Sunday, January 31, 2016

Patung Modern

Sekarang patung telah mengalami perubahan, baik dari segi fungsi, material dan perwujudan bentuk. Patung tidak lagi mencerminkan simbol komunal melainkan bergeser sebagai medium aspirasi pribadi si pematung.
Dalam seni modern, kreatifitas merupakan hal yang sangat penting karena dari kreatifitas berkembanglah sifat-sifat originalitas, kepribadian, kesegaran, dan sebagainya. Seorang seniman biasanya merasa sulit untuk melepaskan diri dari ikatan sosial yang ada disekitarnya. Oleh karena itu seorang seniman modern dengan sadar berusaha membebaskan dirinya dari ikatan tersebut, dalam hubungannya dengan tanggapan terhadap obyek Seorang seniman biasanya merasa sulit untuk melepaskan diri dari ikatan sosial yang ada disekitarnya. Oleh karena itu seorang seniman modern dengan sadar berusaha membebaskan dirinya dari ikatan tersebut, dalam hubungannya dengan tanggapan terhadap obyek karyanya-karyanya. Sikap batin yang tidak stereotip, yang selalu ingin akan yang baru dan yang lain dari pada yang lain (sudah ada), merupakan ciri dari seniman modern.
Dalam karya seni rupa modern, jumlah unsur informatif (denotatif) sengaja dikurangi dan dihadirkan unsur-unsur visual yang mewakili nilai-nilai tertentu (konotatif). Unsur-unsur visual yang digunakan (misalnya; warna yang tidak ikonografis, atau garis yang tidak ikonografis) dan cara menyusunnya, mengharapkan keterlibatan pengamat dalam melengkapi ‘pengertian’ terhadap tanda-tanda visual tersebut sesuai dengan ground pribadinya. Dengan kata lain, karya seni modern ‘terbuka’ bagi interpretasi.
Sejumlah seniman kontemporer (dari aliran seperti; Dada, Minimal Art, Op Art, Abstract, Expressionisme) berupaya untuk membuat karya yang tidak diarahkan oleh suatu ide atau maksud apriori. Mereka ingin menyajikan suatu peristiwa visual (untuk dilihat) yang tidak mewakili ‘sesuatu’, tanpa referent. Pengamat dibiarkan bebas dalam interpretasinya. ‘Meaning’ diberikan pada karya oleh pengamat – posteriori, setelah karya selesai. Pengamat mencari-unsur-unsur referensiil dalam memory dan jiwanya. Bila tanda-tanda visual yang dimanfaatkan oleh si seniman adalah quali-sign, daya asosiatif pengamat dapat mengaitkan sifat atau nilai yang dihadirkan oleh tanda-tanda visual yang bersifat Quali-Sign (misalnya; nada warna tertentu, lengkungan garis tertentu) dengan nilai yang pengamat kenal, yang penting baginya berdasarkan luas dan dalamnya ‘ground’. Tentu saja cara menghayati karya seperti ini hanya mungkin dilakukan pada karya-karya abstrak.
Patung adalah jenis karya seni dalam wujud tiga dimensi. Dalam era industri dan teknologi yang semakin canggih sekarang ini, karya-karya seni patung hadir dan ikut memberikan interpretasinya atas dampak era tersebut. Para pematung tidak hanya sekedar mengekspresikan manifestasi alam yang indah seperti apa adanya kedalam karya, akan tetapi juga mengekspresikannya dari hasil simplifikasi alam dengan hanya menangkap hakikat dari obyek, sehingga memunculkan karya-karya dalam wujud abstrak, dengan berbagai ‘nilai-nilai’ yang diungkapkan lewat ‘tanda-tanda’ visualnya.
Seni patung modern dapat kita lihat pada karya-karya pematung terkenal di dunia, seperti; Auguste Rodin (pelopor seni patung modern), Degas (pematung Impresionisti), Mattise, Picasso, Henry Moore, atau yang berasal dari Indonesia, seperti; Rita Widagdo, G.Sidartha, Arby Samah, Nyoman Nuarta dan banyak lagi pematung modern lainnya. Cara memahami karya-karya mereka tentunya dengan cara penghayatan terhadap tanda-tanda visual yang ada dalam karya dimana tanda yang digunakan mencakup suatu representasi dan interpretasi, suatu denotatum dan suatu interprant.
Ketika mengerjakan karya, seorang seniman perlu selalu ada greget dan tantangan untuk melahirkan karakter yang khas. Dan yang menjadi permasalahan bukan apa dan seperti apa, karena dalam mewujudkan karya seni patung modern bisa saja dalam bentuk apa pun, seperti; konvensional, modern atau wacana kontemporer, asalkan pematungnya paham dengan apa yang dibuat serta mampu mengkomunikasikannya pada si pengamat. Dan yang terpenting dari semua itu, perlu adanya perenungan apakah karya tersebut sudah memiliki kekhasan dan corak tersendiri dalam peta seni patung Indonesia. Persoalan pematung bukanlah hanya menciptakan karya-karya berkualitas. Di dalam menjalankan profesinya ia akan selalu berhadapan dengan persoalan yang berhubungan dengan masalah hak dan kewajibannya sebagai seorang pematung, yang seringkali cukup rumit dan pada kenyataannya banyak diantara pelaku seni baik seniman, kolektor, galeri serta masyarakat umum memiliki pemahaman yang sangat minim mengenai hal ini.

Pengkayaan bahasa seni rupa merupakan kebutuhan agar penghayatannya dapat semakin meluas ke arah berbagai media sehingga terbuka kemungkinan untuk memperkaya imajinasi dan kemampuan berekspresi. Kebebasan mencipta bagi seniman merupakan hak azazi yang perlu dipertahankan dalam kehidupan berkesenian pada umumnya dan merupakan bagian dari kebebasan manusia secara keseluruhan.

No comments:

Post a Comment