Kurikulum
mengarahkan pendidikan menuju kegiatan pembelajaran secara
menyeluruh. Kurikulum
merupakan perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga
penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan
diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang
pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan
dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam
penyelenggaraan pendidikan tersebut.
Kurikulum adalah rancangan pendidikan bagi pelajar dan atau sebagai
upaya untuk mengidentifikasi bidang keilmuan (Zais, 1976).
Konsep
kurikulum
Konsep kurikulum
berkaitan dengan pemahaman kurikulum, ruang lingkup kurikulum,
termasuk ruang lingkup evaluasi kurikulum. Evaluasi merupakan
pengukuran atau penilaian terhadap pelaksanaan rencana pelajaran dan
penggunaan sumber-sumber pendidikan. Evaluasi kurikulum merupakan
evaluasi pencapaian tujuan. Yang terdiri dari 4 dimensi yaitu :
konsep, rencana, proses, dan hasil. Semua dimensi secara
simultandapat berupa dimensi gagasan yaitu konsep, rencana, proses,
dan hasil belajar (Hasan: 1988)
Fungsi
evaluasi kurikulum
Evaluasi kurikulum
pada fungsinya digunakan untuk memperbaiki atau mengembangkan
kurikulum. Menurut Tyler dan Provus (dalam Hasan 1988) berpendapat
bahwa hasil evaluasi kurikulum merupakan bahan pertimbangan perbaikan
kurikulum. Menurut Cronbach kurikulum juga sebagai pertimbangan
pemberian penghargaan. Sedangkan Scriven membedakan fungsi kurium
menjadi dua yaitu fungsi formatif dan fungsi sumatif.
- Fungsi formatif
Fungsi formatif
digunakan untuk memperbaiki dan mengembangkan kurikulum dan bukan
digunakan untuk mengganti kurikulum. Fungsi formatif ini di
laksanakan pada saat berlangsungnya suatu program, tujuan utama
memperbaiki beberapa kelemahan sesegera mungkin tanpa menunggu
program tersebut selesai terlaksanakan. Misalnya pelaksanaan
pengajaran, pelaksanaan bimbingan administrasi, penggunaan buku
pelajaran da lain-lain.
- Fungsi sumatif
Fungsi sumatif
diarahkan terhadap hasil suatu kurikulum, untuk menuntaskan
pengembangan kurikulum. Fungsi sumatif di laksanakan harus menunggu
selesainya suatu program, misalnya setelah satu tahun program
berjalan, atau setelah lembaga pendidikan menghasilkan lulusannya.
Jenis
kurikulum
Tidak lepas dari
fungsi evaluasi kurikulum dan tujuan kurikulum , jenis evaluasi
kurikulum menunjuk pada dimensi kurikulum yang akan dievaluasi dan
masing-masing dapat dievaluasi menggunakan formatif maupaun sumatif.
Ada empat jenis evaluasi kurikulum yaitu:
- Evaluasi Reflektif
- Evaluasi Rencana
- Evaluasi Proses
- Evaluasi Hasil
Model
Evaluasi Kurikulum
Model
evaluasi kurikulum secara garis besar ada dua yaitu Model evaluasi
kuantitatif dan model evaluasi kualitatif.
- Model Evaluasi Kuantitatif
Model evaluasi
kuantitatif diwarnai oleh paradigma positivisme, sehingga menonjolkan
penggunaan data kuantitatif dan menunjukkan pentingnya pengukuran
dalam proses evaluasi. Dalam model ini melihat kurikulum sebagai
hasil belajar dan menjadikan hasil belajar sebagai kriteria pokok
dalam proses evaluasi. Model evaluasi kuantitatif terbagi menjadi:
- Model Tyler (Model Blackbox)
Model ini dipaparkan
oleh Ralph Tyler, ia mengemukakan dua dasar pemikiran yaitu untuk
mengevaluasi tingkah laku anak dan evaluasi dilakukan sebelum dan
sesudah kurikulum dilaksanakan.
- Model Teoretik Taylor dan Marguirer
Model evaluasi ini
mendasarkan pertimbangan teoritik suatu model evaluasi kurikulum.
Model in agaknya terpengaruh Tyler terutama dari unsurnya yaitu yang
dikembangkan dengan pendekatan tingkah laku, strategi dan pendekatan
psikomotorik.
- Model Pendekatan Sistem Alkin
Model Alkin dekenal
dengan pendekatan sistem, yang disebut sebagai pendekatan ekonomi
mikro. Model Alkin dipengaruhi oleh psikometrik dan atau
ekonometrik. Pengukuran dan kontrol terhadap variabel merupakan hal
penting yang harus diperhatikan oleh seoran evaluator. Besar kecinya
setiap unit harus benar-benar diperhatikan dalam pengaruh dan harus
di kontrol.
- Model Countenance Stake
Model ini menekankan
betapa pentingnya evaluator mampu mengembangkan tujuan kurikulum
memnjadi tujuan-tujuan yang terukur, memperhatikan keadaan sebelum
kegiatan berlangsung (antecenden) ketika kegiatan berlangsung
(transaction) dan mampu mengkaitkannya dengan berbagai bentuk hasil
belajar (outcomes).
- Model CIPP (Context, Input, Process, Product)
Sebagaimana namanya,
model ini komponen utamnnya terdiri dari context, input, proces, dan
product. Sasaran evaluasinyapun sama dengan namnya dan merupakan
suatu rangkaian yang menyeluruh-utu, sekalipun acapkali para
evaluator hanya menilai satu, dua, atau mengevaluasi keterkaitan
antar jenis evaluasi tersebut.
- Model Evaluasi Kualitatif
Model evaluasi
kualitatif memberikan sumbangan yang berarti dalam evaluasi kurikulm
karena sifatnya yang komunikatif dengan para pemakai hasil evaluasi
dan penggambarannya terhadapa pelaksanaan kurikulum baik. Model
evaluasi kualitatif yaitu:
- Model Studi kasus
Pusat perhatian
dalam model evaluasi ini pada pelaksanaan kurikulum dalam unit
kegiatan pendidikan, namun unit tersebut hanya terdiri dari satu
kelas atau satu sekolah atau bahkan satu guru sehingga hasil
evaluasinya ridak dapat digenerelasiskan. Model studi kasus mengakui
adanya multiple-realities.
- Model Iluminatif
Model evaluasi
Iluminatif ditegakkan oleh dua konsep yaitu sistem instruksional dan
lingkungan belajar. Secara metodologis model evaluasi Iluminatif
bukanlah model evaluasi yang standar, namun bersifat adaptif dan
eklektik. Sehingga dalam model evaluasi ini dapat digunakan metode
apapun, namun yang sesuai dengan permasalahan dan datanya dapat
bersifat kualitatif dan kuantitatif.
- Model Responsif
Model evaluasi
responsif kegiatan evaluasinya terbatas pada kurikulum dimensi
proses.
Dalam model evaluasi ini perbedaan pandangan orang-orang yang terblibat dalam
pelaksanaan kurikulum dapat dijadikan sumber pengembangan kriteria evaluasi,
sehingga model responsif instrumennya kurang standar.
Dalam model evaluasi ini perbedaan pandangan orang-orang yang terblibat dalam
pelaksanaan kurikulum dapat dijadikan sumber pengembangan kriteria evaluasi,
sehingga model responsif instrumennya kurang standar.
No comments:
Post a Comment