Sekarang patung
telah mengalami perubahan, baik dari segi fungsi, material dan
perwujudan bentuk. Patung tidak lagi mencerminkan simbol komunal
melainkan bergeser sebagai medium aspirasi pribadi si pematung.
Dalam seni modern,
kreatifitas merupakan hal yang sangat penting karena dari
kreatifitas berkembanglah sifat-sifat originalitas,
kepribadian, kesegaran, dan sebagainya. Seorang seniman biasanya
merasa sulit untuk melepaskan diri dari ikatan sosial yang ada
disekitarnya. Oleh karena itu seorang seniman modern dengan sadar
berusaha membebaskan dirinya dari ikatan tersebut, dalam hubungannya
dengan tanggapan terhadap obyek Seorang seniman biasanya merasa sulit
untuk melepaskan diri dari ikatan sosial yang ada disekitarnya. Oleh
karena itu seorang seniman modern dengan sadar berusaha membebaskan
dirinya dari ikatan tersebut, dalam hubungannya dengan tanggapan
terhadap obyek karyanya-karyanya. Sikap batin yang tidak stereotip,
yang selalu ingin akan yang baru dan yang lain dari pada yang lain
(sudah ada), merupakan ciri dari seniman modern.
Dalam karya seni
rupa modern, jumlah unsur informatif (denotatif) sengaja dikurangi
dan dihadirkan unsur-unsur visual yang mewakili nilai-nilai tertentu
(konotatif). Unsur-unsur visual yang digunakan (misalnya; warna yang
tidak ikonografis, atau garis yang tidak ikonografis) dan cara
menyusunnya, mengharapkan keterlibatan pengamat dalam melengkapi
‘pengertian’ terhadap tanda-tanda visual tersebut sesuai dengan
ground pribadinya. Dengan kata lain, karya seni modern
‘terbuka’ bagi interpretasi.
Sejumlah seniman
kontemporer (dari aliran seperti; Dada, Minimal Art, Op Art,
Abstract, Expressionisme) berupaya untuk membuat karya yang tidak
diarahkan oleh suatu ide atau maksud apriori. Mereka ingin
menyajikan suatu peristiwa visual (untuk dilihat) yang tidak mewakili
‘sesuatu’, tanpa referent. Pengamat dibiarkan bebas dalam
interpretasinya. ‘Meaning’ diberikan pada karya oleh
pengamat – posteriori, setelah karya selesai. Pengamat
mencari-unsur-unsur referensiil dalam memory dan jiwanya. Bila
tanda-tanda visual yang dimanfaatkan oleh si seniman adalah
quali-sign, daya asosiatif pengamat dapat mengaitkan sifat
atau nilai yang dihadirkan oleh tanda-tanda visual yang bersifat
Quali-Sign (misalnya; nada warna tertentu, lengkungan garis
tertentu) dengan nilai yang pengamat kenal, yang penting baginya
berdasarkan luas dan dalamnya ‘ground’. Tentu saja cara
menghayati karya seperti ini hanya mungkin dilakukan pada karya-karya
abstrak.
Patung adalah jenis
karya seni dalam wujud tiga dimensi. Dalam era industri dan teknologi
yang semakin canggih sekarang ini, karya-karya seni patung hadir dan
ikut memberikan interpretasinya atas dampak era tersebut. Para
pematung tidak hanya sekedar mengekspresikan manifestasi alam yang
indah seperti apa adanya kedalam karya, akan tetapi juga
mengekspresikannya dari hasil simplifikasi alam dengan hanya
menangkap hakikat dari obyek, sehingga memunculkan karya-karya dalam
wujud abstrak, dengan berbagai ‘nilai-nilai’ yang
diungkapkan lewat ‘tanda-tanda’ visualnya.
Seni patung modern
dapat kita lihat pada karya-karya pematung terkenal di dunia,
seperti; Auguste Rodin (pelopor seni patung modern), Degas (pematung
Impresionisti), Mattise, Picasso, Henry Moore, atau yang berasal dari
Indonesia, seperti; Rita Widagdo, G.Sidartha, Arby Samah, Nyoman
Nuarta dan banyak lagi pematung modern lainnya. Cara memahami
karya-karya mereka tentunya dengan cara penghayatan terhadap
tanda-tanda visual yang ada dalam karya dimana tanda yang digunakan
mencakup suatu representasi dan interpretasi, suatu denotatum dan
suatu interprant.
Ketika mengerjakan
karya, seorang seniman perlu selalu ada greget dan tantangan untuk
melahirkan karakter yang khas. Dan yang menjadi permasalahan bukan
apa dan seperti apa, karena dalam mewujudkan karya seni patung modern
bisa saja dalam bentuk apa pun, seperti; konvensional, modern atau
wacana kontemporer, asalkan pematungnya paham dengan apa yang dibuat
serta mampu mengkomunikasikannya pada si pengamat. Dan yang
terpenting dari semua itu, perlu adanya perenungan apakah karya
tersebut sudah memiliki kekhasan dan corak tersendiri dalam peta seni
patung Indonesia. Persoalan pematung bukanlah hanya menciptakan
karya-karya berkualitas. Di dalam menjalankan profesinya ia akan
selalu berhadapan dengan persoalan yang berhubungan dengan masalah
hak dan kewajibannya sebagai seorang pematung, yang seringkali cukup
rumit dan pada kenyataannya banyak diantara pelaku seni baik seniman,
kolektor, galeri serta masyarakat umum memiliki pemahaman yang sangat
minim mengenai hal ini.
Pengkayaan bahasa
seni rupa merupakan kebutuhan agar penghayatannya dapat semakin
meluas ke arah berbagai media sehingga terbuka kemungkinan untuk
memperkaya imajinasi dan kemampuan berekspresi. Kebebasan mencipta
bagi seniman merupakan hak azazi yang perlu dipertahankan dalam
kehidupan berkesenian pada umumnya dan merupakan bagian dari
kebebasan manusia secara keseluruhan.
No comments:
Post a Comment