cara memahami permasalahan di dalam seni.
Melalui pendapat
tersebut, pendekatan dengan cata melakukan sendiri kegiatan seni
adalah dengan mengajak anak untuk berkegiatan seni seperti membuat
karya seni. Sedangkan pendekatan kesejarahan dapat dilakukan hanya
dengan menceritakan asal usul karya seni dengan sederhana. Untuk
pendekatan problematik dapat dilakukan dengan mengajak anak memahami
karya seni yang dilihat, bagaimana bentuknya, warna, dan sebagainya.
Ida Siti Herawati
dan Iraji (1999: 123) menjelaskan juga bahwa melalui kegiatan seni
anak-anak sebelumnya diajak mengunjungi berbagai obyek alam atau
obyek seni, atau juga bisa anak-anak melakukan kegiatan berolah seni
diluar sekolah bersama-sama. Pada saat itulah guru bisa membina dan
meningkatkan kepekaan citarasa keindahan anak-anak melalui hubungan
cerita-cerita obyek seni tersebut, misalnya tentang keharmonisan
warna, keselarasan bentuk, kesatuan unsur-unsur, ritme atau cerita
tentang latar belakang seniaman dan sebagainya.
Mengunjungi berbagai
obyek seni merupakan salah satu bentuk karya wisata yang juga dapat
digunakan sebagai sumber belajar. Anggaini Sudono (2000) menyebutkan
bahwa pada kegiatan tersebut peserta didik dapat meneliti suatu obyek
yang nantinya dapat menambah pengetahuan dan menggugah daya tarik.
Karya wisata merupakan salah satu sumber inspirasi diperkenalkan oleh
Marjorie J. Kostelnik pada tahun 1993.
Sebaiknya orangtua
sejak kecil mulai membiasakan anak-anak mengenal seni dan budaya
tradisional daerah masing-masing. Misalnya, penggunaan bahasa,
mendengarkan musik tradisional di rumah, dalam bidang seni rupa
menonton pertunjukkan seni tradisional, dan sebagainya. Cara untuk
mengenalkan anak pada dunia seni rupa dilakukan dengan cara yang
lebih menyenangkan
dan
menarik bagi anak, seperti pada saat liburan, melakukan
perjalanan/travel budaya, atau menyaksikan festival seni di daerah
asal.
Dalam
melaksanakan apresiasi seni rupa anak, guru/orang tua dapat
memberikan beberapa kegiatan untuk anak, antara lain :
- kegiatan apresiasi langsung, yaitu mengamati atau melihat karya seni rupa ketika dipamerkan atau diperlihatkan;
- kegiatan apresiasi tidak langsung, melalui dokumentasi karya seni rupa
- melatih kegiatan kreatif mencipta seni rupa atau rekreatif
No comments:
Post a Comment